Chapter 24

14K 366 13
                                    

Author POV

Keesokan harinya Lydia uring-uringan, tidak mau makan dan enggan untuk melakukan kegiatan apapun itu termasuk pergi ke toko rotinya. Karena sampai detik ini Daniel tidak mengabarinya. Dan perempuan itu masih saja dengan egonya yang tinggi, tidak mau menghubungi daniel lebih dulu.

"Udah berapa hari suamimu nggak pulang? Bukannya ini minggu restoran kan libur" ucap Hamid seraya mengambil koran diatas meja.

"Tiga hari kayaknya" jawab Lydia lesu seraya memandangi layar ponselnya. Berharap Daniel akan menghubunginya lebih dulu dan meminta maaf karena tanpa kabar hingga pagi ini.

"Emang dia nggak ada keinginan buat lihat istri cantiknya apa?"

"Aku nggak tau Pa!" suara Lydia sedikit meninggi, kesal kepada papanya yang selalu bertanya.

"Coba hubungi dia, takutnya dia kenapa-napa" saran Papanya sebelum pergi dari hadapan Lydia. Lydia menghembuskan napasnya panjang. Berpikir untuk sedikit menurunkan egonya kepada Daniel.

Saat dia hendak menghubungi Daniel, ada sebuah pesan masuk di aplikasi WhatsApp nya. Lydia mengurungkan niatnya untuk menghubungi Daniel.

Dan lebih mengutamakan pesan masuk dari nomer yang tidak diketahui itu. Lydia mengeryit melihat sebuah gambar yang dia terima.

Seketika Lydia merasakan perih didadanya. Matanya mulai memanas, dadanya memburu. Tangannya bergetar hingga pegangan pada ponselnya melemah dan terjatuh kelantai.

Lydia terisak pelan, air matanya mengalir deras. Seperti ada ribuan jarum menghujam hatinya. Mencabik-cabik hingga tak berbentuk. Sebuah kenyataan yang sangat jauh dari ekspektasinya.

"Lyd ada apa?" Mama Lydia menjatuhkan kantong kresek yang sedang dia bawa. Wanita itu baru saja tiba dari pasar untuk membeli kebutuhan.

Mama Lydia berlari dan mendekati Lydia yang terisak pelan di sofa ruang tamu.

"Kamu kanapa?" Wanita itu panik, dan segera menarik tubuh mungil anaknya kedalam pelukannya untuk menenangkan. Tangisan Lydia semakin pecah didalam dekapan Mamanya.

"Cerita sama Mama, ada apa?"

"Dan..Daniel Ma" ucapnya terbata-bata.

"Kenapa dengan suamimu, ada apa cerita sama mama!" suaranya meninggi dan menjauhkan tubuh Lydia dari pelukannya. Memegang bahu Lydia memaksa untuk saling bertatap muka. Lydia masih menunduk dengan air mata yang masih turun dari kedua matanya.

"Lydia cerita sama mama nak!" kepanikan membuat mama Lydia hilang kesabaran.

"Dia...seling..kuh ma" jawabnya gugup.

"Apa kamu bilang!" bentak Mama Lydia tanpa sadar. Suaranya yang semakin meninggi mengakibatkan Hamid yang sedang dibelakang rumah masuk, karena menganggu konsentrasinya membaca koran.

"Ada apa ini?" Hamid datang dengan wajah bingung, melihat anaknya menangis dan istrinya yang menatap tajam Lydia.

"Ada apa?" ulangnya lagi seraya mendekati mereka. Lydia enggam menjawab lebih memilih menunjuk kearah ponselnya yang jatuh dilantai.

Hamid mengikuti arah jari Lydia dan mengambil dengan cepat ponsel milik anaknya itu. Seketika matanya memerah dengan rahangnya mengetat.

"Sialan!" umpat Hamid, Mama Lydia langsung menyerobot ponsel yang dipegang suaminya. Dan melihat sebuah foto dimana Daniel dengan seorang wanita yang berpakaian minim di sebuah club.

Air matanya menetes tanpa dia sadari, menantu yang hampir tiga bulan ini dia bangga-banggakan karena kesuksesannya mengelola restoran baru malah memberikannya sebuah kejutan yang dia tidak pernah pikir sebelumnya.

"Jadi ini alasan suamimu tidak pulang selama tiga hari?" suara Hamid terdengar berat.

"Aku tidak habis pikir dengan Daniel" tambah Mama Lydia dengan air matanya yang tak mau berhenti.

Lydia terus saja membisu, hatinya masih sakit. Dia tidak hanis pikir dengan kelakuan Daniel selama jauh darinya. Dia tidak pernah menyangka jika kebiasaan buruk Daniel yang sudah hilang justru sekarang kambuh lagi.

"Kalian harus cerai, sebelum punya anak"

Deg ! Lydia seketika mendongak menatap Papanya. Apa dia tidak salah dengar dengan ucapan Papanya. Dia memang kecewa dengan Daniel tapi apakah tidak ada jalan lain selain bercerai. Kenapa hatinya sangat menolak ucapan Papanya. Apa ada perasaan cinta untuk Daniel sekarang?.

"Aku tidak ingin memiliki cucu dari lelaki brengsek seperti dia!" imbuh Hamid dengan tatapan tajam.

"Tau begini aku tidak pernah mau menyetujui keinginan dia"

_______

Cerai enggak cerai enggak??

Mana nih enaknya..

Cerai aja yaa , voment dong !!!

CERAI ATAU GAK?

____

Maaf banyak typo yaa

MY HUSBAND (EX) BAD BOY   | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang