Taehyung baru saja pulang pukul tujuh malam. Sepulang sekolah tadi dia menemani Jimin berlatih untuk mempersiapkan perlombaan. Anak itu sedikit heran ketika menemukan sang ibu di ruang tengah, sedang duduk sambil memijit kepalanya. Biasanya sang ibu baru pulang pukul sembilan malam.
Ibunya, Im Jiyeon, juga bekerja seperti ayah Taehyung. Perusahaan keluarga Kim kini dimiliki bersama oleh Jiyeon dan sang suami, Kim Jihoon. Mereka berdua sama-sama memiliki kekuasaan besar di perusahaan. Karena itu keduanya sangat sibuk dan tak pernah berada di rumah.
"Eomma sudah pulang?" sapa Taehyung menghampiri ibunya yang baru sadar dengan kedatangannya.
Jiyeon hanya melirik sebentar, memberi gumaman singkat sebagai jawaban, kemudian kembali memejam dan memijit kepalanya yang terasa pening sejak tadi.
"Eomma sakit? Lebih baik Eomma istirahat di kamar. Aku akan meminta Bibi Jung membuatkan teh nanti."
"Masuklah ke kamarmu," jawab Jiyeon datar, mengabaikan perhatian yang Taehyung berikan.
Taehyung menghela napas kasar. Sikap ibunya yang seperti itu sudah sering ia dapatkan. Namun rasanya Taehyung belum terbiasa dengan rasa sakit dan kecewa yang bersarang di hatinya.
Tiba-tiba pintu utama rumah itu terbuka, memunculkan seorang pria yang mengenakan setelan jas dengan raut wajah yang mengeras, menunjukkan adanya kemarahan.
"Apa yang telah kau lakukan, Im Jiyeon?!" bentak pria itu, Kim Jihoon, di hadapan sang istri.
Jiyeon mendongak, menatap Jihoon tak kalah sengit, kemudian bangkit dari duduknya.
"Aku hanya melakukan apa yang seharusnya kulakukan. Jadi apa masalahmu?" tanyanya menantang.
Jihoon mengusap wajahnya kasar, "Sadarlah, Jiyeon! Kau telah membuat kerugian besar!" bentaknya.
"Aku? Hanya aku? Ini semua juga salahmu, Kim Jihoon! Jika kau berada di pihakku, ini semua tak akan terjadi!" teriak Jiyeon. Bisa ia rasakan pening di kepalanya semakin mendera.
Taehyung yang masih di sana hanya bisa melihat keributan itu dalam diam. Sejenak dia memejamkan mata, mencoba tetap tenang dan mengabaikan semuanya. Dia memutuskan untuk berbalik, lebih baik masuk ke dalam kamar daripada tetap disana dan semakin menyakiti hatinya.
Suara Jihoon kembali terdengar, "Jika kau tak gegabah, ini semua tak akan terjadi! Yang seharusnya kau lakukan adalah tetap diam di rumah tanpa ikut campur masalah perusahaan!" ujarnya tajam.
"Kau ingin aku tetap di rumah? Supaya kau bisa bebas bermesraan dengan sekretaris murahan itu?" tanya Jiyeon tersenyum sinis.
"Sekretaris barumu itu, wanita keberapa yang sudah kau tiduri selama satu minggu ini, Kim Jihoon?"
Plakk
Suara tamparan yang keras itu membuat Taehyung segera berbalik.
Tidak. Dia tak bisa membiarkannya. Dia tak bisa diam saja melihat sang ayah yang sudah mulai main tangan pada ibunya. Taehyung kembali melangkah menghampiri kedua orang tuanya.
"Tutup mulutmu!" desis Jihoon tajam.
Taehyung menghampiri sang ibu, "Eomma, gwenchana?" tanyanya khawatir ketika mendapati pipi sang ibu sudah memerah dan basah oleh air mata.
"Berhenti menyuruh orang untuk mengikutiku. Jika kau masih seperti ini, aku benar-benar akan menceraikanmu," ancam Jihoon yang tak suka jika sang istri mengganggu kebahagiaannya.
Jiyeon terkekeh sinis, "Lakukan saja jika kau bisa. Kau masih membutuhkanku, Kim Jihoon. Tanpaku perusahaanmu tak akan sesukses ini," balasnya tanpa takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece by Piece ✔
FanficI'm the lost soul Filled with regret Where joy use to live Regret for decisions made And opportunities missed For the pain I caused and The pain I failed to protect You from -wyatt- *Written in Bahasa*