1. New York

59 5 3
                                    

"Ayah senang sekali kau bisa kembali ke Seoul, ayah akhirnya mempunyai teman saat dirumah"

"Iya ayah, maaf membuatmu menungguku terlalu lama"

"Tidak, hanya 3 tahun. Lagi pula kau belajar disana, ayah bangga padamu. Ah iya, pengunjung di Café sangat ramai nanti ayah telpon lagi. Nanti saat kau ke bandara kirimkan pesan kepada ayah, oke?"

"Iya ayah, terima kasih"

"Untuk apa?"

"Telah datang ke acara wisudaku"

"Astaga. Tentu saja, kau anak ayah
tentu ayah harus datang. Baiklah ayah tutup, bye sayang"

"Bye ayah"

Panggilan itu terputus, tepat saat itu juga perasaan bimbang melandanya. Semua begitu berat, dirinya bertanya-tanya apakah salah jika ia tidak ingin meninggalkan New York?

Nara sadar bahwa Korea adalah tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Ayah dan keluarnya ada disana semua, tapi dirinya merasa nyaman di New York. Semua perasaan sakit bertahun-tahun lalu seketika menghilang begitu saja.

Tapi kini, Nara harus pulang. Ayahnya sedang menunggunya pulang.

Nara memandang kearah samping dimana koper-koper miliknya telah rapih berjajar. Hari ini dirinya akan berpamitan dengan teman-temannya sebelum meninggalkan New York.

Nara menghela nafas berat lalu melangkahkan kakinya dengan terpaksa keluar asrama untuk menemui teman-temannya.

-

Perjalanan udara yang memakan waktu membuat tubuh Nara sedikit pegal. Untung saja ia sudah sampai di bandara Incheon, matanya melihat ke penjuru bandara. Seperti biasa bandara selalu ramai dengan orang-orang.

Nara melangkah kakinya mengambil koper-koper miliknya. Karena dirinya tinggal di new York selama tahun membuatnya membawa barang-barang yang cukup banyak saat kembali ke Korea.

Langkah kakinya terhenti ketika segerombolan orang melewatinya, tubuh Nara terhuyung saat seorang laki-laki bertubuh besar mendorongnya. Untung saja Nara tidak sampai jatuh, dirinya dengan cepat berpegangan pada sebuah tembok disampingnya.

Nara yang penasaran ada apa langsung menghampiri segerombol orang itu mengepung satu wilayah.

Nara yang lumayan tinggi cukup kelihatan ada apa ditengah-tengah sana.

Satu persatu laki-laki menggunakan masker hitam keluar dan mengelilingi titik tengah dimana para wartawan sedang memotret mereka. Jepretan kamera lumayan membuat bising bandara.

Terhitung kelompok laki-laki itu berjumlah tujuh orang dengan pakaian berbeda-beda. Saat si laki-laki terakhir keluar, Nara langsung menyadari siapa mereka.

Laki-laki itu memakai kaus putih dengan jas hitam dan sebuah masker. Walaupun seperti itu tentu Nara mengetahuinya, Nara sering melihat laki-laki itu di televisi ataupun di sosial media.

"Ah, ia ada disana"

"Ah, ia ada disana"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

The Dark Days Of NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang