9

3 2 0
                                    

Ingin sekali rasanya aku mengatakan kenapa dia tiba tiba seromantis sekarang ini. Tapi apalah dayaku, aku tak sanggup berkutip walau hanya sepatah kata.

Mataku hanya berani menatap wajah manis itu diam diam. Benar benar saat itu aku sedang berada di atas awan rasanya.

Setengah jam sunyi tanpa ada yang memulai atau memancing pembicaraan. Tiba tiba ponsel ku berdering.

Ting....tingg..ting...( suara ponsel berdering)

Aku melihat handphoneku, ternyata bang An lah yang menelpon. Jelas aku tidak ingin mengangkatnya. Bagaimana mungkin aku rusak suasana hatiku yang sedang bahagia karena berada disamping bang Rian" ucapku dalam hati."

Bang Rian melirik ku.

" Kenapa gak di angkat?". Tanyanya sedikit sinis.

" Ngapain harus angkat?, apa ada telpon seseorang yang paling aku tunggu selama ini kecuali telpon dari pacarku yang super cuek dan dingin". Ucapku tulus dengan wajah yang sedikit mengerut.

Bang Rian tersenyum sipu kemudian menatap mataku tajam.

Dug...dug...dug suara jantungku mulai lagi tak bisa ku kondisikan.

" Masa sih? Apa iya cuman telpon dari aku yang kamu tunggu?." Ucapnya masih menatapku tajam.

" Ya iya lah....emangnya dari siapa lagi kalau bukan abang." Ucapku menelan ludab.

" Oke untuk saat ini aku percaya, tapi kamu jangan lupa kalau kamu pernah selingkuhin aku dulu waktu SMA, sesama anggota kita lagi." Ucapnya dengan suara yang ditekan.

" Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan kan bang? Begitupun aku, dan aku tidak akan selingkuhin bang Rian lagi!." Ucapku  dengan nada lembut.

" Ren, kamu harus tau kalau aku gak akan terima kamu bohongin lagi kayak dulu, dan kalau itu terjadi."

Bang Rian menghentikan pembicaraannya

" Dan kalau itu terjadi kenapa bang?." Tanyaku lirih.

" Kamu akan sakit sendiri nantinya." Ucapnya senyum.

Aku diam.


" Sudahlah, aku ingin bahagiakan kamu dulu hari ini, jadi aku gak mau berdebat." Ucap bang Rian lagi.

" Pak kita sudah sampai di puncak." Ucap pak sopir..

" Okeyyy pak makasih banyak pak sudah antarin kita, nanti sore jangan lupa ya pak jemput kita." Ucap bang Rian.

" Kak, ngapain kita disini?." Tanyaku dengan nada takut sekaligus penasaran.

" Kamu lupa?  Dulu kan kamu pernah kalau kamu pengen banget ke puncak, dan kamu bilang ke aku kalau kamu belum pernah ke puncak, ingat gak?." Tanya dengan wajah bahagia dan senyum yang memukau.

" Iya tentu aku ingat bang, lalu..?." Tanyaku lagi lagi masih penasaran.

" Lalu aku sudah wujudkan janjiku sekarang sama kamu, mimpi kamu sekarang sudah terwujud, meskipun masih ada dua mimpi lagi yang belum bisa aku wujudkan untuk saat ini." Ucapnya lagi.

Aku tersenyum sipu mendengar perkataannya. Btw aku memang pernah bilang sama bang Rian. Kalau aku punya tiga mimpi yang harus aku wujudkan. Pertama pergi kepuncak, kedua punya rumah minimalis yang nuansa hijau muda dan ketiga jalan jalan ke 5 negara.

" Yukkk." Bang Rian mengulurkan tangannya padaku.

" Kemana?." Tanyaku dengan ciri khas senyum malu malu ku.

" Ikut aja, masih ada kejutan lagi di atas puncak sana!." Ucapnya lagi.

Aku dan bang Rian terus mendaki hingga sampai pada puncaknya.

" Masya Allah...aku takut bang." Teriakku sambil memegang erat tangan bang Rian.

Bang Rian tertawa terbahak bahak. Dia mengejekku lepas.

" Hah, cita cita pengen ke puncak masa iya takut sama puncak!." Ucapnya tak bisa menahan tawa.


Sampai di sini dulu  ya readers.......jangan jadi pembaca gelap ya....😁😁😁😁😁


Takdirku tenyata kamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang