Annoying Secret Agent

498 49 23
                                    

Aku terbangun di tengah malam karena harus berurusan dengan toilet. Ketika itulah tanpa sengaja aku mendengar suara mengais-ngais diikuti gumaman dari dapurku.

"Kulkas ini tidak punya makanan berkelas apa," ucap suara asing itu.

Aku tinggal sendirian di apartemen sederhana ini, karena itu aku yakin kalau itu bukanlah keluarga atau kerabatku. Menariknya, suaranya begitu berat, mengingatkanku dengan narator trailer film-film barat. Untuk orang dengan suara se-gentleman itu agak mengecewakan mengetahuinya mengobrak-abrik isi kulkasku.

Aku pun mengambil wajan penggorengan tanpa membuat suara untuk menyergapnya. Kudekati dia sedikit demi sedikit hingga pemandangan di depan kulkas terlihat jelas olehku.

"Jangan bergerak! Aku punya penggorengan dan aku tau cara menggu––"

EH?

Yang kulihat berada di kulkas itu bukanlah orang seperti yang kukira, melainkan seekor kucing. Kucing yang kuadopsi tiga hari lalu di penangkaran, aku menamainya Meong karena tidak terpikir nama lain. Matanya terbuka lebar karena terkeut, dan di mulutnya yang membentuk huruf 'o' terdapat bekas makan malam yang kusimpan di kulkas. Tidak salah lagi kalau dialah yang mengobrak-abrik isi kulkas, tapi apa dia juga yang bersuara berat tadi?

"Apa kau mendengarnya?" tanya Meong dengan suara berat yang barusan kudengar.

"AAAAAAAA!!!" Aku berteriak karena melihat kucing berbicara.

"AAAAAAAA!!!" Dia ikut berteriak karena aku berteriak.

"AAAAAAAA!!!" Aku berteriak lagi karena dia juga ber––

"Berisik Hooman!" Dia menamparku dengan kaki depannya. Hal yang kupikir mustahil dilakukan kucing selain jika di dalam mimpi, tapi aku merasakan sakit tamparannya, artinya ini bukan mimpi. Tapi lagi, memangnya kucing bisa menampar hingga terasa sakit? Sudah kuduga ini hanya mimpi.

"––man, Hooman! Apa kau mendengarku?! Jangan melamun saja."

Kini aku kembali fokus pada kucing tabby berwarna orange ini. Aku benar-benar tidak ingin mempercayai kalau dia berbicara bahasa manusia.

"Kenapa kucing bisa berbicara?" tanyaku sambil agak menjauh.

"Pertanyaan bodoh, kalau aku bertanya balik kenapa manusia bisa berbicara, bagaimana kau akan menjawab?"

Kalau ditanya bagaimana, ya begitulah. Sudah sewajarnya manusia bisa berbicara, tidak seperti kucing.

"Abaikan masalah aku berbicara, Hooman. Karena kau sudah mengetahui rahasiaku, sekalian saja kuberitahu misiku padamu."

Misi apa? Jangan bilang kalau para kucing sudah bersiap menginvasi dunia? Padahal dunia maya sudah benar-benar diinvasi dengan kelucuan mereka, apa kali ini invasi mereka akan merambat ke dunia nyata juga

"Aku bertugas sebagai agen rahasia untuk menyelamatkan kota ini dari ancaman monster jahat. Informasi tentang monsternya seperti apa dan di mana masih belum diketahui jelas, karena itulah kami para agen disebar di seluruh kota."

Ah, syukurlah kalau mereka tidak ingin menginvasi.

"EEEH? Ada monster di kota ini?" Aku tersentak. Bukankah ini lebih berbahaya daripada invasi kucing?

"Karena itu Hooman, aku perlu bantuanmu sebagai supporter misiku. Nasib penduduk kota ada di tangan kita."

"Me–membantumu? Aku tidak tau bagaimana caranya bisa membantumu."

"Jangan khawatir, aku akan memberikan instruksi padamu jika saatnya tiba. Ngomong-ngomong, namaku Meong, salam kenal." Dia menjulurkan sebelah kaki depannya padaku.

GenreFest 2019: HumorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang