MIMPI BURUK

2.8K 107 7
                                    

### WARNING 20+++ ######

Aku merasa sesak dan sulit bergerak, saat membuka mata ku dapati  dada bidang Pak Rian tepat di depan wajah ku.
Jarak kami sangat dekat melekat tanpa sekat, bersatu  dengan intim dalam selimut bercorak bunga anggrek ungu.

Deg!!!  Deg!!!  Deg!!

Dada ku bergemuruh, aliran darah terpompa lebih cepat, seperti akan meledak.

Astaga!!

Apa yang sedang terjadi saat ini tidak bisa aku pahami.
Aku segera beranjak turun dari ranjang dengan sangat pelan, sekalipun rasa takut sulit ku kendalikan, aku berusaha agar dia tidak terbangun.

Tangan ku bertumpu pada nakas, telapak kaki menggapai dingin nya lantai, ku raih selimut untuk  membungkus diri.
Dengan sangat hati-hati kakiku akan melangkah pergi, Namun lenganku ditahan oleh nya dan  secepat kilat dia menarikku dalam dekapannya.

"Mau kemana? Nala harus menemani saya bersenang-senang, kita sudah menikah lo "
Dia berbisik di telingaku

"Jangan, saya takut. Bapak bilang akan menunggu saya "

Aku gemetaran hebat, keringat membanjiri tubuhku, tak lama aku merasa mual dan dadaku sesak, nafas ku keluar pendek-pendek.

" he he he Saya lelaki normal 25 tahun, orang bilang lelaki berusia 25 tahun darah nya panas Nala, jadi ayo bantu saya membuatnya dingin "

Pak Rian membaringkan ku pelan, tatapan nya tajam mengerikan seolah siap melahapku bulat-bulat.
Dia semakin mendekatkan wajah nya, tersenyum dingin dan menyerang ku.

" ibu..... Tolong....  Ibu.... "

"Berhenti aku mohon...... Tolonggg"

Aku berteriak kencang tapi suaraku hilang yang keluar dari bibir ku hanya suara-suara aneh. Kuat terus kucoba memberontak. Aku tidak mau seperti ini, aku memohon agar dia menghentikannya.

Usahaku tidak sia-sia, akhirnya dia melepaskanku dari dekapannya yang kuat. Aku bisa bernafas lega, kutarik nafas dalam-dalam.

Kini aku tersadar apa yang terjadi hanyalah mimpi buruk saja. Kupandangi sekitar, tidak ada Pak Rian disini.

Lama aku terdiam menahan gejolak di dada, rasa mual sedari tadi membuat perut ku tidak nyaman, aku ingin muntah, jijik dengan apa yang kulihat dalam mimpi, benci dengan diri ku sendiri, merasa kotor dan tidak berharga.

Aku meringkuk dalam hening malam yang sepi, sendiri.
--------------------------------------------------------------

" Bersikap biasa saja di Sekolah, pastikan jangan ada teman Nala yang tahu, maka semua akan baik-baik saja, Nala paham kan ? "

Ibu menemani ku menunggu angkutan umum, ada khawatir terlukis di raut wajah nya, di genggam nya jemari ku dan sesekali di usap-usap nya dengan lembut berharap akan mengurangi beban yang ku simpan dalam diam.

Kalau ada sosok terbaik di dunia ini, maka ibu lah yang pantas menyandang nya.
tanpa bertanya pun seorang ibu akan tahu apa yang sedang bergelayut dalam pikiran anak nya.

Kadang ibu harus menyimpan apa yang dirasakan nya hanya demi membuat anak nya merasa nyaman dan aman.
Rasa duka disimpan sendiri lalu dia olah emosi nya agar hanya  keceriaan  yang hadir dalam keluarga ini.

Jika ada jimat terhebat yang pernah ada di dunia ini, maka itu adalah doa ibu.
Dia pertahanan terakhir ku, doa nya akan membawa ku dalam takdir yang baik, aku percaya  itu..

Aku berjalan cepat memasuki gerbang sekolah, tersenyum dan menyapa beberapa teman yang ku kenal.

Berlari kecil aku mengejar Dani yang berjalan di depan ku, Nama panjang nya Daniati Lesmana, Dia seperti biasa dengan rambut sebahu nya yang dikucir kuda dan tas ransel  yang terlihat berat penuh terisi.
Kami mengobrol ringan dan bercanda seperti biasa nya .

Memasuki halaman parkir yang sudah penuh motor-motor siswa dan beberapa mobil guru,
Tiba-tiba  pintu mobil jazz putih yang terparkir  terbuka, menampakkan sosok yang tidak  ingin ku lihat.

Pak Rian melihat ke arah ku, aku berpaling.
Seketika dada ku terasa nyeri, tanganku berkeringat dingin dan perut ku sakit seperti diremas,  mulas.

Dani menatap ku heran dan menodong dengan banyak pertanyaan.

" kenapa?  Sakit perut?  "

"kok tiba-tiba, tadi ga papa.  Kenapa gemetar  Nal, mau ke UKS ?  , Yuk  aku anterin "

Aku menolak dan mengajak Dani berjalan cepat hingga panggilan nya menghentikan langkah-langkah kami.

" Nala tunggu, saya bawakan buku yang tempo hari Nala mau pinjam "

Pak Rian menyodorkan  buku pramoedya GADIS PANTAI, buku bersampul biru toska  berlukis anak gadis dengan busana adat jawa yang kemarin kami bicarakan saat malam di bengkel, bercerita tentang gambaran situasi feodalisme di daerah jawa.

Nampak Dani kaget dengan situasi ini, Pak Rian dikenal dingin dan killer, aneh tentu jika kemudian dia bicara dengan santai pada ku.

" oh iya... Itu.. Ee... Terima kasih Pak "

Aku menerima buku itu dengan kegalagapan, panik. Rupa nya aku belum bisa menguasai  diri ku, hingga Pak Rian menyadari wajah ku pucat dan sedikit gemetar.

" Apa Nala kurang sehat? , pucat sekali wajah nya,  ayo ke UKS dulu, saya antar.  "

mati aku  !!
Dani pasti tambah bingung dengan situasi ini, tolong jelaskan siapa diantar kita yang membuat ini nampak jelas bagi orang lain.

" eh tidak saya itu belum bikin PR jadi saya agak cemas pak, terima kasih  buku nya, saya permisi  "

Tanpa menunggu  jawabnya, aku menarik tangan Dani agar cepat melangkah menuju kelas. Untung nya Dani kali tidak banyak bertanya, mungkin dia shock dengan kejadian tadi.

---------------------------------------------------

" Triiiiiiiiiiiiiiiiiiinggggg Triiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiingggg"

bunyi bel istirahat bagai hawa surga, menyenangkan setelah kami bergulat dengan rumus rumus sin cos dan tan.

Diandra menghampiri ,berdiri di samping meja ku, menawarkan ke kantin bersama seperti biasa. Dia sudah menembak ku sejak setahun lalu dan aku sudah menolak nya, tapi dia pantang menyerah.

"  Dih gak bosen sih kamu dra, Nala capek tuh ngadepin kamu"
Dani menggerutu.

" heeyyy...  Diam kamu cebol. Yuk Nal, aku traktir deh "

" ngga lah, duluan sana "

Diandara mencoba membujuk ku, bahkan kali ini dia berani menarik tangan ku, aku kesal dan marah, tanpa sadar aku teriak pada nya

" Lepas......!!!!!!!!!!  "

Diandara menatap ku kesal, aku menahan tangis.

Ketukan pintu kelas memalingkan pandangan ku, ternyata sedari tadi Pak Rian berdiri disana, melihat ku menjerit, wajahnya merah padam, netra nya memancarkan jilat api.
Dia melangkah  memasuki ruangan kelas.

MENIKAH DINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang