5

51 28 12
                                    

Panggilnya tersenyum sembunyi. Tentu saja aku tidak akan memaafkan dia begitu saja. Hahaha....Hanya sebuah panggilan ndoro ? Tidak akan membuatku melupakan kejadian tadi. Tidak secepat itu dong.....

Aku benar benar cukup marah saat itu, seakan rasanya seperti orang yang tuli saja. Sepanjang jalan aku sama sekali tidak mau berbicara. Sampai tiba motornya berhenti ditempat dimana seharusnya motor itu tidak berhenti. Ku lihat di depan hanya sebuah grobak pentol bakar. Hatiku bertanya tanya. Mengapa dia berhenti disini? Apa dia mau membeli pentol bakar? Untuk apa? Aku kan tidak memesan? Pertanyaan pertanyaan itulah yang muncul dalam fikiran ku saat itu.

" Turun disini dulu bentar " ucapnya tak berani melihat kearah ku.

Aku tak menjawab apa apa. Terserah dia. Karena aku masih sangat begitu marah. Tapi ada hal yang membuatku bingung. Dia begitu terlihat akrab pada bapak penjual pentol bakar. Bapak penjual pentol bakar yang berdiri dan mau menyebrangi jalan dari arah kiri sana pun dia bantu. Pikirku mungkin itu hanyalah pencintraan. Siapa tahu dia kayak gitu karena ada aku hehe gumamku dalam hati. Tapi dilihat lihat dia memang akrab dan kayaknya sudah kenal sama bapaknya. Buktinya dia ngajak ngobrol dan keliatan kayak akrab sekali. Kayaknya ini tempat dia ngajak cewek cewek buat dimodusin deh, gumamku dalam hati lagi.

" Pentolnya tiga puluh ya pak " ucapnya sembari menunjuk tiga jari.

" Kenapa cuman tiga puluh mas, gak cukup itu, lima puluh saja sekalian biar kenyang " canda bapak penjual pentol.

" Soalnya tiga puluh itu ada maknanya pak " jawabnya senyum menatap ke arahku.

" Emang apa artinya mas " tanya bapak pentol penuh penasaran.

Aku yang berdiri jauh semeter dari mereka ikut penasaran dengan asyiknya obrolan mereka. Meskipun sebenarnya akupun masih bisa mendengar suara mereka, hehehehe.

" Artinya itu..." ucapnya dengan tatapan kosong.

Terdiam sebentar seakan sedang memikirkan kata kata apa yang harus di ucapkan.

" Apa to mas? " tanya pak pentol gairah.

" Sini pak aku bisikin aja, makna dari tiga puluh itu yaitu sepuluh yang pertama adalah jumlah anakku nanti bersamanya, sepuluh yang kedua adalah aku dengan sepuluh hati mencintanya😊, dan sepuluh yang ketiga adalah diapun harus sepuluh hati mencintai saya pak" ucapnya sampai tak bisa menahan tawa.

Aku yang masih bingung, hanya bisa melihat mereka yang tertawa lepas, pada jarak semeteran dari mereka. Bagaimana lagi, mereka kali ini hanya berbisik dan aku sama sekali tidak bisa mendengar suara mereka. Dari jauh terlihat mereka sudah saling berjabat tangan dan abang An beranjak dari tempat bapak penjual pentol itu menuju motornya. Seketika aku memalingkan pandanganku pada mereka. Abang An yang mulai mengayuhkan kakinya menuju motor sembari tersenyum senyum membuatku merasa kebingunan dan penasaran. Sebenarnya apa saja yang mereka obrolkan tadi sampai membuatnya tidak berhenti senyum seperti itu.

" Ayo naik, biar cepat nyampe kita ni " ucapnya sambil menarik keras tanganku.

" Ihhhh pelan pelan dikit kenapa sih bang....gak bisa apa pelan pelan " ucapku dengan nada tinggi dan marah.

Aku lalu naik ke atas motornya dengan wajah yang cemberut dan kemarahan yang tidak terkendali lagi. Kali ini aku bukan hanya sekedar marah. Tetapi benar benar marah. Aku tidak menyukai laki laki yang kasar pada wanita. Kejadian itu membuatku sepanjang jalan mengingat bang rian pacarku yang sama sekali tidak pernah memperlakukan aku seperti apa yang dilakukan abang An.

"Eh tapi tunggu..kenapa tiba tiba aku membandingkan mereka berdua? Jelas mereka adalah dua orang yang sangat jauh berbeda bukan? Yang satu pacarku dan yang satu adalah seorang kakak senior dirantaun" gumamku dalam hati.

Aneh, biasanya dia selalu cerewet komat kamit ngajak ngobrol hal yang gak jelas, kini dia hanya dia tanpa mengucapkan sepatah kata pun padaku. Padahal dia sudah membuatku marah tadi.

" Ni orang gak ngerasa bersalah sama sekali apa yakkk...apa dia memang gak punya perasaan..dasar cowok kasar, minta maaf ke! apa ke sama aku!..." gumamku dalam hati dengan kemarahan yang tak tertahan.

Tiba tiba motor berhenti ditempat yang begitu gelap.Aku ingin bertanya padanya, tapi aku juga takut bertanya, aku masih terlalu belum akrab, makanya aku belum tau pasti sifat dari si cowok ini. Karena kami pulangnya tadi kesorean, jadi kami nyampenya setelah isya ditempat itu. Walaupun dalam hati dan fikiranku masih bertanya kenapa dia membawaku ke sini, ke tempat yang gelap ini, tapi akhirnya aku memberanikan diriku untuk bertanya padanya. Apa tujuannya membawa ku ke tempat yang aneh dan gelap ini?. Jujur saat itu aku benar benar merasa ketakutan. Karena aku cewek dan dia cowok. Apa saja bisa dilakukan olehnya terhadap diriku saat itu.

" Emmmmm....bang An, " ucapku memanggilnya dengan nada penuh rasa takut.

" Ia, kenapa? " sahutnya santai.

Dia dan aku berdiri cukup lama ditempat itu. Entah apa yang dia cari ditempat itu. Matanya seakan melihat kekiri, kekanan dan kebelakang. Rasa takutku semakin menjelma saat itu. Sungguh kelakuannya begitu mencurigakan. Yang aku pikirkan..apakah mungkin dia akan melakukan sesuatu padaku?. Aku masih saja berdiri diam. Bagaimana lagi, kulihat tidak ada satu orangpun ditempat itu kecuali kami. Dag dig dug bunyi jangtungku. Semakin lama semakin suaranya berdeguk begitu kencang. Aku mencoba bertanya lagi padanya dengan nada yang sangat ketakutan.

" Bang An....ini tempat apa sih? Ayo kita pulang saja, abang juga tadi bilangnya mau ke main bola...aku gak nyaman disini..emang kita mau ngapain di sini? " ucapku masih dengan rasa takut.

" Kenapa? Kamu takut? Tenang saja...aku janji ini bakalan jadi tempat kenangan kita yang paling romantis dan pasti kamu bakalan ngerasain enak nantinya " ucapnya sambil tersenyum senyum padaku.

Aku semakin takut mendengar perkataan yang baru dilontarkannya tadi. Apa maksudnya enak coba? Ini adalah tempat terseram yang pernah kulihat dan kutemui.

" Kamu udah siap " ucapnya lagi sambil menatap tajam kedua bola mataku.

Mataku melotot, aku terdiam dan tidak bisa berbuat apa- apa. Aku menelan ludahku sedikit demi sedikit. Ketakutan sudah mulai tampak jelas saat itu mungkin.

" Kenapa melotot? Kamu takut? Gak usah takut...biasa kalau pertama memang gitu, pasti masih ada sedikit keraguan dan ketakutan...tapi kalau kamu udah ngerasain sekali saja, kamu pasti bakalan ketagihan" Ucapnya lagi yang membuatku rasa takutku bertambah.

" Sini tanganmu..." ucapnya sambil memegang tanganku erat.

" Kita mau kemana bang? Please aku mau pulang bang....aku gak mau kemana mana" ucapku tak bisa menahan air mata yang mulai membasahi pipi.

Aku berusaha melepaskan tanganku dari pegangannya yang begitu erat.

" Heii tunggu...aku janji, setelah kita ngelakuin ini, pasti kita terutama kamu bakal senang, percaya sama aku" ucapnya dengan memegang erat lebih lagi tanganku dan berusaha membuatku tetap tenang.

Aku semakin takut, keringatku membasahi hampir sekujur tubuhku. Baju dan jilbabku pun ikut basah.

Takdirku tenyata kamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang