3• Membual tak karuan

2.6K 68 0
                                    

Sampailah di pos 1, semua baik-baik saja, alam pun bersahabat, tanpa banyak keadaan yang memaksa kami untuk kembali. Semakin atas, jalan akan semakin menanjak dan semakin tak terduga apa yang akan terjadi.

"Istirahat dulu yuk, pegel nih kaki, mana dari tadi harus dengerin bualan si Rangga lagi." Ucap Dito yang terlihat kelelahan.

" Halah baru aja segini, masih ada dua pos lagi nih. Katanya pendaki handal, Ntar lu diculik setan gunung loh." Rangga menanggapi dengan enteng sembari mengajak melanjutkan perjalanan.

" Huss.. jangan ngomong begitu, ga baik. Ntar lu yang malahan Knock." Sahut Doni yang kesal dengan ucapan Rangga yang tak melihat keadaan.

" Gua kuat kok, ampe ntar lu yang knock yah Ngga gua ga bakal bantuin." Sahut Dito yang terlihat kesal dengan tingkah Rangga.

Mereka berjalan menuju pos 2 yang bisa terbilang cukup curam tanjakan yang akan dilewati sampai harus mengeluarkan Trekking pole. Semakin jauh meninggalkan pos 1, di belakang semakin tebal kabut di jalur pendakian, semakin tidak dapat ditebak apa yang akan terjadi. Cuaca yang awalnya panas menjadi berawan, sinar terik matahari tenggelam seakan dimakan kapas yang terbang menutupinya.

" Mataharinya kemana? tiba tiba ilang. dimakan genderuwo kali, apa dimakan buto ijo?" Bualan Rangga yang sekali lagi membuat Doni dan Dito kesal.

" Di keadaan seperti ini masih saja sempat bercanda kau yah." Geram dan kesal itulah yang dirasakan Doni.

" Rangga tutup mulutmu, atau aku yang akan menutupnya." Dito yang sudah tidak dapat bersabar menghadapi Rangga.

" Baiklah tuan pendaki yang handal. Katanya sih." Sembari meneruskan perjalanan tanpa sadar yang Rangga katakan sangat membuat Dito kesal.

Mereka bertiga melanjutkan berjalan didalam kabut menuju pos 2, yang jalannya terbilang cukup menantang dengan kontur tanah yang tak karuan, ditambah jarak pandang yang terhalang oleh sekawanan kabut yang datang tanpa diundang, membuat mereka harus mengurangi kecepatan dan memperlama perjalanan tiba di pos 2.

Tanjakan curam yang terbilang cukup tinggi dengan pemandangan yang dapat membuat tercengang telah dilewati dalam keadaan aman, tetapi sayang keindahan alam itu lenyap ditelan kabut yang semakin gelap. Tibalah mereka di dataran berlabuh, setengah jalan menuju pos 2. Jatuh air hujan yang mengharuskan mereka membuat tenda darurat. Tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan. Setelah tenda berdiri mereka memutuskan untuk berhenti menunggu hujan reda dan berharap kabut pergi bersama air yang jatuh ke bumi.

"Sepertinya perjalanan kita tak sesuai rencana teman-teman." Ucap Dito

" Santuy mau seminggu di gunung mah gapapa." Lagi-lagi ucapan Rangga yang asal nyeplos.

" Rangga kalo ngomong jan asal, ini di tengah hutan,bukan di kontrakan bokap lu." Doni yang berusaha menahan kekesalannya terhadap Rangga.

Dua jam sekiranya mereka beristirahat di tenda darurat. Mereka keluar setelah reda dan akhirnya kabut pun tak ada, matahari menerpa dengan cahaya yang menyilaukan, sekiranya sudah sekitar jam dua padahal pos 2 saja belum sampai. Saat mereka ingin melanjutkan perjalanan, turun sekelompok pendaki dari Pos 2.

" Misi kang dari atas? udah nyampe puncak ta?" tanya Dito.

"Iya mas, belum mas , saya mah dari Pos 3 balik turun aja, ga kuat soalnya." Jawab pendaki yang ingin turun.

"Masih ada orang diatas kang?" Tanya Doni penasaran.

"Kayaknya sih, kami yang terahir dik, udah ga ada kelompok lagi di belakang." Ucap si akang sembari turun dengan kelompoknya.

"Muncak ga sampai puncak buat apa, apa mereka udah ketemu setan gunung." Rangga yang lagi-lagi asal nyeplos.

"Ngga udah, gua udah cape negur mulu." Doni sembari menggelengkan kepala.

Melanjutkan perjalanan yang terbilang akan panjang menuju pos 2 dengan keadaan yang cukup baik, dikarenakan kabut yang telah hilang dan Rangga yang sudah tak terlalu banyak membual sembarangan, tetapi dia tetap saja menyebalkan.

Pendakian berujung Kematian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang