Chapter 2

2.6K 138 22
                                    

Pada jam empat sore kakak perempuannya kembali menelepon ponsel Seokmin. Dia bilang sudah tiba di Supermarket xx. Soonyoung mengkhawatirkan makan malam ini, ia tahu dibalik undangan makan malam ada sesuatu yang ingin ibunya bicarakan dengan mereka. Namun melihat sikap santai Seokmin, rasa khawatirnya sedikit mereda.

Di dalam mobil, Seokmin menggenggam tangan Soonyoung yang dingin seperti es. Tersenyum hangat ia berbicara, "Semuanya akan baik-baik saja." ucapnya sedikit meremas jari-jari dalam genggamannya.

Tepat di sebelah supermarket terdapat kafe. Ibu Soonyoung menunggu di sana sembari menghabiskan milkshake. Bahkan saat Seokmin tiba bersama Soonyoung, minumannya belum habis. Dia tersenyum cerah dan segera berdiri dari duduknya, menghampiri putranya yang sudah beberapa minggu ini tidak ia lihat.

"Kau ingin pesan sesuatu?" tanyanya pada Soonyoung sembari memegangi pipi anak itu. Telapak tangan ibunya hangat, bahkan cara bicaranya tidak berubah dari waktu Soonyoung masih kecil. Masih memperlakukannya seperti anak kecil.

Soonyoung menggelengkan kepala, tidak ingin pesan apa-apa. Tapi ibunya kembali bertanya, "Ice cream?" Kali ini Soonyoung mengangguk yang membuat ibunya tersenyum puas. Putranya masihlah bayi kecilnya yang lucu.

"Ibu merindukanmu..." ucapnya seraya mencium pipi kanan dan kiri Soonyoung. Dia kemudian menoleh pada Seokmin, bertanya apakah ingin pesan sesuatu. Seokmin hanya memesan kopi.

Minggu sore kafe sangat ramai, bahkan sudah tidak ada tempat. Setelah mendapat pesanan mereka; satu cup ice cream untuk Soonyoung dan satu gelas kopi untuk Seokmin, mereka bertiga langsung pergi ke Supermarket. Ibunya terlihat sangat gembira, dia terus memeluk lengan Soonyoung, bertanya tentang kuliahnya.

"Oh, benarkah!?" Dia terkejut saat Seokmin mengatakan kalau setiap pagi Soonyoung yang menyiapkan sarapan untuk mereka. Di rumahnya Soonyoung sama sekali tak pernah masuk ke dapur, jadi wajar saja jika ibunya terkejut mendengar Soonyoung bisa menyiapkan sarapan.

"Itu hanya telur dadar..." Soonyoung menjelaskan.

"Tidak. Walaupun hanya telur dadar itu sudah merupakan sebuah kemajuan yang luar biasa." Ibunya berbicara dengan mata cerah, memeluk lengannya semakin erat. Karena sudah biasa diperlakukan seperti anak kecil oleh orang tuanya, Soonyoung sama sekali tidak merasa risih saat orang-orang di sekitar mereka memandanginya.

"Seokmin-ah, apa kau yang mengajarinya memasak?" Kakaknya bertanya dengan antusias. Sangat gembira karena putra kesayangannya bisa memasak.

Seokmin menggaruk kepalanya dan mengakui, "Nuna, kau tahu sendiri kan, aku juga tidak bisa memasak. Aku.... mengajari Soonyoung yang lain... "

Kata-kata ambigu Seokmin membuat Soonyoung segera menoleh, diam-diam melotot padanya. Seokmin justru tersenyum semakin lebar.

"Aku hanya bisa masak nasi, jadi aku mengajari Soonyoung memasak nasi..." Seokmin mengkoreksi kata-katanya sendiri. Kakak perempuannya mengangguk berkali-kali.

"Itu benar. Sewaktu SMP, saat sekolahnya mengadakan kegiatan berlibur di Yeoseodo Seokmin bertugas memasak nasi setiap hari. Teman-temannya mengandalkan dia untuk memasak nasi. Jika tidak ada Seokmin, maka yang lain akan kelaparan." Ibu Soonyoung mulai bercerita. Itu adalah prestasi Seokmin di SMP, dia pandai memasak nasi bahkan menjadi andalan teman-temannya.

Soonyoung tidak tahu apakah pada saat itu dirinya sudah lahir atau belum ketika Seokmin sudah pandai memasak nasi untuk teman-temannya. Diam-diam Soonyoung merasa tidak adil. Seokmin tahu segalanya tentang dirinya, bahkan melihat pertumbuhannya dari bayi hingga sekarang, tapi Soonyoung tidak tahu apa-apa tentang masa lalu Seokmin. Seperti apa Seokmin saat remaja, bagaimana kehidupan sekolahnya, teman-temannya, apa hobi dan kesukaannya di masa itu. Soonyoung ingin tahu semuanya. Karena ketika kau menyukai seseorang, kau akan tertarik dengan semua cerita yang orang itu miliki. Ingin tahu segala sesuatu tentang orang itu bahkan dari hal-hal terkecil tentangnya.

UNCLE: After The Rain [SEOKSOON FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang