Angin berhembus kencang membuat rambut panjang Alicia yang diikat menjadi satu berkibar kibar. Sore ini langit nampak diselimuti gumpalan kapas raksasa berwarna abu abu. Pasti nanti malam hujan, semoga saja
Terlihat Alicia sedang berjalan menyusuri gang demi gang untuk pulang menuju kos kosannya. Ia tak sabar ingin segera bertemu dengan kasur dan bantalnya yang empuk. Sumpah demi apa saat ini badan Alicia sangat penat dan pegal pegal, tangan dan kaki Alicia rasanya ingin copot daei tempatnya karena sebelum pulang tadi ia harus latihan futsal untuk pertandingan minggu depan
Sebenarnya Alicia punya motor di kos kosan, tapi pas tadi pagi mau berangkat sekolah, Alicia mendapati ban motornya kempes. Karena hari sudah semakin siang Alicia memilih berangkat menggunakan angkot
Sejak kelas 10 Alicia memang memilih untuk tinggal di kos kosan. Bukannya ia tak memiliki rumah ataupun keluarga, bahkan rumahnya sangat megah dan besar, ayahnya juga seorang pengusaha batu bara terbesar di negri ini. Tapi karena suatu hal Alicia memilih pergi dari rumah dan tinggal di kos kosan daripada rumahnya sendiri. Toh tak akan ada yang peduli
Alicia terus berjalan sambil mendengarkan alunan musik yang bersumber dari earphone putihnya, terkadang ia juga ikut bernyanyi mengikuti alunan lagu yang ia dengar
Alicia mengotak atik ponsel bututnya mencari lagu lain yang menurutnya tidak membosankan. Merasa sudah puas ia pun memasukkan ponselnya ke dalam saku hoodie navynya yang sedikit pudar karena sering dicuci
Ia menatap jalanan yang akan ia lewati, ia menarik kupluk hoodienya ke atas kepala. Dan ia pun kembali melanjutkan perjalanannya
Suasana gang sore ini lumayan sepi, hanya ada segelintir ibu ibu yang sedang mengangkati jemurannya dan melakukan aktivitas lain. Sesekali Alicia menyapa mereka dengan ramah
Sampai di kos kosannya, Alicia memandang terkejut saat seorang gadis yang sangat mirip dengan dirinya ada disini.
Wah ngapain tuh-
Alice yang sebelumnya duduk, kini beranjak dan menghampiri Alicia
"Licia!" Panggil Alice. Alicia berjalan mendekat dan menurunkan kupluk hoodienya hingga terlihat rambut Alicia yang mulai berkibar terkena angin
"Ngapain lo kesini? Butuh sesuatu?" Tanya Alicia peka. Alicia sangat tau kakaknya. Dia datang pasti ada maunya
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo, bentar" ucap Alice
"Yaudah masuk dulu aja, biar gue bikinin minum" jawab Alicia seadanya sambil membuka pintu nya
Alice terlihat ragu sambil menatap jijik keadaan tempat tinggal Alicia
"Disini aja deh, di dalem panas, nggak ada AC" jawab Alice sambil menggaruk lehernya. Alicia mengangguk tak peduli sambil mendaratkan pantatnya ke atas kursi teras diikuti Alice
Alicia sibuk melepas sepatu yang melekat di kedua kakinya
"Licia, gue mau ngomong sama lo, dengerin gue dong!" Ucap Alice kesal sambil menatap Alicia
"Yaudah ngomong tinggal ngomong, telinga gue masih berfungsi," jawab Alicia datar sambil menyingkirkan sepatunya. Alice memandang Alicia malas
"Oma sakit" ucap Alice to the point, sedangkan Alicia hanya mengeryitkan dahinya
"Lo tau kan oma itu tinggal sendirian di disana selama ini, dan oma mau gue ke Kanada buat temenin dia dan rawat dia. Gue nggak bisa nolak keinginan oma" jelas Alice, Alicia terlihat bingung
"Terus lo mau apa?" Tanya Alicia malas. Bukannya ia tak peduli dengan omanya. Namun perlakuan oma terhadapnya selama ini yang membuat Alicia berusaha masa bodoh dan ridak peduli padahal ia sangat khawatir
"Gue mau minta tolong sama lo" jawab Alice tanpa beban
Tuh kan!!!
"Lo.. mau ya jadi gue buat sementara waktu-"
"Lo gila Al?!!" Bentak Alicia keras sambil menatap tajam saudarinya itu. Apa apaan maksud kakakknya ini! Dia pikir ini semua mudah? Dia pikir hanya Alice saja yang punya kehidupan? Bahkan Alice tidak mempedulikan perasaannya. Alicia sampai tak mengerti bagaimana jalan pikir otak Alice
"Licia dengerin gue! Gue punya cowok namanya Alden-"
"Bodoamat nggak ada urusannya sama gue!" Potong Alicia lagi dengan nada jengkel. Sudah cukup selama ini ia menderita tapi sekarang bencana apa lagi yang dibawa kakaknya ini?
"Dengerin gue dulu! Gue cinta sama Alden, dan gue mohon sama lo jagain dia selama gue pergi! gue nggak mau Alden deket atau malah suka sama cewek lain selain gue!" Ucap Alicee menggebu
Egois! Alice sungguh egois!
"Bukan urusan gue!" Ucap Alicia geram sambil beranjak masuk kedalam kosannya
"Licia!" Alice tak mau menyerah ia menahan tangan saudarinya dengan kuat
"Mending lo pulang!" Ucap Alicia dingin
"Licia gue mohon, lo adalah satu satunya harapan gue. Lagipula, selama jadi gue lo kan bisa tuh manfaatin posisi gue. Jadi anak kesayangan dan kebanggaan papa" ucap Alice sambil tersenyum miring. Alicia mengepalkan tangannya kuat, gatal sekali ia ingin menghantam mulut kurang ajar Alice.
"Gue nggak mau!" Kekeh Alicia tetap pada pendiriannya. Alice terdiam
"Oke oke," ucap Alice sambil melepas cekalan tangannya dengan santai. Alicia menoleh dan memandang Alice dengan dahi mengkerut
'Cuma gitu?'
"Gampang aja, ntar tinggal bilang sama papa kalau anak gadis satunya ini... suka pergi malem malem kelayapan dan nongkrong sama cowok cowok nakal di club," ancam Alice sambil tersenyum miring tentu membuat Alicia geram setengah mati
'Yaela blom selese'
"Silahkan, lo pikir gue takut? Bukti lo mana?" Ucap Alicia sambil tersenyum remeh. Oke Alicia calm down. Jangan mau diperalat lagi sama medusa picik ini
"Hahaha Alicia.. Alicia..Lo remehin gue? Gue jamin mereka bakal percaya sama anak kesayangan mereka, tinggal ngarang cerita dengan ditambahi sedikit bumbu istimewa sama ngasi foto editan siapa yang nggak akan percaya?"
Alice terdiam. Nyatanya, Alice dapat kembali memperalatnya. Mengingat Alice adalah anak kesayangan dan kebanggaan keluarga, tidak seperti Alicia yang selalu di maki dan dibuang. Alicia memejamkan matanya menahan gejolak emosi. Giginya bergemelatuk, tangannya mengepal kuat. Sedangkan Alice menatap Alicia sambil tersenyumpenuh kemenangan
"Bagaimana? Adikku sayang.." ucap Alice sambil tertawa jahat
"Papa tau?" Tanya Alicia
"Of course. Tenang aja, papa udah setuju"
Alicia menarik nafas dalam
"Fine"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is Alicia
Teen FictionKisah tentang Alicia yang diharuskan berubah menjadi Alice Alicia yang tomboy, tempramen, dan keras itu kini berubah menjadi sosok feminim yang manis Ia ditugaskan oleh Alice untuk menjaga pacarnya selama Alice pergi Dari sandiwara ini, Alicia malah...