Nara menunggu jemputan dengan perasaan bete. Sinar matahari sedang panas-panasnya, membuat suasana hatinya yang buruk menjadi semakin buruk. Sudah cukup otaknya saja yang panas karena diadakan ulangan harian dadakan untuk mapel Fisika, Matematika Wajib, dan Kimia.
"Mbak! Sini Mbak!"
Nara menoleh dan melihat bapak berjaket hitam melambaikan tangan padanya. Satu tangannya yang lain membawa sebuah helm berwarna hitam. Matanya menyipit di bawah teriknya matahari, menilai apakah bapak yang melambaikan tangan padanya adalah bapak Mo-Jek yang dipesannya.
"Nar, tuh kamu dijemput," ujar Nirma sambil menyikut Nara.
"Hah?" matanya kembali menyipit.
"Yang mana? Banyak tu bapak bapak jaket Mo-Jek yang lambai-lambai tangan."
"Sial banget. Ni ngapa coba jadi burem semua."
Kesal karena matanya tak bisa melihat wajah juga plat nomer Mo-Jek yang dipesannya, ia meminta bantuan Nirma untuk melihatnya.
"Liatin plat nomernya dong. Burem ni mata. Gue malas pake kaca mata."
"Biasanya juga lu bisa liat tanpa kaca mata," cibirnya.
"Huruf belakang platnya NJ. Bener gak?"
Nara mengangguk-angguk. "Bener berarti. Duluan yah!"
Nara naik ke jok belakang sepeda motor bapak Mo-Jek.
"Mbaknya saya panggil dari tadi kok ga nyamperin sih mbak? Capek nih hati dikacangin terus."
Mata Nara membesar. "Maaf pak. Tapi emang saya ga keliatan tadi."
Entah apa yang merasukimu~
"Bentar ya mbak. Istri saya telepon nih hehe."
"Ya? Ada apa sayang?"
"Kamu gapapa, Yang? Di luar lagi panas banget. Kamu yakin tetep ngojek?"
"Iya nih panas banget. Skincareku jadi rusak nih. Nanti pas pulang restock lagi yah, Yang. Biar sebagai Mo-Jek keliatan kinclong gituh. Lagian harus ngojek buat hidupin kamu Yang."
Nara memutar bola mata.
"Nih bapak ga papa?"
Sambil terheran-heran, sepasang matanya menangkap kejadian yang lebih mengherankan nan bodoh yang dilakukan oleh temannya, Nirma. Ia berlari kecil menghampiri Nara dan meminta salim dengan pak Mo-jek sesaat setelah pak Mo-Jek tersebut menyelesaikan telepon mesra bertopik skincare rusak dengan istrinya.
Dengan polosnya Nirma berbisik, "Om mu ganteng Nar. Shining-shining."
Nara mengerutkan alis. "Hah? Ni anak kesambet apaan? Ngapain juga salim sama bapak Mo-Jek pake embel-embel om gue?"
"Siap-siap ya mbak. bapak gas nih!"
Pak Mo-jek langsung tancap gas sebelum Nara bersiap dengan benar. Alhasil, sepatu baru miliknya copot dari kaki cantiknya.
"Sial! Sepatu gue!"
***
Wajah Nara semakin merengut kala ia sampai di rumah. Ia menyimpan sepatu sebelah kirinya di dalam kardus kosong dengan kesal dan bergegas menuju kamarnya. Entah bagaimana caranya, mamanya tidak boleh tahu kalau sepatu barunya sudah hilang, hanya satu pula.
Ia menghidupkan AC dan mengempaskan dirinya di kasur.
Ia membuka hpnya yang bercasing oppa kesayangannya itu dan mengecek pesan di aplikasi Line.
999+ unread messages form NPC_GENFESTMINGGUTERAKHIR
Matanya membulat beriringan dengan jantungnya yang mulai melaksanakan senam rutin kala melihat notifikasi undian keramat tersebut. Keringatnya mulai bercucuran. Entah mengapa, selama hampir sebulan penuh ini, grup tersebut menjadi lebih horror baginya.
"Widih rame banget. Pasti undian si roda neraka dah keluar!"
"Duh naudzubillah deh dapet genre serem. Awas aja tuh roda kasih gue genre yang aneh-aneh. Padahal gue udah kasih sajen, no komen, no hujat. Seratus persen memuja roda!"
999+ unread messages
"Asem dah. Mumpung hari terakhir undian, hujat Roda gapapa kali yah?!"
Nara membaca chat dengan cepat sampai ia menemukan berita yang membuat jantungnya lebih bersemangat senam.
RatuPecut♡ has added note.
DEG!
"Ugh... jangan yang aneh aneh ya Roda! Ini minggu terakhir! Bisa botak kepala gue kalau kena genre kematian."
"Gue di tim 2 dan dapet genre..."
Ia mengutuk sinyal hpnya yang lemot saat memutar video, untuk melihat genre apa yang didapatnya.
"Ayolah! Ni sengaja ya, bikin gue ngos-ngosan senam jantung mulu?!" serunya sambil menggoyang-goyangkan hpnya, walau tidak berpengaruh pada sinyalnya sama sekali.
Dan seharusnya Nara tak melihat pengumuman itu. karena genre yang didapat...
"ASEM BENER GUE!"
Ia berguling-guling di kasur sambil menertawai dirinya sendiri.
"Dasar roda neraka! Rasanya emang gue ditakdirkan buat ngereceh dan botakin kepala gue."
Selang tiga puluh menit sejak pengumuman keramat yang membuatnya kian bete, ia mendapat notif video teaser boy band favoritnya muncul di hpnya.
"Apaan nih?!"
Segera jari jari manis nan bantet miliknya memencet notif tersebut.
Tidak sampai sedetik video tersebut diputar, Nara sudah berteriak heboh.
"GILAA! TEASER COMEBACK?!
Jeritannya tak hanya berhenti di detik pertama, tapi berlanjut hingga akhir video yang menampilkan beberapa tanggal comeback oppa oppa kesayangannya.
""GILA! DUIT GUE!"
"Tanggal 9 Oktober, 9 November, sama 25 November!"
"Gila! Apes bener gue."
"Udah apes dapet genre yang gue gak bisa. Niat menghibur diri malah ada pengumuman ngerus duit. Duh Gusti... duit gue..." ratapnya sambil kembali berguling-guling di kasur.
Dan di tengah-tengah tangisan ratapannya, sesuatu yang mengerikan kembali menimpanya. Suasana horror yang mencekam, tiba-tiba melingkupinya.
"Kok aku merinding ya?"
Namun ia tidak menghiraukan sambil kembali bergulingan, meratapi nasib apes yang baru saja diterimanya bertubi-tubi.
Tiba-tiba, pintu kamarnya menjeblak buka.
"NARA! BUKANNYA MAMA BILANG KALAU PULANG SEKOLAH DIBERESIN DULU SEMUA? AYO SINI KELUAR! MAMA BANTING HPMU!"
Sontak, Nara yang sedang berguling-guling ria terjatuh dari tempat tidurnya. Sambil meringis menahan sakit ia berdiri tegak sambil ikut berseru tanpa berani melihat wajah menyeramkan yang sedang menatapnya tajam di ambang pintu.
"Mati gue!"
"NI ANAK YA KALAU GA DIAWASIN SEENAKNYA SENDIRI! BELAJAR SANA!" serunya lagi sambil menarik lengannya paksa keluar kamar.
"Ampun mak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GenreFest 2019: Humor
HumorSiapa bilang NPC isinya hanya penulis-penulis serius dan kaku? Kali ini peserta Genrefest 2019 ditantang untuk menulis cerita humor. Bacalah, dan mari lihat apakah mereka sanggup membuatmu tak bisa menahan tawa! Cover by Harunaou