Married Friend 1

935 38 0
                                    


"Maaf, maaf. Saya nggak sengaja."
Beberapa kali Reindra mendengar suara itu. Suara seorang gadis yang berdiri tak jauh darinya.

Reindra mendorong troli ke arah suara gadis yang masih meminta maaf akibat tak sengaja menumpahkan barang belanjaan seorang wanita berumur.

"Gak papa atuh neng, meni sampai minta maaf. Ini tinggal di beresin lagi." Jawab wanita itu seraya memasukan kembali barang belanjaannya yang tumpah.

Ara meringis, masih merasa bersalah. "Sekali lagi maaf ya bi." Ucap Ara seraya ikut memungut belanjaan yang jatuh lalu memasukannya ke dalam troli.

"Iya, gak papa. Kalo gitu bibi duluan ya neng." Pamit wanita itu sebelum berlalu ke arah kasir.

Ara menggangguk, "Iya Bi." Jawabnya tersenyum manis. Senyuman yang selama dua belas tahun ini tidak lagi Reindra lihat.

Reindra masih menatap Ara. Gadis itu tengah mengutak-atik hapenya, terlihat ingin menghubungi seseorang.

"Halo Ga?." Ara mendorong trolinya ke tempat rak makanan. Membuat Reindra tanpa sadar ikut mendorong trolinya ke tempat rak makanan.

"Kok gitu sih Ga, bukannya lo udah janji mau nemenin gue makan sate mang Darwis?." Ara mengambil salah satu snack cemilan pedas. Lalu kembali mendorong trolinya ke arah snack yang lain.

"Ya tap—."

Tut tut

Sambungan terputus. Ara membuang nafas berat, kesal dengan Saga yang selalu seperti ini. Membuat janji sendiri, lalu mengingkarinya dengan alasan ada janji bermain basket.

Ara menyimpan hape di saku sweeter, lalu berbalik memutar arah troli untuk mengambil cemilan. "Astaga." Ara tersentak. Saat ia berbalik, tiba-tiba ada cowok di belakang yang menatapnya tanpa ekspresi. Melihat raut wajahnya saja Ara bisa menyimpulkan bahwa cowok yang ada di hadapannya adalah tipe cowok dingin yang banyak di sukai perempuan seperti di novel-novel yang sering ia baca.

"Permisi." Ucap Ara mendorong trolinya ke arah kanan.

Seolah tidak ingin membiarkan Ara pergi, Reindra menghalangi jalan Ara dengan ikut menggeser trolinya ke arah kanan. Rein, tolong. Ini bukan Lo banget.

Ara menatap Reindra bingung, lalu mencari jalan lain dengan menggeser trolinya ke arah kiri.

Ara berdecak, tidak tau maksud cowok di depannya yang kini kembali menghalangi jalannya. "Maaf, saya mau lewat."

"Lo Ara Adisty?."

Ara tertegun, lalu sedetik kemudian mengganggukan kepalanya ragu. "Tau dari mana?."

Reindra menghela nafas, agak sedikit kecewa. Ternyata benar, Ara tidak mungkin mengingatnya. "Gak penting, gue—."

"Ra!."

Ucapan Reindra terpotong saat tiba-tiba Saga muncul dari arah belakang. Menatap Reindra tidak bersahabat, lalu menarik Ara ke belakang tubuhnya. "Siapa lo?." Tanya Saga sinis.

Reindra menatap Saga datar, tidak berniat sedikit pun menjawab pertanyaannya.

"Ga, udah. Apaan sih." Ara menarik lengan Saga untuk menjauh.

Sebelum pergi, Saga kembali menatap Reindra tidak bersahabat. Lalu mengacungkan jari telunjuknya ke wajah Reindra, seolah berkata 'awas lo'.

Reindra tersenyum sinis, masih melihat kepergian Ara dan Saga.

"Rein."

Perhatian Reindra teralih saat seorang perempuan berumur namun tetap terlihat muda, menghampirinya. "Bun."

"Liatin apa?." Jani ikut menoleh ke arah kasir, melihat siapa yang sedari tadi putranya lihat.

"Nggak ada." Jawab Reindra seraya mendorong troli ke arah kasir, berjalan mendahului bunda.

******

"Rein, mama Citra mau ngobrol nih sama kamu!."

Reindra tengah duduk di meja makan sambil meneguk air. Ia menoleh sebentar ke arah bunda yang sedang berdiri memegang telpon rumah di dekat tangga. Lalu kembali meneguk airnya, seolah tidak peduli dengan perempuan yang baru saja bunda sebutkan.

"Rein.."

Reindra berdecak, kalah dengan suara bunda yang selalu lembut jika sedang membujuknya. Ia berdiri, berjalan malas menghampiri bunda. "Mau ngomong apa?."

"Nih, ngobrol dulu sama mama Citra. Bunda mau masak dulu, sebentar lagi Angga pulang." Ujar bunda seraya menyodorkan telepon genggam pada Reindra.

"Bunda mau ke dapur dulu."

Reindra menggangguk, lalu menempelkan telepon genggam di samping telinganya. Ia tidak akan memulai pembicaraan, Reindra terlalu malas dengan apapun yang menyangkut dengan Citra.

"Rein, sayang."

"Hm?."

"Rein, lusa kamu datang ya ke rumah. Ada yang mau mama omongin sama kamu."

Reindra menghela nafas, lalu menggangguk. "Iya."

"Mama kangen banget sama kamu sayang."

"Andai kejadian waktu itu tidak terjadi, mungkin sekarang kamu udah kumpul sama mama papa."  Reindra bisa merasakan suara penyesalan dari sebrang sana. Namun, itu semua tidak akan membuatnya luluh. Tidak akan mengubah kepribadiannya sekarang.

"Rein sibuk." Oke, ini adalah alasan yang selalu ia pakai jika tidak ingin berlama-lama berbincang dengan Citra.

"Rein.. tapi mama—."

Reindra membuang nafas berat setelah menutup telponnya. Ada sedikit rasa bersalah juga karena setiap Citra menelponnya, Reindra selalu mengabaikannya.

"Bang!."

Perhatian Reindra teralih saat Angga menepuk punggungnya dari belakang.

"Ada cewek tuh nunggu di depan." Ucap Angga tidak sopan.

"Suruh masuk."

"Dih, nyuruh gue lagi. Samperin lah bang, gue cape mau mandi nih." Jawab Angga sambil berjalan melewatinya menaiki tangga.

Reindra berdecak, lalu berjalan menghampiri gadis yang sedang menunggunya di depan.

"Ngapain disini?."

Pertanyaan Reindra membuyarkan lamunan gadis SMA yang sedari menunggunya keluar.

"Rein, aku mau jelasin sesuatu sama kamu." Gadis itu bangkit dari duduknya, lalu berjalan mendekat ke arah Reindra.

"Cowok kemarin itu.."

"Pulang, udah malem." Potong Reindra cepat.

"Tapi Rein—."

"Lo bukan siapa-siapa gue Adisty." Ucap Reindra lalu berjalan masuk, menghiraukan gadis yang kini membeku di tempatnya.

*****

Bagian ini Emang sedikit gaje sih, wkwk.

Tapi.. ini tuh penting banget aku ngenalin Adisty ke kalian. Soalnya.. nanti Adisty juga bakal sering ke bawa-bawa.

Married FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang