BAB 10 | BENANG

188 11 0
                                    

M O N S T E R  B I M A
___________

“Syukurlah," gumam Lily saat ibunya memberitahu kalau keadaan nenek sudah lewat dari masa kritis dan sekarang  dipindahkan ke ruang inap.

Mama pulang seminggu lagi deh, kayaknya Li. Enggak apa-apa?" tanya Mamanya tersebut dengan nada cemas.

Lily tersenyum, sudah bertahun-tahun lamanya ibu gadis itu tidak bertemu dengan neneknya, dan mana mungkin ia tidak mengizinkan ibunya untuk tinggal beberapa hari lagi.

“Lily baik-baik aja, kok. Lagipula kan ada bi Sumi yang jagain," katanya.

Tapi, bi Sumi enggak tinggal di rumah."

“Ya enggak apa-apa, Ma. Lily enggak takut sendirian di rumah kok."

Bukan begitu, kalau misalkan ada apa-apa gimana?"

Lily hanya memutar bola matanya. “Aku udah besar, Ma. Lagipula semuanya selalu aman-aman aja, kan?"

Tidak, mama telepon Bima supaya nginep di rumah ya, bi Sumi juga enggak bisa nginep karena anaknya baru aja balik dari Madura."

“Tapi, Ma—"

Udah ya, Li. Nenek kamu baru bangun."

“Eh, Ma!"

Sambungan langsung saja terputus sepihak. Lily menatap ponselnya kesal. Mamanya tidak perlu melakukan itu, untuk apa menelpon Bima dan menyuruhnya menginap. Mereka berdua 'kan berbeda gender. Seharusnya, ibunya itu memikirkan bahaya yang akan didapat Lily jika satu rumah dengan cowok mesum seperti Bima. Ini benar-benar gawat! Batin Lily sembari menggelengkan kepalanya pelan.

“Napa, Ly? Daritadi perasaan geleng kepala mulu?" tanya Yuu setelah kembali dari toilet. Cewek itu kembali duduk di tempatnya dan melanjutkan makan.

Lily menyimpan ponselnya kembali ke dalam tas lalu menggeleng pelan. “Enggak apa-apa. Gue baru nerima telepon dari mama. Katanya bakal tinggal lebih lama di Yogya."

“Wah, sendirian dong di rumah? Kak Satya juga ikut, 'kan?"

Lily mengangguk mengiyakan. Satya juga akan tetap berada di sana sampai seminggu kemudian, yang paling membuat Lily kesal adalah, Satya membawa serta Mawar ke Yogya, sambil diperkenalkan kepada nenek dan kakek, alasannya.

“Lo enggak takut?"

“Takut kenapa?" tanya Lily sambil mengendikkan bahunya. Selama di Yogyakarta, ia juga sering ditinggal sendirian kakek dan neneknya yang pergi selama beberapa hari untuk menjual hasil panen kebun mereka ke kota. Dan ia sama sekali tidak masalah dengan itu.

“Ya, cewek sendian di rumah, kecuali ada yang nemenin."

“Kalo gitu, lo aja sama Rere yang nemenin gue, mau?"

Pundak Yuu terangkat antusias, tapi kemudian kembali turun. “Sayangnya gue juga harus jaga rumah. Papah gue lagi pergi ke Hongkong, sementara Rere, lu tahu 'kan, saudaranya dateng dari Aussie, makanya dia enggak bisa gabung sama kita sekarang."

“Gue tahu," balas Lily tanpa minat. Ia juga tahu, kalau nanti malam, Bima pasti akan datang ke rumahnya. Karena sebelum ibunya menelpon Bima, Satya pasti telah memaksa terlebih dulu sahabatnya itu menjaga adik kesayangannya ini. Padahal kan, Lily sama sekali tidak butuh perlindungan, malahan, cewek itu harus dilindungi dari Bima. Si monster mengerikan yang mampu melakukan apapun tanpa bisa ditebak.

***

Thanks, Yuu." Lily melambaikan tangannya ketika mobil milik Yuu kembali berjalan dan hilang di tikungan. Ia berbalik dan dengan langkah lemas, memasuki ruangnya yang gelap total. Sepertinya, sebelum pulang, bi Sumi lupa untuk menghidupkan semua lampu.

MONSTER BIMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang