Setelah acara meyakinkan yang di lakukan Devan kepada Niki, kini mereka tampil seperti biasanya di kantor seolah-olah percakapan yang mereka lewati baik didepan orang tua atau pun yang di mobil dianggap tidak pernah terjadi, terkhusus jika didepan pegawai lainnya. Dengan dalih agar professional.
Devan yang masih bersikap seperti boss semestinya, dan begitu juga dengan Niki yang bersikap sebagai bawahan Devan yang bertugas sebagai sekretaris Devan, siap ikut kemana bossnya pergi.
Pekerjaan Niki sebagai sekretaris sangat menguntungkan baginya, seperti dia bisa ngikut kemana calon suaminya ini pergi tanpa ada yang curiga. Sesekali selesai dengan tugas kantor, mereka akan selipkan beberapa jam untuk kencan guna mengenal satu sama lain. Yah kencan di waktu jam kantor apa salahnya toh dia bossnya, pikir Devan.
"Niki? Bisa keruangan saya sekarang?" Ucap Devan dengan interkom yang tersambung langsung dengan sekteratisnya
"Baik Pak" jawab Niki seprofessional mungkin.
Niki beranjak dari meja yang selalu ditempatinya, menuju ruangan dimana bossnya berada. Tak lupa sebelum dia beranjak, dia selalu mengamati pakaiannya masih rapi atau sudah berantakan.
Atau dia juga akan membenarkan make up nya sekilas, seperti menambah lipstick dibibirnya. Salah satu daya tarik yang menurut Niki berpengaruh di bagian tubuhnya adalah bibirnya. Sehingga dia tidak lupa untuk selalu mengecek keadaan bibirnya, masih on dengan lipstick atau tidak.
Tentu dia tidak mau tampil mengecewakan didepan boss yang merangkap sebagai calon suaminya itu
"Udah cantik kok Nik" sahut Karin mengamati kegiatan Niki yang sibuk dengan kaca mininya.
"Eh Mbak"
"Mau kemana?" Tanya Karin gak menghiraukan tampang bloon Niki
"Ini mau keruangan Pak Devan Mbak" jawab Niki menyelesaikan tugasnya memoles lipstick tadi
"Udah gak takut lagi kayanya ni sama Pak Devan" goda Karin memainkan alisnya naik turun
Niki cuma bisa mengulum senyum mengiyakan ucapan Karin. Gimana mau takut orang sebentar lagi bossnya bakalan jadi suami, Batin Niki.
"Yaudah gih masuk" suruh Karin. Sebelum Niki beranjak jauh melewati Karin, Karin membisikkan kalimat yang mampu membuat pipi Niki bersemu merah
"Kalau doi marah, cium aja tepat di bibirnya. Itu biasanya cara yang paling ampuh"
Melihat gelagat yang di berikan oleh Niki membuat Karin ketawa geli.
****
"Permisi Bapak, Bapak manggil saya?" Tanya Niki sopan kepada bossnya
Devan yang tengah mengistirahatkan kepalanya pada sandaran kursi dengan mata terpejam, menghentikan kegiatannya.
"Saya capek Niki" adu Devan kembali memejamkan matanya
Terlihat jelas dari cara bossnya menyampaikan keluhannya kalau dia beneran capek. Gimana tidak, satu minggu full ini dia non stop meeting diluar, belum lagi buat survey ke Lapangan. Devan merupakan salah satu boss yang tidak mau melepakan tugasnya 100% kepada bawahannya.
"Bapak mau apa? Biar sama buatkan" tawar Niki prihatin melihat raut wajah lelah bossnya itu
Devan mengembuskan nafasnya secara kasar. Dia lelah, capek, tapi lebih capek lagi dia menahan gejolak yang ada pada tubuhnya jika berada satu ruangan begini dengan sekretarisnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Married With My Boss
Roman d'amourApa jadinya kamu tertarik sama seseorang karena wangi yang dicium pada tubuh seseorang. Tapi begitu lah kenyataannya. Devan Erlangga, seorang CEO pada sebuah perusahaan tertarik sama seorang wanita karena aroma manis yang diciumnya dari tubuh wanita...