4• Berubah

2.4K 66 0
                                    

Sesampainya di pos dua kami terpaksa mendirikan tenda lagi dan bermalam karena langit yang sudah redup, dan kondisi jalan menuju pos 3 yang sangat menanjak. Tenda mereka dirikan sambil memasak dan menyeduh kopi. Memanjakan badan sembari tertawa dan bercerita, Rangga meminta maaf sembari memberikan cangkir kopi kepada Dito dan Doni. Menikmati malam diketinggian sembari merebahkan badan di antara bintang yang terlihat berhamburan di sepanjang langit malam.

" Ayo masuk kita harus tidur lebih awal, agar bangun awal untuk melanjutkan perjalanan besok." Ucap Doni yang mengajak beristirahat agar mereka dapat bangun dan melanjutkan perjalanan di pagi hari.

Mereka semua terlelap. Kelelahan sepanjang perjalanan seakan hilang dan melayang saat mereka merebahkan badan.

"Rangga, Mari sini temani aku yang sendiri." Wanita tua dengan suara lirih menarik tangan Rangga.

"Arghh... TIDAK!!!" Teriakan Rangga yang memecah pagi buta sontak mengejutkan Doni dan Dito yang sudah berkemas.

"Ngga, ayo bangun siap-siap, jan tidur mulu pake ngigo segala." Doni yang menepuk bahu Rangga yang terduduk seperti orang ketakutan bercampur gelisah.

" Heh kebo.. jan kelamaan ngumpulin nyawa, minum kopi dulu sono ada di depan" Dito sambil terkekeh melihat Rangga yang bangun seperti orang kesurupan.

Rangga segera berkemas dan segera melupakan kejadian semalam. Tanpa pikir panjang dia berlari menyusul Dito dan Doni yang jalan duluan.

" Heh KAMPRET.. jan ninggal dong, tungguin ntar." Rangga mengumpat kesekian kalinya.

" Plis dah jan mulai lagi." Ucap Doni dari depan.

" Iya. Ya maap." Rangga menjawab dengan nada pasrah.

Mereka menuju Pos 3, dimana tanjakan tinggi yang menanti serta penuh dengan banyak tikungan yang menghadang, ditambah lagi datangnya kabut yang tak terduga untuk kedua kalinya.

" SIALAN... Kabut menyebalkan ini datang lagi menghampiri." Rangga yang kesal dengan kabut yang tiba-tiba saja datang mengganggu perjalanan.

" Sudah jalan saja dan fokus jangan banyak mengeluh. Kita sebentar lagi sampai kok." Ucap Dito yang sangat hapal terhadap jalur pendakian yang mereka akan lalui.

"Iya pokus aja, kita hanya tamu disini jadi jangan bertindak semau kamu." Peringatan Doni yang ditujukan pada Rangga.

Tiga jam berputar di dalam hutan, tak kunjung menemukan jalan keluar, padahal jalan yang Dito pilih dirasa benar, yang sebenarnya hanya memakan waktu sejam saja. Mereka duduk sejenak karena harus menanjak selama tiga jam tanpa henti hanya untuk mencari jalan keluar. Jarak pandang terbatas membuat mereka semakin bingung harus kembali apa melanjutkan perjalanan.

" Rangga ikutlah denganku, kemari temani aku disini yang sendiri." Suara wanita seakan mengajak Rangga keluar dari jalur pendakian.

"Kalian tidak dengar suara itu?" Tanya Rangga pada Dito dan Doni.

"Suara apaan, huss..... jangan ngawur dan menambah seram suasana disini." Ucap Doni yang mulai merasa ada yang tak beres.

"Rangga, istighfar dan banyak berdoa, kamu itu kelelahan jangan banyak ngayal." Dito mengingatkan Rangga yang dianggapnya sudah mulai ngelantur.

"Sumpah bener itu ada suara cwek." Rangga semakin meyakinkan mereka berdua apa yang didengarnya barusan.

"Ya udah kalau ga percaya. aku mau pipis dulu." Rangga pergi sebentar ke belakang.

" Ya.Tiati jan ngelantur bege. Baca doa sama permisi." Sahut Dito.

Dito dan Doni merasa ada yang salah dengan keadaan dan kondisi yang terjadi. Mereka berdua sepakat setelah kembalinya Rangga, mereka akan turun dan tidak melanjutkan sampai puncak.

"Lama sekali sih,pipis doang, udh ampir 30 menit nih." Gumam Doni.

"Iya nih, ayok samper aja. Bedua jangan sendiri biar ga tunggu-tungguan." Jawab Dito yang juga penasaran.

Mereka berdua menerabas kabut mencari Rangga yang lama tak kunjung kembali.

"Itu dia, ngapain dia hanya berdiri ya?" Dito yang bingung.

"Gak tau tuh, dasar aneh. Ngga ayo balik, perasaan gua ga enak nih. Lu lama amat sih." Doni mengajak Rangga balik.

Rangga hanya merespon ucapan mereka dengan anggukan lalu berjalan di belakang mereka. Dito dan Doni merasa ada yang aneh, karena Rangga yang paling ingin muncak jadi nurut aja di ajak balik. Tapi pikiran itu segera mereka tepis jauh-jauh, dengan berpikir positip, bisa aja Rangga lelah. Mereka bertiga memutuskan untuk turun lagi ke Pos 2. Tak selama saat naik ke Pos 3, Mereka hanya memakan waktu 30 menit turun ke Pos 2.

" Cepet amat yak, yakin ini Pos 2, perasaan naiknya tadi lama amat." Doni yang tak percaya dengan waktu singkat mereka kembali ke Pos 2.

"Iya, padahal jalannya sama aja. ya gak Ngga?" Doni yang juga ikutan bingung.
Rangga lagi lagi hanya mengangguk dengan tatapan kosong dan wajah datar tanpa ada gerakan tambahan.

Hari mulai gelap, tidak terasa waktku mereka menuju ke Pos 3 berjalan cepat. Tanpa sadar matahari menuju barat dan tak menampakkan wujudnya. Malam kedua bermalam di hutan, menghancurkan rencana awal yang hanya ingin TekTok.
" Wushh...Wushh... Aauuuu... Krikk..Krikk" Senandung alam menampakkan keragamannya, bunyi dedaunan hingga aungan makhluk hutan terdengar sampai ke tempat peristirahatan sejenak. Mereka menyeduh kopi sambil menikmati sebatang sebat ditangan. Angin mulai kencang. kopi telah habis, sebat pun telah habis di hisap.

"Masuk yuk. besok kita balik.Dingin bat lu Ngga, sakit?" Ucap Doni menarik tangan Rangga

"Gua di luar , kalian duluan aja." Rangga mengucapkan dengan sedingin-dinginnya dengan tatapan sama,kosong.

"Yodah kami duluan,ucapin gih salam perpisahan sama alam, hati-hati loh banyak binatang buas." Dito dan Doni bergegas masuk tenda sambil terkekeh pelan meninggalkan Rangga sendirian.

Pendakian berujung Kematian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang