Married Friend 14

733 26 7
                                    

Saga membuka pintu kamar, lalu menutupnya kembali dengan suara pelan. Takut membuat Ara terbangun.

Langkahnya terayun menuju dapur. Seisi ruangan gelap, hanya ruang dapur yang masih menyala. Saga duduk di atas kursi meja makan. Membuka minuman kaleng, lalu meminumnya dengan sekali tegukan.

Saga mendesah berat, matanya sayup-sayup tertutup karena lelah. Untung saja Ara sudah tidur. Jika saja belum, Ara tidak mungkin membiarkannya meminum minuman kaleng yang mengandung kadar alkohol.

Sebenarnya Saga tidak suka minum minuman yang membuatnya mabuk. Namun saat ini, ia benar-benar sangat membutuhkan minuman itu sekarang. Setidaknya untuk sesaat bisa membuat ia lupa dengan masalahnya.

Saga membuka minuman kaleng ke dua, lalu kembali meminumnya dengan sekali tegukan. Terus seperti itu sampai tidak sadar bahwa sedari tadi Ara sudah berdiri dibelakangnya, menatap keadaan cowok itu tidak percaya. Baru kali ini ia melihat Saga berani minum. Sebelumnya, Saga sangat anti dengan minuman seperti itu. Bahkan memegangnya pun tidak pernah.

Iya, oke. Ara mengerti dengan masalah Saga sekarang. Tapi apa harus ya, melupakannya dengan cara rendahan seperti ini. Mabuk bukan jalan yang terbaik melupakan masalah. Mabuk hanya memberi efek lupa untuk sesaat.

Ara menghela nafas sebelum berjalan mendekat ke arah Saga. "Ga." Ucapnya seraya mengguncang pelan bahu Saga.

Saga menidurkan kepalanya di atas meja. Matanya tertutup, sesekali terbatuk dan mulutnya bergumam tidak jelas. Entah nama siapa yang sedang cowok itu gumam kan. Yang terpenting sekarang adalah, bagaimana caranya supaya Ara bisa memindahkan tubuh tinggi Saga ke dalam kamar.

Ara mendengus, menarik salah satu kursi di samping Saga. Lalu duduk di sana, seraya ikut menidurkan kepalanya di meja. Ia terdiam cukup lama, memperhatikan lekuk wajah tampan Saga lamat-lamat.  "Ga, gue tau lo punya masalah. Tapi lo nggak harus gini juga."

Ara menghela nafas, percuma mengajak bicara orang yang sedang mabuk berat. Ara menegakkan tubuhnya, bersandar di kursi seraya mengusap pelan bahu Saga.

"Apapun keadaannya, gue gak bakalan ninggalin lo Ga." Gumam Ara seraya menidurkan kepalanya di atas punggung Saga.

********

Sayup-sayup mata Saga terbuka saat sinar matahari menyelusup di balik jendela.

Saga mengerjap, tertegun saat menyadari keberadaan Ara di sampingnya. Mata gadis itu masih tertutup, helaan nafasnya pun sangat teratur. Dilihat-lihat ternyata Ara cantik. Bahkan sangat cantik, lebih cantik dari mantan-mantannya dan— kekasihnya sekarang. Kenapa baru sadar sekarang Ga?.

Sebentar, seolah sadar sesuatu Saga langsung menegakkan tubuhnya. Ini Ara kan? Sahabatnya yang senang sekali berubah menjadi singa? Tapi kenapa bisa disini?.

"Shit!." Umpat Saga seraya menepuk dahinya.

"Ara pasti tau kalau semalam gue mabuk."

"Sial! Mampus gue!."  Sebelum Ara bangun, ia harus cepat-cepat membuat sarapan dan pergi dari sini. Kalau tidak, bisa satu hari satu malam ia mendengarkan ceramah ini itu dari Ara.

Saga segera bangkit, meraih hapenya untuk memesan sarapan untuk Ara. Tadinya memang mau membuatkan sarapan khusus untuk Ara. Namun kalau ia yang membuatkannya langsung, bisa-bisa Ara keburu bangun dan ia tidak bisa pergi kemana-mana selain duduk memelas memohon ampunan dari Ara.

Setelah memesan makanan dan bersiap-siap, Saga segera mengambil kunci motornya yang di simpan di samping Tv.

"Dah, gue sayang lo Ra." Gumam Saga seraya membuka pintu apartemen pelan.

********

"Weh weh, gila lo pagi-pagi udah di rumah gue." Dipo yang baru saja keluar dari dapur sedikit tersentak saat mendapati Saga dengan santainya berbaring di atas sofa.

"Ngadem bentar." Gumam Saga seraya menutup wajahnya dengan bantal kecil.

Dipo menggeleng pelan. Lalu duduk di bawah karpet berbulu, kembali melanjutkan game PSnya yang tertunda.

Lama tidak ada suara, Saga segera menegakan tubuhnya. "Po."

"Paan?."

"Menurut lo.. cantikan mana Ara sama Adisty?."

Mendengar pertanyaan Saga membuat Dipo tertawa. "Gila lu Ga banding-bandingin cewek lo sama sahabat lo. Gue curiga lo udah mulai suka sama si Ara."

Saga mendengus. Percuma bertanya pada Dipo, tidak pernah serius.

"Menurut gue ya Ga, Ara jauh-jauh lebih cantik dari cewek lo sekarang. Bukan menurut gue juga sih, menurut si Tian sama si kampret Fian juga gitu. Coba deh lo perhatiin baik-baik kalo gak percaya."

Saga tertegun, "bener juga." Gumamnya pelan.

Saga bangkit, mengambil kunci motornya lalu berlalu begitu saja meninggalkan Dipo.

Dipo mendengus, "Ah! Kampret semua temen gue." Ucapnya seraya menatap Saga.

********

Reindra berdiri di depan pintu apartemen Ara. Ia menghela nafas sebelum kembali memencet bel untuk kedua kalinya.

Tujuannya kesini suruhan bunda untuk memberikan puding coklat kesukaan Ara. Kemarin malam, melihat hubungan Ara dan Saga yang begitu dekat membuatnya berpikir keras untuk berhenti mencintai dan memperjuangkan Ara. Perasaannya selama dua belas tahun harus dikubur dalam-dalam demi Saga.

Namun seberapa kuat ia mengubur perasaannya untuk Ara, rasanya sangat susah. Egonya memilih untuk terus memperjuangkan Ara, tidak peduli dengan siapa saingannya. Yang terpenting ia mendapatkan Ara, gadis yang dicintainya selama dua belas tahun. Tapi akal sehatnya memilih untuk mengubur perasaannya dalam-dalam untuk Ara demi Saga.

Mendengar fakta hubungan Saga dan Ara sekarang, membuat Reindra menyesal. Menyesal karena harus pergi dan membuat Saga dan Ara tidak mengenalinya sekarang. Kalau saja kecelakaan waktu itu tidak terjadi, semuanya pasti akan baik-baik saja. Dan ia bisa melihat dan menjaga Ara dari dekat.

"Reindra?." Ara menatap bingung keberadaan Reindra sepagi ini.

Tatapan teduh itu kembali terlihat, membuat Ara— nyaman? Tidak mungkin, ini pasti hanya perasaanya.

"Ini, puding kesukaan lo."

Ara tertegun sebentar menatap paper bag yang disodorkan Reindra. "Dari—?."

"Bunda."

"Oh, makasih." Ucapnya seraya mengambil paper bag dari tangan Reindra.

Reindra masih berdiri dihadapannya. Menatapnya teduh, seperti biasa yang membuatnya nyaman. Ini memang gila, namun Ara tidak bohong, dekat dengan Reindra seperti ini memberi kesan berbeda saat bersama Saga. Kenapa rasanya Reindra lebih bisa membuatnya nyaman daripada Saga?.

Ara menggeleng cepat, kenapa ia jadi membanding-bandingkan keduanya.

"Ra?."

Ara mendongak, "hm?." Menunggu ucapan selanjutnya dari Reindra.

"Gue—."

"Ra!."

Perhatian Ara dan Reindra teralihkan, keduanya sama-sama menatap lelaki yang kini berdiri tak jauh dari jarak Ara dan Reindra.

"Saga." Gumam Ara menatap punggung Saga yang kembali berbalik dan menjauh.

*********

Sesuai janjiiiii wkwkwk
Akhirnya bisa update:v

Terimakasih buat kalian yang suka cerita akuuuu sayang deh wkwk

Update hari apa aja nih??

Kesel gak aku baru update sekarang??
Maaf ya wkwkwk

Selamat membaca ❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Married FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang