Dua

53 11 0
                                    

Dulu aku mengenal Panji sebagai lelaki polos yang selalu menampakkan segala kesederhanaannya. Ia selalu terlihat ceria, tidak pernah ada semburat kesedihan dalam wajahnya. Walaupun aku tau hidupnya tak semanis yang orang lain pikir.

Kami berdua telah lama saling mengenal, tidak ada yang istimewa kala itu. Hanya sebatas teman. Namun takdir berkata lain dengan mengubah jalan cerita hidup kami. Setelah sekian lama tidak bertemu, Panji kembali hadir dalam hidupku. Menjelma sebagai sesosok yang selalu ada untukku.

Kisah ini bermula pada pagi itu, ketika aku kehabisan uang saku yang mengharuskanku berjalan kaki dari kos menuju tempatku bekerja. Disaat itulah tiba-tiba Panji hadir. Tidak banyak yang berubah dari Panji yang ku kenal dulu, hanya saja ia terlihat lebih matang sebagai lelaki dewasa. Aku masih ingat betul saat dirinya dengan malu-malu menawariku untuk mengantarkanku menuju tempat bekerja. Pipinya bersemu merah seperti kepiting rebus. Saking lucunya, aku ikut merona melihatnya.

Dengan alasan bahwa kampusnya dan tempatku bekerja searah, ia memutuskan untuk mengantar jemputku setiap hari. Awalnya aku enggan untuk menerima tawaran tersebut, aku hanya tidak ingin terus-menerus merepotkan dirinya kelak. Namun karena ia merasa tidak keberatan dan terus memintaku untuk menerima. Akupun mengiyakan.

Hari terus berlalu, seiring dengan berjalannya waktu Panji tidak hanya mengantar jemputku namun ia juga mengajakku keluar saat malam. Sekadar menghabiskan bensin motornya dengan mengitari alun-alun kota berulang kali, menghitung jumlah bintang di taman kota, atau mengunjungi pasar malam untuk menggoda pasangan yang sedang berkencan. Menurutku ini konyol sekali, aku selalu terkikik ketika mengingatnya.

Menurut Panji malam adalah waktu yang tepat untuk menghabiskan waktu bersama. Tidak ada polusi udara yang menyesakkan, tidak ada deruan kendaraan yang memekakkan telinga. Jalanan yang ramai mulai lenggang. Kebanyakan orang pun sudah mulai istirahat, meninggalkan aktivitas melelahkannya di siang hari. Malam begitu damai dan menenangkan. Satu lagi yang masih ku ingat dalam sepucuk suratnya,

Malam memang indah karena adanya bulan dan bintang,
tapi malam tidak akan sempurna tanpa adanya dirimu
-Panji

Serpihan Kenangan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang