4. Realizing

114 16 39
                                    

24 November 2019
Dia orangnya baik, ya. Kayaknya aku suka sama dia. Dia itu--

Sret!

"KAK ILY IH! Kecoret nih," teriak Seli yang kepergok menulis sesuatu di diary miliknya.

"Kamu nulis apa hayo?"

"Nggak. Nggak ada."

"Bohong." Ily mendelik. "Kamu lagi curhat kan? Hayo ngaku."

Seli dibuat heran oleh Ily. Bagaimana bisa ia tahu kebiasaan Seli?

"Sudah kelihatan dari wajahmu."

Oke. Ily memang pengamat yang baik. Sudah pro kalau kata Ali.

"Dasar indigo."

Seli melanjutkan acara menulisnya yang sempat terganggu. Ia begitu fokus menulis sampai tidak sadar kalau Ily sedang tertawa.

"Kamu lagi suka sama siapa?"

Kemudian Seli terdiam sejenak karena pertanyaan Ily barusan. Bagaimana tidak, tanpa basa-basi dan tanpa ada wajah bersalah tiba-tiba menanyakan hal itu.

"Tumben nanya?" balas Seli.

"Ditanyain malah tanya balik. Nanti kena karma lho."

"Iya kak maaf...."

"Canda, Sel. Hahaha santai aja. Jawab pertanyaanku dong." Ily malah mendesak.

"A-ada lah. Seseorang," kata Seli.

"Wah. Siapa? Temanmu? Atau kakak kelas? Siapa tahu dia temanku juga."

Peka dong, kak.

Jika saja yang bertanya bukan Ily, Ali misalnya, mungkin sudah dibuang oleh Seli ke selokan.

"Nggak kak," Seli memasukkan pulpen dan diary miliknya ke dalam tas. "Aku nggak bisa kasih tahu."

"Iya kan kakak maunya tempe."

"...."

"Bercanda, Sel. Ayo ke perpustakaan. Mau?"

Perpustakaan? Seli menoleh ke arah Ily dengan tatapan heran. Biasanya laki-laki selalu mengajak perempuan ke taman, jalan-jalan, atau nongkrong. Lalu ini? Entahlah. Kak Ily memang penuh kejutan.

Ily mengangguk sambil tersenyum senang. Matanya yang berbinar itu seakan mengatakan kalau ia sangat ingin pergi ke sana. Mau tak mau akhirnya Seli menuruti kemauan Ily. Padahal Seli sendiri tidak terlalu suka membaca.

"Kak, kakak ada tugas kah? Apa memang mau menenangkan diri di perpustakaan?" tanya Seli.

Ily tampak berpikir sejenak. "Tidak juga. Aku tidak ada tugas sama sekali. Sudah selesai dari kemarin. Aku ke perpustakaan cuma ingin membaca buku Ekonomi buat referensi."

Seli ber-oh ria. Mereka kemudian berdiri lalu berjalan menuju perpustakaan.

Seperti biasa. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Tidak sampai 10 menit, mereka sampai di perpustakaan yang ada di kota mereka. Ily melangkahkan kaki duluan, kemudian disusul oleh Seli.

Ily memilih sebuah meja kosong yang terletak di dekat jendela. Ia mengeluarkan ponselnya, terlihat mencari sesuatu.

"Aku mau ke rak bagian Ekonomi. Kamu kalau mau cari buku apapun silakan. Asal kamu kembali ke meja ini," kata Ily datar.

Seli mengangguk. Ia sedikit menyadari, ada keanehan dalam diri Ily. Entah apa itu. Namun sejak di perjalanan tadi, Ily terlihat begitu datar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang