Septian

dua: Logistik

Cieee nungguin

🐝🐝🐝

Hari ini aku dipindahkan dibagian logistik. Awalnya aku kira aku akan dibagian yang banyak makanan-makanan gitu.

Yaelah.

Makan aja tau nya aku mah.

Diruangan logistik ini aku satu-satu nya yang cantik.

Hehe.

Ga deng. Canda.

Maksud aku, disini, dibagian logistik, aku satu-satu nya cewek. Karyawan yang bekerja disini semuanya laki-laki.

Gils.

Dikelilingi cogans uy.

Engga deng. Boong.

Udah pada bapaks.

Tugas awal magang ku hanya membuat nama bantex-bantex yang ada. Berantakan sekali jadi aku harus membuat ulang semuanya.

"Gimana ma?" laki-laki yang duduk dibelakang ku ini mulai kepo dengan hasil kerja ku. Em, nama nya Mas Dio.

Panggil mas gengs karna dia belum nikah.

"Ini udah selesai"

"Oke langsung print aja" Mas Dio menghampiriku. "Tau kan cara ngeprint gimana?"

Yaelah. Merendahkan skill ku.

"Bisa."

Aku memprint satu lembar hasil kerja ku tadi.

Zonk gaes.

Hasilnya zonk.

Malu-maluin banget si femma.

"Kalo segini ukurannya kebesaran ma. Sini saya aturkan ukurannya" Mas Dio mengambil alih tugas ku.

Dengan senang hati aku mundur.

Satu.

Dua.

Tiga.

"Loh"

Hm.

"Udah kamu save belum yang tadi?" tanya mas Dio. Aku membalas dengan menggelengkan kepalaku.

"Kenapa Di?" tanya orang yang tengah berdiri disamping Mas Dio. Namanya Mas Zakri.

Udah punya istri sih. Tapi gak cocok gitu kalo dipanggil Pak Zakri. Mukanya masih muda banget.

"File nya hilang" jawab Mas Dio.

Sabar Femma. Ini hari pertama kamu disini.

Sabar.

Ga boleh marah.

Ingin rasanya aku mencakar-cakar dinding sekarang ini. Yang benar saja. Tugas yang aku kerjakan selama satu jam lebih hilang begitu saja.

Mau nangis.

Mamiiiiii.

"Hilang mas?" tanya ku sok polos.

Drama queen ya gini ni.

"Sebentar ma. Siapa tau bisa diback up" Mas Dio masih mengotak-atik komputer itu.

Ya sudah. Itu kan salah dia sudah menghilangkan hasil kerja ku.

"Yang balik cuma ini. Kamu ulang aja ya" Mas Dio menyerahkan nya kembali padaku. Aku hanya mengangguk-angguk setuju padanya.

Mau nangis.