Singapore, 8 tahun yang lalu..
Sean Xiao memandang sendu murid-murid yang sedang bermain basket di lapangan bawah. Ia berdiri di pembatas pagar koridor lantai dua Gedung A. Gedung untuk Secondary School.
"Wey Sean! Sebaiknya kau segara pulang! Ayahmu akan mati di rumah kalau kau tak mengurusnya!" Seru seseorang di belakang Zhan diiringi gelak tawa temannya yang lain.
Sean sudah terbiasa diolok-olok seperti ini. Karena terbiasa, ia merasa telinganya sudah menuli dengan hinaan yang ada.
Seorang teman dari yang mengoloknya tadi turut mencemoohnya. "Ayah Sean mati itu suatu berkah buatnya! Setidaknya itu bisa mengurangi bebanmu. Iyakan Sean?"
Tangan Sean mengepal, giginya bergemeletuk dan matanya memerah menahan emosi.
"Apa? Apa kau marah dengan ucapan kami?!"
"Kau tidak boleh marah pecundang! Karena apa yang kami katakan itu kenyataannya! Ayahmu yang idiot memang merepotkan!" Seru yang lainnya.
Kepalan tinju Sean siap melayang. Tapi sebelum itu ada sebuah kepalan lainnya yang menggantikannya memukul para pembully tersebut.
Bugh!
"Sebaiknya kau juga mulutmu!" Bentak seseorang.
Melihat satu temannya dipukul, yang lainnya mundur teratur dan lari kabur setelah berteriak. "Itu Dalu! Lari!"
Pemuda yang di panggil Dalu mendengus melihat betapa pengecutnya pembully itu.
Badannya berputar menatap sosok pemuda yang bernama Sean. Pemuda berbadan agak berisi dengan pipi bulat dan kacamata berbingkai tebal. Dia keturunan China, tapi memiliki kulit agak kecoklatan tak seperti orang China pada umumnya. Yah, tak hanya dia yang memiliki kulit coklat, Dalu sendiri juga begitu. Tapi kulit coklat ini dia dapat, setelah tiga bulan lebih intens mengikuti pelatihan Klub Sepak Bola di Sekolah.
"Lagi-lagi kau! Berapa kali harus aku katakan kalau kau dibully kau harus melawan! Rontokan saja gigi mereka!" Teriak Dalu di depan wajah Sean yang sukses membuat murid di sepanjang koridor melihat ke arah mereka.
"W-wo.." Sean sudah siap ingin melawan tadi. Hanya saja didahului Dalu.
"Kau apa!?"
"Wo.. duibuqi.." suara Sean melemah. Hanya kata maaf yang bisa ia katakan dengan kepala tertunduk.
"Ikut aku!" Dalu menarik kasar tangan Sean dan membawanya ke taman belakang sekolah.
Setelah mengatur nafas memburu. Dalu mencoba berbicara lebih lembut. Ia sangat tau bahwa pemuda di depannya ini tidak bisa dikasari. Jadi ia berusaha untuk bersikap lebih lunak.
"Sean, kau sahabatku. Aku ingin kau tidak lemah seperti ini."
"Dalu, aku.. aku hanya orang biasa. Aku tak berani melawan mereka yang orang berada.. aku.." keluh Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
CUZ OF YOU (YiZhan)
FanfictionWarning: Yaoi, BxB Sibuknya dirimu ketika menjadi artis, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan sibuknya diriku yang harus mengurus segala sesuatu hal tentangmu, dari ujung kepala hingga kaki! Itu semua agar kau tampak selalu sempurna di mata peng...