***
3 hari setelah percakapan terakhir mereka, Rury me-non-aktifkan ponselnya dan selama itu juga ia izin dari kampusnya. Ia selalu merenung sendiri di kamar dan tak pernah menghabiskan makanannya dan Wally yang diberitahu oleh kakak lelaki Rury bergegas ke rumah wanitanya itu.
Wally menghampiri Rury yang sedang duduk terdiam di teras belakangnya. Kakak lelaki Rury menyuruh Wally langsung masuk dan menemui sang adik. Ia juga menyuruh Wally agar membujuk Rury menghabiskan makanannya.
Wally duduk bersebelahan dengan wanitanya di ayunan kayu panjang beratapkan kayu berbentuk segi empat panjang. Sungguh teduh. Sama sekali tidak panas walau matahari memang sedang terik-teriknya.
Rury berjengit. Ia terkejut karena ada Wally di sebelahnya. Terlebih ia kini sedang memperhatikan dirinya begitu intense.
"Sedang apa kau di sini, Lie? Kau tidak bekerja?"
Wally menatap Rury bingung. Tentu Wally bingung. Ia melihat Rury menyunggingkan senyuman seperti biasa. Seperti tidak pernah terjadi apa apa. Ia melihat rambut panjang wanitanya terkuncir asal dengan piyama yang masih terpatri di tubuhnya dengan posisi memeluk kedua kakinya. Itu pose yang selalu disukai wanitanya.
"Sungguh Lie. Kau tak perlu repot kemari. Apa yang dikatakan kakak padamu?"
Rury tahu semua itu ulah sang kakak. Sang kakak pun tahu adik tersayangnya sedang ada masalah dengan Wally sehingga ia memutuskan untuk memberitahunya.
"Riri sayang, ayo berkencan! Cepat mandi dan berpakaian yang manis ya."
Wally menarik tangan Rury untuk berdiri lalu ia menggiring Rury ke kamarnya dan membiarkan memilih baju. Rury mengamit sebuah white long sleeve dan rok selutut berwarna khaki. Sedangkan Wally hanya memperhatikan dari belakang.
"Lengan panjang lagi?"
"Kau tahu kan aku menyukainya."
Mereka beranjak ke luar kamar dan Wally membiarkan Rury masuk ke dalam kamar mandi. Ya, wanitanya harus mandi dahulu 'kan sebelum berkencan?
Tak lama Rury menghampiri Wally dengan pakaian yang rapi, rambut dikuncir dua bawah ala gadis desa, dan memakai topi kelinci. Aroma buah pun menguar dari tubuh wanitanya. Ini hal lain yang Wally suka. Wanitanya selalu tampil natural, tanpa make up. Akan tetapi tampaknya hari ini wajah sang kekasih sedikit menyita perhatiannya.
'Hari ini pucat sekali.'
Rury mengamit lengan kekasihnya dan berjalan beriringan. Wally tak membawa motornya karena terburu-buru dari kantornya. Jadi, singkat cerita, motornya ia tinggalkan di kantor demi melihat kondisi wanitanya.
"Mau kemana, sayang?"
"Kemana pun asal bersamamu, Lie."
Wally mengajaknya ke danau pinggir kota dengan membawa kentang kukus dengan topping mozarella kesukaan Rury. Ini mungkin dekat dari rumah Rury. Ya, bagaimana pun Wally harus kembali ke kantornya karena ia hanya izin keluar selama 3 jam karena adanya urusan keluarga. Jadi mau tidak mau sebentar lagi ia harus kembali bekerja.
"Lie, terimakasih. Aku janji akan menghabiskan makanku nanti."
"Habiskan potato n cheese mu sekarang, sayang."
Rury menatap kentang itu dengan malas. Ia sama sekali sedang tak nafsu makan. Tapi melihat Wally yang tadi memandangnya sendu, ia jadi tak tega karena sudah membuat kekasihnya sedih.
***
'Akhirnya aku bisa kesana. Aku akan memberikan kejutan untuk Lie.'
To be Continue
Hai!
Buat yang sudah baca dan klo kalian suka sama cerita ini, vote n comment ya ^^
Krisar pun bakal aku terima dengan senang hatiTypo?
Langsung komen aja nanti bakal aku benerin secepatnya ^^See you on my last chapter
Geser aja lagi, bonus buat kamu 😊
Bubye~
![](https://img.wattpad.com/cover/202862858-288-k297016.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak [END]
Teen FictionKamu, Aku, dan Kita. Kamu yang begitu memesona dan aku yang begitu mengagumi. Tak ayal kita ini bagai sepasang burung merpati. Bedanya kamu bebas dan aku terjebak di dalam sangkar. Terjebak LumiLan [Titin Wulandari] Selamat membaca! #15 - terjebak...