Ada yang aneh

20 3 0
                                    

Saat kami bertiga menuruni kapal ada yang mengganjal di pikiran. Aku berfikir keras apa yang aneh dalam perjalanan ini, namun hasilnya nihil. Bima yang memasang ekspresi bingung pun terlihat lucu mungkin kalau tidak dalam keadaan bingung aku akan tertawa paling kencang.
Aira yang sedari tadi diam saja pun akhirnya berbicara.

"Eh kalian ga ngerasa ada yang aneh gitu?" pertanyaan yang Aira lontarkan sama persis yang ada di dalam fikiran ku dan Bima

"Nah itu masalahnya, Reon kamu tau sesuatu gak?" Bima yang memandangku dengan harapan mendapat jawaban yang memuaskan, kini kembali menjadi muram saat aku menjawab "aku sama sekali tidak tau".

Tiba tiba saja aku teringat sebuah academy yang ada di dalam isi surat Leon. Aku mengaitkan rasa keanehan ini dengan academy itu.

"Kalian ga ngerasa gitu kalau ibukota ternyata sepi seperti kuburan? " kalimatku membuat Bima dan Aira terkejut.

"Eh iya bener juga ya, setau aku sih ibukota 24 jam ga bakal pernah sepi" Bima yang baru menyadari situasi itupun tampak memasang wajah tambah bingung.

"Bagaimana kalau kita langsung ke academy saja? Ku dengar academy itu memiliki asrama jadi kita tidak perlu mencari tempat tinggal" aku mengalihkan pembicaraan supaya mereka lupa akan ibukota yang sepi ini.

Kami pun memutuskan untuk pergi ke academy itu. Aku tidak sabar menunggu bertanding bersama Leon, mendaftar saja aku belum udah mikir yang kejauhan.

Setelah berjalan selama 1 jam kami sampai di depan bangunan yang luas dan bertingkat ya itu adalah academynya. Kami bertiga hanya terbengong melihat bangunan yang sebesar itu (maklum anak desa). Kami bertiga pun masuk kedalam academy itu, bukan cuman luarnya saja yang luas namun dalamnya juga sangatt luas persis seperti castel.

Saat sedang melihat lihat ada seorang pemuda yang tampan menghampiri kami bertiga. Dengan jantung yang berdebar karna takut dimarahi kami bertiga serentak menelan ludah.

"Ada keperluan apa kalian kemari?" pemuda itu mengatakannya dengan nada yang lembut bahkan di luar dugaan ku kalau dia tidak akan marah.

"Kami bertiga ingin mendaftar ke academy ini, apa syarat menjadi salah satu murid di academy ini? " kedua teman ku yang terlihat seperti masih takut dan pemuda itu tersenyum lalu ia berkata
"Baiklah ikuti aku, tenang saja aku bukan penjahat".
Setelah mendengar kata kata itu kami bertiga mengikuti pemuda tampan itu.

Setelah sampai di sebuah ruangan aku dan kedua teman ku di persilahkan masuk. Pemuda itu berjalan mengambil sesuatu dan kembali dengan tiga lembar kertas di tangannya.

"Ambillah formulir ini, isi data kalian jika sudah diisi serahkan pada saya, owh iya jangan lupa bertandatangan juga" pemuda itu membagikan formulir itu kepada kami bertiga sambil menjelaskan cara mengisinya.

Selama 1 setengah jam kami bertiga menyelesaikan formulir dan memberikannya kepada pemuda tampan itu. Pemuda itu meriksa formulir kami satu persatu dengan teliti. Setelah lama menunggu pemuda itu akhirnya dia memberikan komentar.

"Reon kenapa kamu tidak mengisi elemen apa yang kamu miliki?  Kalian juga Aira dan Bima kenapa ga diisi?" pemuda itu bertanya sambil tersenyum. Menurutku senyum pemuda itu memiliki arti seperti ini "Apa kalian tidak tau apa itu elemen?". Kata-kata itu seperti sindiran bagi orang yang tidak tau.

"Aku tidak tau mempunyai elemen apa, karna aku tidak pernah melafalkan mantra ataupun menggunakan elemen itu" pemuda itu terkejut karna baru kali ini ada anak yang tidak menggunakan sihir.

"Bagaimana kamu bisa diterima kalau kau tidak memiliki elemen?"
Pemuda itu memandang kami bertiga dengan serius.

"Saya tidak bilang bahwa saya tidak punya elemen tapi yang saya katakan saya tidak tau elemen apa yang saya punya" jelasku panjang lebar.

Meanings Sacrifice          [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang