Tepat siang hari Nara sampai di rumahnya yang sudah disambut oleh Ibunya. Nara langsung memeluk laki-laki yang sangat ia rindukan. Selama tiga tahun dirinya di New York hanya beberapa kali dirinya dapat berjumpa dengan ayahnya karena kesibukan laki-laki itu.
Nara berjalan ke lantai dua dimana kamarnya berada. Pintu terbuka menampakkan kamarnya yang sunyi dan juga dingin. Dindingnya yang sudah di cat kembali oleh ayahnya membuat suasana kamar terasa lebih baru, ayahnya juga mengganti ranjang tidur miliknya.
Nara memilih duduk di ujung ranjang sambil terdiam memandang langit-langit kamarnya. Lukisan itu masih ada, lukisan bintang dan planet yang ia lukis saat dirinya berumur sembilan tahun.
Walaupun sudah terlihat pudar lukisan itu masih indah dipandang. Nara berpesan kepada ayahnya untuk tidak menghapus lukisan itu.
Merasa lelah Nara membaringkan tubuhnya di ranjang besar miliknya. Perlahan matanya terpejam.
"Tuhan, aku tahu ini tidak akan mudah. Aku bertahan dan kembali karena Ibu dan Ayah, kuatkan hatiku sedikit lebih lama lagi. Setelah itu aku akan meninggalkan negara ini"
Nara berucap dalam hati memohon kepada Tuhan ketika matanya terpejam. Nara menarik napas panjang lalu mulai tertidur.
-
Seorang laki-laki dengan tas di punggungnya memasuki rumah dan langsung memeluk ayahnya lalu duduk dihadapan sang ayah.
Mereka berada diruang makan, dimana ayahnya yang sedang memasak untuk makan malam. Semenjak sang ibu meninggal ayahnya lah yang memasak untuk makan malam.
"Ayah sangat senang, hari ini adalah hari yang Ayah htunggu-tunggu"
"Kenapa memangnya?"
"Kita semua bisa berkumpul untuk makan malam"
"Ralat, tanpa ibu"
"Tae, jangan mengungkit masalah itu lagi. Ayah sedang bahagia jangan membuat suasana menjadi tidak menyenangkan"
"Kenapa? Karena ada gadis itu?"
"Tae, dia adikmu"
"Adik? Adikku hanya Jaemin"
"Taehyung!"
"Kenapa? Sejak lahir aku bahkan tidak pernah menganggapnya sebagai adik ku. Atau perlu aku ingatkan, dia yang menyebabkan ibu meninggal!"
"Taehyung pergi ke kamarmu dan lupakan pembicaraan kita. Jangan bawa masalah itu saat kita makan malam!"
Taehyung meninggalkan ruang makan itu dan berjalan kearah kamarnya. Sebelum masuk kedalam kamar, Taehyung sedikit mendongak ke atas mantap sebuah pintu berwarna pink dimana kamar seseorang yang ia benci.
-Nara turun kebawah karena panggilan dari ayah nya untuk segera makan malam. Dirinya telah sampai dimeja makan dan sudah terdapat tiga laki-laki sana. Ada ayah nya, dan dua kakak nya.
Taehyung dan Jaemin duduk berhadapan, sementara ayahnya duduk disamping Taehyung. Hanya tersisa satu tempat yaitu disamping Jaemin.
Nara duduk di kursi itu dengan diam. Jujur saja dirinya sangat gugup untuk bertemu dengan kakaknya.
Selama tiga tahun Nara sekolah di New York dirinya tidak pernah bertemu dengan mereka, kini setelah tiga tahun berpisah mereka bertemu kembali dengan keadaan yang sangat canggung.
Terlihat kakak nya yang paling tua sedang menatapnya, Nara yang merasa ditatap seperti itu membuat dirinya merasa tak nyaman. Akhirnya Nara hanya menundukkan kepalanya menatap jari-jari tangannya.
"Makanan sudah siap, ayo kita berdoa terlebih dahulu" ayahnya Jin Hyuk datang dari dapur lalu merapikan kembali makanan yang sudah tersedia di meja makan.
Nara menatap makanan yang bisa dibilang sangat banyak.
Mereka berdoa dalam keadaan hening. Satu persatu mereka menyendokkan makanan.
Terdengar hanya suara dentingan sendok makan, tak lama Jin Hyuk membuka suara.
"Ayah senang kita bisa berkumpul setelah tiga tahun tidak seperti ini. Dengan pindahnya Nara disini ayah harap kalian lebih menyempatkan pulang ke rumah lebih sering"
Nara hanya diam menunggu jawaban sang kakak.
"Kami usahakan ayah" Jaemin menjawab dengan santai lalu menengguk air putih.
"Aku tidak berjanji"
"Kenapa?" Jin Hyuk bertanya.
"Aku tidak pernah menginginkan dirinya untuk ada disini"
Nara tentu tahu siapa yang dimaksudkan Taehyung, sudah tentu dirinya. Maka dari itu Nara hanya diam tanpa ingin berkata apapun.
"Tae kita sudah bahas ini tadi" ayahnya menghela napas berat.
"Ayah tahu aku muak? Ayay selalu membela wanita ini sejak dahulu" ucap Taehyung mencengkram sendok makan nya menahan emosi agar tidak meledak saat itu juga.
"Taehyung!" Kali ini kesabaran sang ayah sudah habis, ia tidak ingin anak-anaknya seperti ini terus menerus. Ia tidak ingin Nara terus bersedih karena Taehyung sangat membencinya.
"Lihat? Kau bahkan membentak aku dan Jaemin ketika kami membicarakan dia. Ayah tidak perlu membawa dia kembali ke Korea, nyatanya aku sangat mampu untuk membiayai dia diluar negeri agar dia tidak kembali memasuki keluarga kami lagi"
Plakkk.
"TAEHYUNG SUDAH CUKUP!" Sebuah tamparan mendarat di pipi Taehyung. Jin Hyuk menampar sang anak tertua itu dengan sangat keras.
Nara yang melihat pertengkaran itu lagi-lagi dirinya hanya bisa diam, tubuhnya lemas melihat bagaimana sang ayah sangat marah kepada kakak pertamanya.
Bendungan air matanya sudah Punuh dengan cepat Nara berlari menaiki tangga menuju kamarnya.
Sesampainya di kamarnya Nara berdiam diri sambil menyender di pintu kamarnya. Dengan cepat Nara mengusap ujung matanya agar bendungan air matanya tidak turun kebawah.
"Simpan air matamu, bodoh. Kau tak pantas menangis hanya untuk mereka" ucap Nara lalu berjalan menuju meja rias miliknya, Nara berkaca dengan tatapan diam.
Tatapan mata Nara kosong memandang pantulan dirinya. Tangannya mengepal erat tiba-tiba saja kejadian demi kejadian menghantam kepalanya. Memori masa lalunya muncul kembali setelah tiga tahun Nara melupakan itu semua.
-
Visualisasi ayah mereka.Choi Jin Hyuk as Kim Jin Hyuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Days Of Nara
Fiksi PenggemarNara. Orang-orang memanggilnya seperti itu, gadis dengan rambut berwarna coklat gelap, dengan bola mata hitam pekat, dan jangan lupakan ia adalah gadis yang pintar dan juga ramah. Terlahir mempunyai kakak seorang artis, lebih tepatnya seorang idol...