➤ 05

11.3K 1.2K 203
                                    

Jeno masih teringat dengan perkataan Hyunjin, Jeno merasa begitu bahagian mendengarnya. Berarti Hyunjin sama sekali tidak keberatan dengan kehadiranya. Ternyata benar apa yang appa nya katakan padanya, Jeno bisa mencintai Jaemin dengan seiring waktu yang bergulir dan tentu dengan semua sikap Jaemin. Oh ya ampun, kedua pipi Jeno bersemu, jantungnya berdebar-debar dan senyuman yan tersungging di bibirnya tidak kunjung hilang. Bahkan kehadiaran Jaemin, serta tatapan pria itu ke arahnya tidak Jeno sadari.

"Apa yang membuat mu merona dan tersenyum sendiri sayang?" tanya Jaemin

"Huh?" melihat respon Jeno membuat Jaemin terkekeh. Pria Na itu semakiin gemas lalu menarik Jeno agar semakin dekat denganya. Memeluknya dengan sangat posessif.

Mendapat serangan dari Jaemin, membuat jantung Jeno berdebar-debar. Selalu saja seperti ini, keluh Jeno.

"Kapan kau akan wisuda?" tidak biasanya Jaemin menanyakannya, tapi hal itu juga tidak menjadi masalah. Sekarang Jaemin itu suaminya, jadi wajar dan sah-sah saja jika Jaemin bertanya mengenai kapan Jeno akan wisuda.

"Beberapa bulan lagi. Kenapa?" tanya Jeno.

Tanganya bermain di dada bindang Jaemin, membentuk sebuah pola abstrak.

"Secepat itu?" Jeno mendoangkan kepalanya, menatap Jaemin yang tengah menatap langit-langit kamar mereka. "Memang sudah seharusnya. Memangnya kenapa?." Jaemin menoleh ke arah Jeno.

"Tentang anak kembar. Bukankah kau menginginkannya?" semburat merah tercetak jelas di kedua pipi gembil Jeno. Secara tidak langsung pernyataan Jaemin itu menjerumus ke arah 'itu.'

"Lalu?" Jaemin semakin gemas di buatnya. Sebenarnya kesayangannya itu mengerti atau pura-pura tidak mengerti?.

"Aku menginginkan mu malam ini sayang" bisik Jaemin seduktif.

Kedua pipi Jeno memerah padam, terasa sangat panas. Bahkan tangan Jaemin sudah bermain di area tubuhnya. Tidak hanya itu, Jaemin juga langsung melumat bibir Jeno, untuk malam Ini Jaemin akan bermain lembut. Dia tidak ingin melewatkan momen ini.

"Ughhh" geli namun Jeno sangat menikmati permainan Jaemin. Kedua tanganya sudah melingkari di leher Jaemin yang tengah menindihi tubuhnya.

Jeno semakin terbakar nafsu dan malam ini akan menjadi malam panjang yang panas, melelahkan serta menguras energi.

➖ ➖ ➖

Menyiapkan makanan. Merupakan aktivitas yang sudah serinh Jenonlakukan setelah menikah dengan Jaemim. Ya, perannya sebagai seorang ibu harus tetap Jeno lakukan, walaupun Jeno seorang pria.

Hampir saja Jeno menumpahkan sup yang baru saja matang. Sedikit jengkel dengan kelakuan tiba-tiba Jaemin, refleks Jeno langsung memukul tangan Jaemin.

"Kenapa memukul ku?" tanya Jaemin, sedikit mengusap punggung tangannya

"Karena kau menginginkannya, makanya aku memukul tangan mu" jawab Jeno.

Jaemin mendengus cukup keras. Pagi-pagi seperti ini mendapatkan pukulan dari Jeno benar-benar sial. Padahal Jaemin ingin mendapatkan ciuman.

"Aku belum selesai. Menyingkirlah sekarang, aku tidak mau dapur ku berantakan."

Jaemin membalikkan tubuh Jeno dengan tidak sabaran. Tangannya lainnya yang bebas memeluk pinggang Jeno, terarah mematikan kompor.

"Ciuman selamat pagi dulu" setelah malam panas itu, Jeno sudah tidak lagi merasa malu.

Satu kecupan mendarat di bibir Jaemin.

"Itu kecupan, bukan ciuman sayang" protes Jaemin. Setelah kegiatan tadi malam, sifat Jaemin terlihat begitu aneh. Padahal sebelumnya tidak pernah seperti ini. Biasanya Jaemin akan duduk sembari membaca koran dan meminum kopi.

"Ingat umur. Kau itu sudah tua, aku tidak mau nanti kau sakit pinggang"

"Aku meminta ciuman dan yang kau berikan hanya kecupan singkat"

"Aku sedang sibuk, menjauhi lah"

"Ayolah sayang."

Jeno menghela nafas lalu mendekatkan diri kearah Jaemi, siap untuk mencium Jaemin tapi setelah beberapa menit. Jeno hanya diam mengamati wajah Jaemin.

"Aku tidak mau kulit ku lecet, setelah mencukur bulu di dagu mu, aku akan memberikan ciuman." setelah mengatakan kalimat itu, Jeno meninggalkan Jaemin.

Dari pada berdebat lagi, Jaemin langsung pergi meninggalkan dapur.

➖ ➖ ➖

Apa yang Hyunjin katakan memang benar adanya. Sarapan pagi ini Hina duduk di samping kiri Jaemin, dia banyak mencari kesempatan. Dia melakukannya seolah-olah dia istri Jaemin. Melihat tingkah Hina yang begitu sangat menyebalkan, rasanya Jeno ingin mendepak perempuan itu keluar rumah sekarang juga. Ya, jika Jeno bisa dan ingin, tapi rasanya tidak akan mungkin. Pasti akan terjadi perang lagi antara Jeno dengan Heejun dan Minhee.

"Appa, kenapa appa tidak menikah dengan bibi Hina saja?" tanya Jinhee menatap sang appa.

Mendadak Hyunjin tersedak. Jeno membulatkan matanya. Jaemin menatap horor ke arah Jinhee. Minhee dan Jaehee mengeluarkan aura membunuh. Sementara Heejun menyeringai ke arah Jeno dan Hina tersenyum.

Apa-apaan itu? Jeno tidak suka. Jelas saja Jeno tidak suka, dia cemburu.

Yang benar saja. Bukannya menjadi keluarga harmonis, malah berakhir dengan pertengkaran batin Hyunjin. Membayangkan saja sudah membuat Hyunjin bergidik. Walaupun Hina sahabatnya Hyunjin tidak pernah mendukung Hina untuk menikah dengan Jaemin, bahkan berdekatan.

"Mau jadi apa keluarga kita jika Hina menikah dengan appa? Ckk dia bahkan sangat buruk" celetuk Minhee. Pria kecil beumur 8 tahun itu menatap tidak suka ke arah Hina. Sementara yang diberi tatapan seperti itu, melotot kan mata tersinggung.

"Kau benar oppa. Mungkin kita akan keracunan setiap harinya atau yang lebih parah kita pasti kelaparan" kata Jaehee

"Ya! Kalian itu masih kecil" Heejun berlagak seperti orang dewasa. Menatap nyalang ke arah Minhee dan Jaehee. Bukanya takut mendapat tatapan seperti itu, keduanya malah menantang dan sepertinya perang akan di mulai.

➖ ➖ ➖

Benar saja. Suasana rumah hari ini sangat aneh. Heejun dan Jinhee yang menempel terus kepada Hina, serta memuji semua apa yang Hina lakukan. Maka hal itu tidak membuat Minhee dan Jaehee mengalah. Dan untuk Hyunjin, perempuan cantik itu berada di tengah-tengah, dia tidak mau ikut campur.

Bahkan hari ini Jaemin memutuskan bekerja setengah hari saja. Setelah itu Jaemin pulang, Jaemin memang sengaja melakukannya. Dia terlalu takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan. Mengingat keempat anaknya itu sedang tidak dalam mode kebersamaan.

"Aku tidak tahu jika Heejun dan Jinhee membenci Jeno. Bahkan menurut ku, Jeno jauh lebih baik dari Hina"

"Kau benar Hyunjin. Tapi aku tahu apa yang sebenarnya mereka inginkan, mereka hanya menginginkan yang terbaik."

Hyunjin menoleh ke arah Jaemin. Masih dalam mencerna setiap kalimat yang baru saja Jaemin lontarkan dan kemudian mulut Hyunjin membentuk lingkaran huruf O.

"Benarkah?" tanya Hyunjin. Dia menatap Jaemin tidak percaya.

"Ya, aku appa nya dan aku tahu apa yang ada di pikiran anak-anak ku" jawab Jaemin

“Aku kira memang seperti itu" Jaemin tertawa.

Pikiran manusia memang rumit, siapa yang akan tahu. Dan itulah yang tengah terjadi di tengah keluarga Na.


Bersambung...


S : 13/10/19

New Life✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang