1. Awal

392 91 123
                                    

Seharusnya cinta melambangkan kasih sayang, ketulusan, rasa bahagia, dan sebagainya. Akan tetapi, baginya, cinta hanya sebuah kosa kata yang penuh kebohongan.

*****

Chirp Chirp

Langit sebiru lautan, burung bernyanyi, udara menari menerpa lembutnya helai dedaunan. Sungguh pagi yang damai.

"Pagi yang cerah ya, sayang."

Rury menolehkan pandangannya ke sisi kanan dan mendapati kekasihnya sudah berada di pekarangannya.

"Ah, pagi sekali datangnya!"

Rury memekik. Ia sungguh terkejut dan itu membuyarkan lamunan pagi harinya yang menyenangkan.

"Kebiasaan melamunmu itu sudah akut rupanya sampai tak sadar aku membuka gerbang. Haha."

Klik

Rury menyudahi aktivitasnya dan dengan cepat menghampiri sang kekasih yang sedang memarkirkan motornya di tepi pagar rumahnya. Jemarinya terulur untuk menggenggam pergelangan kekasihnya. Bermaksud menariknya segera masuk. Pagi ini sungguh dingin.

"Ayo masuk. Diluar dingin sekali."

"Orangtuamu?"

"Ayah sedang mengantar ibu ke pasar."

Sang kekasih mengangguk paham. Rury pun mempersilahkan kekasihnya masuk dan duduk.

"Mau langsung bermain gitar?"

"Tentu saja. Bukankah aku ke sini untuk itu? Untuk menghapus rindu tuan putri ini?"

Rury tergelak. Matanya menyipit dan bibirnya tertarik sempurna ke atas.

'Iya, tuan putri yang selalu merasa incomplete, Lie.'

Rury beranjak. Ia harus segera ke dapur dan membuatkan minuman kesukaan sang kekasih.

Setelah selesai, Rury kembali mendekat dan memberikan coklat panas kesukaan kekasihnya lalu mendudukkan dirinya di depan pintu, bersebelahan dengan Wally. Lamat-lamat ia memperhatikan sang kekasih bermain gitar dan ia pun mulai hanyut dalam permainan itu.

Rury tak ada bosannya memandangi wajah kekasihnya yang sedang bernyanyi dengan mata terpejamnya. Ia sungguh sangat mengagumi wajah itu, sungguh ingin menjamah tiap incinya dengan tangan mungilnya.

Tanpa sadar Wally membuka matanya dan tatapan mereka beradu. Sekian detik Wally menatap mata yang entah ia sendiri pun tak tahu artinya. Sedangkan yang ditatap hanya menunjukkan senyum dengan gigi gingsulnya yang tampak manis bertengger di sana.

Rury menatap Wally yang ingin memasukkan gitarnya ke dalam sarungnya kembali. Sebelum sempat melakukan semua itu, ia menahan sebelah tangan kekasihnya dan menatap ke dalam matanya.

"Love you."

Wally terdiam sejenak dan menatap manik onyx itu dengan saksama, memperhatikan seluk beluk wajah wanitanya. Kemudian tak lama ia tersenyum lalu mengusak lembut surai panjang hitam legam milik Rury dan membalas pernyataan cinta wanitanya seperti biasa.

*

Rury dan Wally kini berada di ruang tengah rumah Rury. Wally mengatakan ingin bermain dengan Greg, kucing peliharaan mereka.

Selagi Greg bermain bersama Wally, ia juga bercerita tentang seorang teman lamanya. Ia mengatakan bahwa teman semasa kecilnya kembali lagi. Ia sangat antusias menceritakannya. Terlebih temannya itu juga suka dan bisa bermain gitar.

Rury hanya tersenyum menatap kekasihnya. Wally bilang ia mengantar teman masa kecilnya -Natasya- itu ke mini market terdekat dengan alasan ia tak tahu jalan. Dan bagaimana reaksi Rury? Tentu ia hanya senyum dan beranggapan bahwa kekasihnya terlalu baik.

"Kau mendengarku 'kan, sayang?"

"Tentu saja."

"Ku pikir tidak. Sedari tadi kau hanya tersenyum tanpa menanggapi."

Wally mencebik.

"Kau sangat bersemangat tadi, jadi aku tidak ingin menginterupsi ceritamu, Lie sayang."

"Lie dan sayang itu punya arti sama. Kalo kamu bilang bersamaan jadi seperti sayang sayang. Haha."

"Haha. Benar juga. Kau selalu bisa memprotes."

"Oh ya sayang, tahu tidak? Natasya pernah meminta nomorku. Tentu saja tak kuberi. Kau tahu bukan alasanya? Akan merepotkan bila chat dengan perempuan. Mereka pasti akan berakhir menyukaiku."

"Kau terlalu narsis Lie."

Wally melayangkan candaan yang bagi Rury sudah biasa. Mereka tertawa bersama saat candaan itu dilontarkan.

Wally bangkit diikuti Rury. Ia meletakkan kunci motor serta ponsel miliknya di atas nakas dan berjalan meninggalkan Rury untuk mendekati kucing kesayangan mereka. Rury meraih ponsel itu dan menyalakan datanya. Ia ingin meminjamnya sebentar untuk mencari tahu sesuatu seputar kesehatan kucing karena ponselnya sedang ada di kamar, sedang diisi daya.

"Lie, aku nyalakan datanya ya."

"Jangan! Ponsel itu sering hang kalo dinyalain datanya!"

Rury terkejut. Dengan segera ia menarik layar ponsel itu ke bawah. Alih-alih ingin mematikan, tiba tiba ada beberapa pesan dari sosial media dan akun chat pribadi milik kekasihnya. Dan itu semua dari wanita.

Rury hanya menatap layar ponsel itu sebentar sebelum ia memutuskan untuk mengembalikannya ke layar home dan mematikan layar ponsel kekasihnya. Ia membalikkan badannya dan menepuk dadanya berulangkali, berusaha menormalkan segala apa yang dirasa.

"Hey, jangan hanya mengelus Greg saja. Aku di sini juga ingin disayang-sayang, Lie."

[Kalo di artiin jadi nya 'aku disini juga ingin disayang-sayang, sayang 😆]








To be Continue

Halo!
Kalo ada typo kalian bisa lsg komen ya
Dan klo ada krisar juga boleh banget lsg komen
Krna krisar itu bakal brguna bgt buat aku untuk memperbaiki tulisan ku selanjutnya

Thanks for reading btw
See u on next chapter!

Terjebak [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang