Sial sekali hari ini, Rindi tidak tahu kalau jam pertama di kelasnya adalah pelajaran olahraga. Malah celananya terlalu terang pula. Dan kesialannya tak sampai hanya di situ karena sekarang ia sedang datang bulan.
Rindi agak risih, kenapa sekolah jaman sekarang harus olahraga memakai celana pendek. Meskipun kakinya terbilang mulus dan putih, tapi dalam dirinya tetap saja seorang ibu berumur 34 tahun. Agak risih.
Rindi berjalan cepat keluar kelas, ia butuh toilet sekarang.
Semoga nggak bocor...
Semoga nggak bocor...
"Nodrop no bochor bochor" Bisik seseorang dari belakang membuat Rindi kaget dan menubruk cowok di belakangnya dengan kepala.
"Aw! Idung gue!"
"Eh maaf—"
"Loh, elo?" Ternyata itu Jeron sahabat Gangga. Ia ingin memaki bocah itu seandainya masalah bocor ini tidak terjadi.
"Kenapa? kaget?"
"Gue buru-buru! Jadi jangan halangin gue!" ketus Rindi berjalan menghindari Jeron, namun lengannya tiba-tiba di seret lagi hingga kembali ke tempatnya semula. Aish Rindi kesal, kenapa sekarang ia sangat lemah. Di tarik begitu saja seperti boneka mampang.
"Tunggu.."
"Ada apaan lagi sih!"
Jeron melepas sweaternya membuat Rindi bingung, yang ia lakukan selanjutnya adalah melingkarkan sweaternya pada pinggang Rindi lalu mengikatnya.
Melihat sebuah pembalut tergeletak di lantai, cowok itu mengambilnya lalu memasukkannya pada kantong sweater itu.
"Udah gue bilang, lo mesti pake No drop! Bukannya Roti gabus cap nanas" ucapnya kemudian mendorong jidat Rindi.
Bibir Rindi menguncup lucu dengan mata melotot. "Jangan keras-keras ngomongnya bangsat!"
Jeron tiba-tiba melangkah mendekat menyondongkan kepalanya, membuat Rindi refleks mundur.
"Ma-mau apa lo?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
19 AGAIN
Teen FictionTerjebak dalam pernikahan paksa, dengan cowok bad attitude yang setiap harinya hanya membuat sakit hati. Perempuan itu adalah Rindi. Ibu dengan dua anak kembar yang tak sengaja lahir karena Gangga menerobos masuk ke kamarnya. Sialnya, Rindi kira ia...