01. home

11 1 0
                                    

playlist 1 : all the kids are depressed - jeremy zucker

*****

Prang.

Suara pecahan keramik dan kaca menggema di seluruh ruangan. Bahkan suara televisi pun tersamarkan oleh keributan yang dibuat sepasang suami istri yang sedang bertengkar.

Para pekerja rumah tangga yang ada tidak berani melerai mereka. Rumah megah yang diisi oleh tiga anggota keluarga itu makin terasa mencekam suasananya. Entah sudah berapa banyak barang yang hancur berkeping-keping di lantai, tetap tidak ada yang berani menghentikan.

"Ah, sial."

Seorang pemuda kembali mengumpat karena kalah bermain game. Seperti tidak ada rasa terganggu oleh teriakan yang dibuat kedua orang tuanya, Juna dengan santai mengunyah permen karet sambil menatap kosong layar televisi yang dibiarkan menyala padahal ia sudah selesai bermain play station.

"Berisik anjir."

Tanpa berniat mematikan televisi, Juna pergi begitu saja membawa kunci mobil pemberian ayahnya yang merupakan hadiah karena Juna berhasil masuk universitas dan jurusan sesuai yang diinginkan sang mama.

Ia sudah muak dengan kedua orangtuanya yang selalu saja bertengkar. Rumah yang tadinya selalu jadi tempat ia kembali ketika lelah sekarang sudah berubah menjadi neraka yang tidak ingin ia masuki.

Juna melajukan mobil dengan kecepatan penuh diiringi musik radio yang sengaja ia putar keras-keras. Akal sehatnya hilang entah kemana, ia sudah tidak peduli lagi apa yang akan terjadi pada dirinya.

Hampir saja sebuah truk menabrak mobil bagian depan miliknya sebelum ia membanting stir ke kiri dan menginjak rem dengan sekuat tenaga.

Nyawanya hampir melayang karena ulahnya sendiri. Bukannya panik, Juna malah tertawa disaat orang-orang sekitar terkejut dengan kejadian yang baru saja terjadi.

"Bahkan gue takut mati buat apa bunuh diri, bodoh." umpat Juna.

Juna kembali melajukan mobilnya ke tempat yang selama ini menjadi saksi betapa mengenaskan hidupnya. Tempat yang sepi dan tenang hanya ada suara deburan ombak yang menghantam karang.

Sebuah gudang terbengkalai yang terletak di pinggir tebing menjadi tujuan Juna. Tidak ada orang yang berani masuk karena suasana yang terlihat mencekam. Maka dari itu tempat ini selalu menjadi tujuan akhir Juna ketika lelah.

Suara deburan ombak dan bintang yang berkilauan membuat dirinya merasa tenang. Bahkan ia sampai membawa kursi bekas yang ada di gudang rumahnya untuk diletakkan disini. Ia sering tertidur sampai pagi di tempat ini.

Namun, ada yang berbeda malam ini, Juna terus mendengar suara perempuan walaupun samar. Ia sempat merinding kalau ternyata itu suara hantu penunggu yang risih karena ia terus datang ke tempat ini.

"Leo, berhenti sembunyi ayo pulang."

Juna membuka matanya lalu memandangi keadaan sekitar siapa yang menganggu ketenangannya.

Terdengar suara langkah kaki berasal dari pintu masuk. Dengan perlahan Juna memastikan kebenaran apakah suara tadi hantu atau manusia.

"AAAAAAAAA!!!"

Juna terkejut ketika seorang perempuan tiba-tiba muncul dari balik tembok pembatas dan berteriak tepat di depan wajahnya.

"To--tolong jangan bunuh saya. Saya cuma mau nyari kucing yang lari masuk ke dalam sini. Saya tidak berniat mengganggu." ucap perempuan tersebut sambil menutupi wajahnya dengan telapak tangan.

Lovesick [1] : 60 Days LeftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang