Empat

45 2 0
                                    

Sudah beberapa hari Luna di rawat di rumah sakit, Luna hanya diam dan sesekali bicara saat di introgasi polisi.

Visum sudah di lakukan, terdapat luka lecet di bagian sensitive Luna dan di beberapa bagian lainnya.
Liana dan Bu Astri langsung datang menjenguk ke rumah sakit. Semuanya sangat kaget dengan apa yang sudah menimpa Luna. Bu Astri menatap sendu Luna yang sedang menatap kosong ke jendela.

“Luna” Bu Astri mendekati ranjang Luna, namun tidak ada tanggapan dari Luna.
Air mata bu Astri menetes melihat musibah yang baru saja menimpa Luna yang sudah di anggapnya sebagai anak sendiri. Bu Astri menarik Luna kedalam pelukannya, Luna membalas pelukan Bu Astri dan menangis sejadinya. Laras memperhatikan semuanya dari luar, ada rasa marah,kecewa, dan penyesalan berkecamuk di dalam hati Laras hingga  dia juga ikut menangis. Sedangkan Pak Fahri dan Andre suaminya sedang ke kantor polisi mengurus semuanya.


                #####


Seminggu berlalu, keadaan Luna mulai membaik meskipun sesekali dia masih terlihat termenung.
Hari ini pertama kali Luna masuk sekolah setelah kejadian tersebut. Baru saja Luna memarkirkan motornya, tatapan dan cibiran para siswa lain mulai terdengar. Luna berbalik ingin pulang, namun Liana menangkap tangannya. Liana menatap Luna dan mengangguk menguatkan. Jarak parkiran dan kelas sebenarnya tidak begitu jauh, tetapi untuk pertama kalinya Luna merasa jaraknya sangat jauh karena dari tadi mata-mata ingin melecehkan dan celoteh-celoteh menikam terdengar di telingan Luna.
Saat jam istirahat, Luna dan Liana pergi ke kantin sambil bercanda. Kedatangan keduanya di tatap sinis para penghuni kantin lainnya. Liana menarik tangan Luna untuk duduk di meja pojok. Bisikan demi bisikan bahkan sindiran mulai terdengar kembali.

“Aduh, tampangnya sih cewek polos yang sok ceria tau-taunya cewek polos yang liar” Fanny ketawa.

“Pantas aja mau di perkosa toh ceweknya juga yang mancing” Stevy menimpali sehingga membuat keseluruhan ganknya ketawa.

Liana ingin berdiri namun di tahan oleh Luna. Adara sang ketua Osis yang juga kakak kelas Luna seketika berdiri lalu menghampiri Fanny dan gank yang dari tadi paling ketus dan paling pedas menyindir Luna.

“Kalo punya mulut di jaga, kontrol diri bisa gak ?” Adara menyiram Stevy dengan air yang di bawa dari mejanya.
Stevy langsung gelagapan membersihi tubuhnya di bantu teman-temannya.

“Heh ….” Fanny ingin membela Stevy tetapi terpotong.

“Loe juga mau gue siram biar otak loe dingin gak ngebully orang terus ?? Hah ?? Jawab gue !!” Adara membentak Fanny yang langsung terdiam.

“Gue ingetin dengan kalian semua, sekali lagi gue dengar ada yang ngebully Luna, kalian semua berhadapan sama gue !!! Yang ngebully otaknya dangkal kali ya, orang lagi kena musibah bukannya care malah ngebuat orang down, sakit semua !!!” Adara menatap tajam sekelilingnya lalu menghampiri Luna yang mematung.

“Makasih kak” Luna menunduk.

“Habisin gih makanan kamu, sebentar lagi bel masuk” Adara tersenyum.

“Gue turut berduka ya Lun, yakin ada hikmah dari ini semua” Adara mengelus lembut pundak Luna lalu meninggalkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Brokenhome my encouragement
 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang