Dari beberapa hari ini langit mendung, gerimis membasahi jalanan aspal. Udara menjadi dingin. Di hari minggu seperti ini orang-orang memilih menghabiskan waktu di dalam rumah bersama orang-orang yang mereka cintai. Beberapa orang keluar hanya untuk mencari makanan, tapi lebih banyak yang menggunakan jasa pesan-antar.
Di dalam foto itu Soonyoung tersenyum lebar dengan memeluk tiga buket bunga. Buket bunga paling besar adalah bunga mawar merah darah, sangat cantik dan segar. Di sampingnya berdiri orang yang memberikan buket mawar merah tersebut. Seokmin tersenyum hangat ke arah kamera, tangan kanannya merangkul bahu anak berseragam itu. Di foto lain, Soonyoung berdiri bersama ibu dan nenek-kakeknya, mereka tersenyum bahagia di foto tersebut. Ada satu foto mereka berdiri bersama-sama, foto yang membawa keakraban dan kehangatan. Foto-foto itu diambil satu tahun lalu di acara kelulusan Soonyoung.
Mereka berfoto lalu pergi ke restoran untuk merayakan kelulusan Soonyoung. Hanya satu orang yang tidak hadir di momen bahagia itu. Tuan Kwon—Ayah Soonyoung. Dia tidak datang ke acara kelulusan putranya. Dia telah memperlakukan Soonyoung seperti orang asing. Tidak lagi mau peduli tentang apapun yang Soonyoung lakukan, tidak mau bicara dengannya, tidak mau menatapnya, bahkan tidak mau duduk satu meja makan dengan putranya sendiri. Ketika berada di rumah, Soonyoung memilih untuk makan setelah orang tuanya selesai makan, karena ayahnya akan pergi meninggalkan meja makan jika Soonyoung duduk satu meja bersama mereka.
Dia begitu membenci Soonyoung hingga melihat wajahnya pun tidak mau. Seolah-olah sangat jijik dengan putranya sendiri.
Dari kecil hingga usia 16 tahun Soonyoung selalu dimanja dan mendapat kasih sayang utuh dari kedua orang tuanya, sekarang ia mendapatkan perlakuan dingin, dibenci oleh ayahnya sendiri karena memilih bersama orang yang ia cintai. Tidak mudah bagi Soonyoung untuk menerima kebencian ayahnya, sikap dingin ayahnya selalu membuat hatinya sakit. Tapi ia menyadari, ini semua adalah pilihannya. Dan pilihan yang ia ambil membawa harga mahal yang harus ia bayar. Walaupun itu menyakitkan, walaupun kadang ia menangis diam-diam di tengah malam mengharapkan hubungannya dengan sang ayah kembali seperti dulu, namun tidak ada pilihan lain selain menerimanya. Keberadaan Seokmin di sampingnya sudah cukup untuk mengobati rasa sakitnya.
Bersama Seokmin, ia belajar untuk bertahan pada pilihannya, bertanggung jawab untuk hidupnya. Walaupun sulit dan sakit, namun ia akan terus bertahan di jalan yang telah menjadi pilihannya.
Soonyoung menekan tube Shave Cream ke telapak tangannya. Segera, roma woody yang maskulin menyebar di udara. Dengan lembut, ia mengoleskan krim itu di dagu Seokmin. Sedikit melebarkan kakinya, Soonyoung duduk di pangkuan pria itu. Seokmin memegang tubuh anak itu dengan posesif, kedua tangannya melingkar di pinggang ramping Soonyoung, tidak membiarkannya mengambil jarak walau hanya satu centi. Tangan yang nakal menyelusup ke dalam kaus Soonyoung, bermain-main di pinggang dan perutnya. Kulit Soonyoung sangat lembut dan halus, sangat menyenangkan untuk disentuh. Seokmin sangat suka menyentuhnya, apalagi memeluk tubuh Soonyoung yang wangi. Aromanya sangat manis seperti bayi. Kapanpun Seokmin menghirup aroma ini, ia seperti mabuk, seperti seorang pecandu yang akan kehilangan akal.
Seokmin memajukan bibirnya seperti bebek, meminta sebuah ciuman. Soonyoung menuruti keinginannya, dia menempelkan bibirnya di atas bibir Seokmin. Hanya sebuah kecupan singkat; hanya bibir yang menempel kurang dari satu detik. Seokmin merasa tidak puas, dia menatap Soonyoung dengan cemberut.
Tangan Seokmin di belakang tubuhnya meremas pantatnya, meremasnya seperti sedang meremas adonan roti yang kenyal dan lembut.
Soonyoung yang sedang memegang pisau cukur hampir saja melukai kulit wajah Seokmin. Tangan nakal itu tidak mau diam, terus saja bermain-main di tubuhnya seperti tidak pernah merasa puas walau mereka sudah menghabiskan banyak waktu di tempat tidur tadi malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCLE: After The Rain [SEOKSOON FANFICTION]
FanfictionSetelah awan kelabu dan hujan lebat, percayalah pelangi indah akan muncul. ______________ Buku kedua dari UNCLE