4

64 33 7
                                    

Perkataannya kembali membuatku tersenyum malu.

Aku begitu yakin akan dirinya kala itu. Dalam hati hanya ada nama dia. Bila badai datang menghadang dari depan ataupun dari belakang, maka akan kupastikan badai itu sendiri yang akan runtuh dan tak mampu menerjang.

Aku pastikan semuanya akan tetap baik baik saja.

Aku dan abang An pun keluar dari gedung. Mataku seakan tidak bisa jauh dari matanya yang memandang ku keluar.

Di belakang sana aku melihatnya melambai lambai.

Tak bisa ku tutupi air mata yang mulai mengairi pipiku. Entah perasaan apa yang kurasakan saat itu, aku merasa seperti akan berpisah dengan jiwaku. Berpisah untuk waktu yang cukup lama memang tidaklah semudah mencopot sebelah sandal yang dipakai. Iya gak sih...?

Meski kaki sudah mendekati pintu keluar, masih saja mata ini memandangnya ke belakang.

" Ren, ayo jalannya yang cepat " ucap abang An tergesa gesa.

" Emangnya kenapa bang? " ucapku lgi dengan nada yang agak tinggi.

" Aku mau nonton bola "

" Nonton bola? Dimana? "

" Ada deh..nanti kamu bakalan tau juga, kamu mau ikut gak ? Tanyanya dengan mengedipkan sebelah mata.

" Ya kalau Reni gak ikut abang An Reni pulang sama siapa coba?

" Ya jalan kaki lah " ucapnya sambil tertawa terbahak bahak.

" Ihhh nyebelin sekali " memasang muka marah.

" Hehehe abang bohong kok dek..."

" Lihat lihat dong bohongnya "

" Maksudnya? "

" Mmmmm gk kok...gak ada maksud apa-apa...hehe " ucapku terbata-bata.

Sebenarnya maksud dari perkataanku itu tiada lain adalah lihat-lihat suasana hatiku saat itu yang sedang berduka....ets....bahasanya buk😂. Ya memang sedang berduka sih, kan sedang berpisah dari sang pacar.

Perlahan dan terbata- bata kakiku melangkah naik ke atas motor bang An, sampai sampai abang An pun bingung dengan sikapku yang seperti itu, seakan tidak ingin beranjak dari gedung.

" Ren...."

Aku bengong sambil memandangkan kebelakang, tidak menghiraukan abang An sama sekali, padahal dia sudah memanggilku beberapa kali.

" Ren...." panggilnya lagi dengan mendekatkan mulutnya ketelinga kananku.

" Aduhhh sakit bang...." ucapku merengek.

" Nah tuh kan....siapa suruh gak nyaut dari tadi, abang panggil- panggil dari tadi kenapa gak nyaut? " tanyanya sedikit kesal padaku.

" Yah jangan juga ketelinga dong bang " sahut ku kesal.

" Ya kan kamu salah sendiri toh"

" Iya-iya dah reni minta maaf "

" Ya sudah...cepat naik.."

" Iya ini juga lagi naik pak "

Dengan sedikit kesal ku naiki motornya. Sepanjang jalan aku hanya diam saja, tidak mau berbicara apapun padanya. Soalnya dia bikin aku kesal sih.

" Ren..." panggilnya dengan nada yang begitu lembut.

Aku masih diam dan tidak menyautinya.

" Ren " panggilnya lagi.

Aku masih diam.

" Ren..." dengan nada yang sangat keras.

" Iya kenapa sih bang? " sahutku dengan nada yang lebih keras lagi.

" Oh masih hidup toh " ucapnya seakan akan tidak berdosa.

" Maksud abang apa? " dengan nada yang masih kesal.

" Gak kok....gak bermaksud apa-apa " ucapnya terbata- bata.

" Oh ya udah "

" Iya ndoro.. ampun ya ndoro..." ucapnya dengan menyatukan kedua tangannya.

" Kenapa meminta ampun..gak usah kayak gitu bang, Gak lucu tau " sambil senyum sembunyi.

Panggilannya tersenyum sembunyi. Tentu saja aku tidak akan memaafkan dia begitu saja. Hahaha....Hanya sebuah panggilan ndoro ? Tidak akan membuatku melupakan kejadian tadi. Tidak secepat itu dong.....

Hy readers....jika ingin aku up secepatnya..jangan lupa ya koment, berikan vote, dan pastinya baca dong. Yang gak vote awas bisulan loh😁😁😁😁...hehehe gak kok cuman becanda ya guys...bye..bye....bye.
..




Takdirku tenyata kamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang