CEMBURU DIANTARA KITA

2.5K 120 6
                                    

Aku nyaris tak mengacuhkan apa yang ditanyakan nya, pikiran ku terfokus pada apa yang ada di hadapanku.
Selama hampir tiga tahun mennghabiskan waktu di SMA, baru kali ini aku menyadari sesuatu  yang digilai oleh  teman-teman ku, yang kata nya bukan saja berwajah tampan, tapi bahkan wajah nya sangat halus untuk ukuran  seorang pria.

Seperti sebuah kamar yang telah berhasil dibuka pintu nya, perasaan itu dengan mudahnya menyeruak mengisi relung hati.
Ada rasa hangat yang membuat jiwaku nyaman dan anganku terbang melayang.
Aku ingin waktu berhenti, agar puas aku bercumbu dengan rasa ini. 

Hatiku tertambat sudah ....
Sepertinya aku telah jatuh dalam pesona nya.
Tidak tidak..   Itu tidak boleh !!
Aku tidak boleh dengan mudah mencintai seseorang. Itu murahan. Ini salah !!

Sial... !! Sial...!!
Aku ingin mendorong tubuhnya menjauh, tapi tanganku tidak mengikuti apa yang diperintah oleh otakku.
Pak Rian semakin mendekatkan wajah nya, aku dapat merasakan deru panas nafasnya disisi leherku dan mendengar saliva nya tertahan lalu tertelan. Saat itu juga sesuatu yang panas mengalir dalam darahku, berpangkal dari sentuhan jemarinya dibibirku kemudian panas itu menelusuri seluruh bagian tubuh, menuntut sesuatu yang  tak ku pahami.

" Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa "
Jeritan histeris itu tak dapat ku kendalikan, bukan mau ku mendorong tubuhnya dengan kasar dan menangis gemetaran. Aku membenci diriku sendiri, aku tak dapat mencegah merasa bahwa aku ini menjijikkan dan tidak berharga.
Aku tertekan.

" Nala, Nala tolong  maafkan saya... , saya tidak bermaksud begitu, saya terbawa perasaan"
Pak Rian terus mencoba menenangkan ku, dia menggenggam tanganku dan memelukku, tapi sentuhan fisik menambah rasa tertekanku. Aku berusaha kuat menahan nya, tapi kadang menyerah terasa lebih mudah.
Aku hanya ingat wajahnya yang sangat khawatir sebelum akhirnya aku melihat hitam kelam lantas terpejam .

**********************

" Bagaimana kondisi Nala, Rian? "

" Dokter bilang semua normal mah, mungkin Nala sedikit shock . Mamah kesini sama siapa, Mah  ? "

" Apa yang bikin Nala sampai shock begitu? "

" Apa yah, anu... Mah.. Emmmmm"

" Hayo harus jujur sama mamah, awas kamu yah, kamu apa kan Nala? "

" Mah, bukan begitu siih.. Kenapa mamah berpikir Rian mesum ."

" Mamah ga bilang Rian mesum, tapi mamah tahu Rian pria dewasa. Maka nya Mamah takut Rian gak bisa nahan diri, jadi sebenarnya apa yang  terjadi  sama Nala ? "

" Nala pingsan, Rian cu..ma...  Tapi jangan bilang mbak Naura yah mah, nanti  ember dia "

" Astagfirullah iyah, cepat  ...jelasin..!  "

" Cu... maa.. Rian cium mah "

Sreekkkkkkkkkkkk !!
Tirai ruang  IGD terbuka, aku penasaran siapa yang datang. Tapi aku malu membuka mata, apalagi sedari tadi aku menguping pembicaraan Pak Rian dan Mamahnya.

" Belum sadar, Mas?  "

" Iya Dok "

" Dokter, maaf saya menyela, apa ada orang pingsan karena dicium?  "
Mamah Pak Rian sumpah membuat ku ingin segera bangun dan meminta jangan bertanya pada Dokter, maluu aku tuh huhuhuhuhuhu...

" Bisa saja ibu, saya tadi sudah tanya-tanya dengan Mas nya, saya sarankan agar nanti coba ke psikiater, karena kalo saya menduga pasien ada mengidap sejenis phobia "

" Maksud phobia nya apa Dok?   "

" Baru dugaan saja bu, mungkin genophobia, sejenis phobia terhadap tindakan menjurus ke arah sex, lebih detailnya psikiater lebih paham nanti bu "

MENIKAH DINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang