Jatuh cinta

447 9 1
                                    


Yeyyyy, akhirnya wkwk.
Yuu mampir ke cerit
Aku updatenya langsung sampai part 14.. terus ceritanya juga bakal lebih menarik dari yang ini (itu menurut aku sih, hehe)

Yuu buruan mampir bacaaaa:D

Tinggal buka aja yaa link nyaa

https://my.w.tt/SUancWojo3

Bahagia selalu buat kaliann

Eh btw, cerita ini gak diperuntukan buat anak SD sama SMP kelas satu ya..

Tenang aja kok, cerita ini masih bakalan lanjut. Insyaallah dua kali seminggu aku update cerita married Friend.

Oh iya married Moon update seminggu tiga kali atau empat kali, jadi bakal cepet tamatnya..

Kalo udah tamat kan jadi fokus ke cerita married Friend nya..

Ini sedikit penggalan dari cerita married moon!

081779458×××
Gue jmpt

Runa kembali membaca pesan singkat dari nomor yang tidak ia kenal. Ini tidak mungkin Parvis, karena setengah jam yang lalu cowok itu pamit pulang duluan.

"Mungkin nyasar." Runa mengedikan bahu, lalu kembali berjalan menuju halte.

Saat berjalan, Runa teringat dengan ucapan bunda yang menyuruhnya ke rumah bunda sore nanti, katanya ada sesuatu yang harus dibicarakan.

Runa menghela nafas panjang, kabar dari bunda tentang Ghali yang mengiyakan perjodohannya, membuat ia tidak mood makan. Bahkan seharian ini Runa malas melakukan pekerjaan apapun.

Sekarang bagaimana nasib hubungannya dengan Parvis?. Pokonya Runa tidak mau jika Ghali menyuruhnya untuk memutuskan Parvis. Runa jelas akan menolaknya.

Runa tertegun sebentar, lalu tertawa kecil. Mana mungkin Ghali akan menyuruhnya memutuskan Parvis, Ghali juga mempunyai kekasih. Perihal kenapa Runa tau Ghali mempunyai kekasih, karena Parvis. Cowok itu menceritakan semua tentang hubungan Ghali dan Ayra. Tentang bagaimana Ghali menjaga Ayra, memperlakukan Ayra, bahkan sampai Ghali hampir masuk kantor polisi karena memukuli teman kampusnya yang mengganggu Ayra.

Bisa dilihat seistimewa apa Ayra untuk Ghali.

Runa kembali berjalan tergesa. Saat ingin menyebrang, tatapannya tidak sengaja menangkap mobil Camry hitam melaju pelan ke arahnya. Runa menyerngit, seperti tidak asing melihat mobil itu. Kalau tidak salah ia pernah melihat mobil itu terparkir di halaman rumahnya. Tapi ia tidak tau Camry itu milik siapa, ia lupa.

"Eh." Runa mundur satu langkah saat Camry hitam yang tadi melaju ke arahnya, kini berhenti tepat di hadapannya.

Kaca mobil perlahan terbuka, menampilkan seorang cowok yang belakangan ini selalu menguasai pikirannya. Cowok itu menatapnya seperti biasa, datar tanpa ekspresi.

Runa mengerjap-ngerjapkan matanya.
Ia tidak salah lihat kan?. Runa langsung mengangkat hapenya, kembali membaca pesan singkat yang terkirim delapan menit yang lalu. bukan Ghali kan yang mengirimkannya pesan?. Ya, tidak mungkin Ghali. Ghali kan tidak tau nomor ponselnya.

Runa menatap Ghali bingung.

Mobilnya mogok kali, bukan mau jemput gue.

Runa berusaha mengelak. Ia menggeleng pelan, lalu kembali berjalan melewati mobil Ghali.

Runa sedikit memelankan jalannya saat mendengar pintu mobil yang terbuka lalu tertutup. Degup jantungnya berubah sedikit lebih cepat saat merasa ada seseorang yang ikut berjalan di sampingnya. Rasanya Runa ingin melirik ke arah kanan, melihat siapa orang yang berusaha menyamakan langkahnya.

"Bisa ngobrol sebentar?."

Runa tertegun, jantungnya benar-benar berdegup lebih kencang saat mendengar suara berat dari cowok yang ada di sebelahnya. Dugaannya benar, pasti Ghali yang mengikutinya dari belakang.

Runa berdehem, sedikit canggung. "Bisa." Jawab Runa tanpa menghentikan langkahnya. Bahkan Runa enggan untuk menatap Ghali langsung.

Ghali menghentikan langkahnya, lalu menarik lengan Runa yang masih melanjutkan jalannya.

Runa tersentak. Matanya membulat saat Ghali tiba-tiba menariknya, membuat jarak Ghali dan Runa jadi semakin dekat.

"Bukan disini."

Runa meneguk salivanya susah, melihat Ghali yang menatapnya dingin, datar tanpa ekspresi.

Belum sempat Runa menjawab, cowok itu sudah lebih dulu menarik lengannya menuju mobil Camry yang masih terparkir di tempat semula.

Ghali membuka pintu mobil untuk Runa. Setelah Runa masuk, ia berjalan memutari mobil bagian depan lalu masuk dan melajukan mobilnya pelan.

Runa berdehem canggung. Ia sedikit melirik ke arah Ghali yang tengah fokus melajukan mobilnya. "Mau kemana?." Tanya Runa pelan.

Ghali melirik Runa sebentar, lalu kembali memokuskan pandangannya ke jalanan. "Cafe."

Runa mengangguk, wajahnya berpaling ke arah kaca samping. Runa tidak suka keadaan canggung seperti ini. Ia ingin pulang saja. Runa menghela nafas panjang, lalu menyenderkan kepalanya di kursi.

Ghali yang fokus mengemudi sedikit melirik ke arah Runa yang bersender dengan wajah pasrah. Gadis itu meniup-niupkan nafasnya ke atas, membuat poninya berterbangan. Entah ide darimana Ghali mendadak mengerem mobilnya, membuat gadis yang tengah asik meniup poninya tersentak ke depan.

Runa tersentak, ia menoleh kesal ke arah Ghali yang tengah menepikan mobilnya dipinggir jalan. Wajahnya terlihat tidak bersalah, malah masih terlihat tenang, datar seperti biasa.

"Bisa gak kalau ngerem tuh bilang-bilang?."

Ghali tidak menjawab, dia malah sibuk melepas seatbeltnya. Runa menyerngit, kepalanya celingak-celinguk ke arah luar mencari cafe terdekat. Bukannya menemukan cafe, Runa malah menemukan  pom bensin besar yang tak jauh dari arahnya berhenti.

"Mau isi bensin?." Tanya Runa tidak secanggung tadi.

Ghali menggeleng, "Ngobrolnya disini aja."

Runa menggangguk, ia tau apa yang akan Ghali bicarakan. Sesuatu yang juga ingin Runa bicarakan.

"Gue– punya pacar." Ucap Ghali tiba-tiba.

Runa hanya diam memandang Ghali. Menunggu cowok itu melanjutkan perkataannya.

"Gue gak mau jadi anak pembangkang, makanya gue setuju." Ghali terdiam sebentar. "Masalahnya sekarang, lo cewek sahabat gue. Gue gak mungkin terus terang sama Parvis tentang hubungan lo sama gue."

Ghali memijat pelipisnya yang terasa pusing. "Gue juga punya pacar. Gue gak bakalan suka sama siapapun lagi selain Ayra. Gue gak bakalan buka hati lagi."

Runa masih terdiam. Ia tau maksud perkataan Ghali. Cowok itu secara tidak langsung memberitahukannya untuk tidak terlibat perasaan dengannya.

"Gue juga, sayang sama Parvis." Runa memandang lurus ke arah luar kaca depan.

Ghali mengangguk, "Bagus. Lo tenang aja, setelah satu tahun menikah gue janji bakal lepasin lo. Jadi kita bisa lanjutin kehidupan kita masing-masing."

Runa menghela nafas lega. Bagus, ini yang ia inginkan. harapannya, hubungan mereka hanya sebatas ini. Tidak boleh ada yang terlibat dengan perasaannya masing-masing.
"Intinya?."

Ghali kembali menatap Runa. "Jangan ada yang tau kalau kita bakalan menikah. Jangan sampai Parvis, Ayra, ataupun yang lainnya tau. Satu lagi." Ghali kembali terdiam sebentar.

"Selama satu tahun, baik gue atau pun lo jangan ada yang terlibat dengan perasaan masing-masing. Hubungan kita hanya sebatas ini."

Runa menggangguk mengerti, ini juga yang ia inginkan. Melihat Ayra yang begitu istimewa bagi Ghali, membuat Runa sama sekali tidak ingin masuk dalam kehidupan Ghali. Karena itu nantinya hanya akan membuat hatinya berbekas.

*****

Selamat berkenalan dengan Ghali dan Runa disana. Sudah 14 bagian yang di publish. Semoga berkenan mengikutiiii.

Yu cari ceritanya di work aku..

Married FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang