Chapter 3

19 4 0
                                    

aku bisa apa jika kita memang hanya sebatas teman?

***

NINO
Aku terbangun saat sinar matahari menusuk mataku. Aku tersadar bahwa aku sedang memeluk Crystal.

Semalam dia nangis karena aku sengaja matikan listrik untuk menjailinya.

Aku menatap wajahnya yang sedang tertidur. "Manis" batinku.

Ah! Apa yang kupikirkan?! Aku langsung berdiri dan meninggalkan Crystal yang tertidur di sudut ruangan.

"TRIIINGGGG!!"

Ponselku berdering. Tertera nama 'Tante Ellen' disana. Ada apa Tante Ellen meneleponku pagi pagi begini.

Gawat kalau sampai dia menanyakan Crys, sedangkan dia saja masih tertidur pulas.

"Halo tante? Ada apa?"

"Halo Nino? Tante mau minta tolong kamu buat sampein sama Crys, hari ini Tante mau ke Jepang mau ngurusin kerjasama perusahaan di Jepang. Tante titip Crys sama kamu ya! Untuk sementara Crys di apartemen kamu dulu, tapi kamu jangan macem macem ya sama dia. Dia paling gabisa sendirian dirumah"

"Iya tante Nino bakalan jagain Crystal"

"Oke, Tante percaya sama kamu. Maaf ngerepotin ya! Jangan berantem terus.."

Tante Ellen langsung mematikan teleponnya. Gawat Crystal bakalan tinggal di apartemenku dalam waktu lama.

Panjang umur. Crys terbangun dan menghampiriku sambil mengusap usap matanya.

"Siapa?" Tanyanya.

"Tante Ellen"

"Kenapa mama nelpon? Nyariin gua?"

"Tante Ellen bakalan pergi ke Jepang hari ini. Dia nyuruh lo buat tinggal disini dulu sampe dia pulang" jelasku.

"WHAAATTT?!!!" Teriak crytal.

Crys sontak terkejut seakan akan ngantuknya mendadak hilang.

"Berisik lo." Kesalku sambil menutup telinga.

"Gua tinggal disini bareng lo?"

Aku hanya mengangguk memastikan Crys percaya bahwa aku tak berbohong.

"Ya terserah kalau lo mau sendirian dirumah" jawabku acuh.

Crys pun berpikir sejenak dan menghembuskan nafas panjang. Sepertinya dia pasrah.

"Abis sarapan gua anter lo kerumah ngambil baju. Sekarang lo mandi dulu pake baju gua trus kita cari sarapan keluar"

Crys mengangguk dan berjalan ke kamar mandi untuk mandi. Akupun pergi ke kamar untuk mengambil baju yang akan dipakai Crys sementara.

15 menit berlalu, Crys keluar kamar mandi dengan tubuh hanya dibalut handuk.

"Mana bajunya?"

Dia berdiri di hadapanku dengan tampilan menggoda seperti itu.

"Crys!!! Apa apaan sih lo keluar gak pake baju?!"

"Lah, kan bajunya di lo! Lagian lo gak taro didepan kamar mandi sih. Terpaksa kan gua masuk kamar lo buat ngambil baju?" Kesal crystal.

Ah cewe ini benar benar membuatku darah tinggi.

"Tuh bajunya" sambil melempar baju.

"Makasih" sahutnya.

Dia pun pergi ke kamar sebelah untuk ganti baju

***

CRYSTAL
Pagi ini aku bersama Nino. Entah kenapa semenjak kejadian kemarin, Nino mulai baik padaku.

Aku menatapnya yang sedang menghabiskan sarapannya itu.

"Heh jelek! Ngapain lo liatin gua? Suka ya lo ama gua?" Selidiknya.

Dia membuyarkan lamunanku. Sontak dengan cepat aku memalingkan wajahku.

"Bisa kan lo sehari baik kaya gini sama gua?" Sambil memutar bola mataku malas.

Nino memakan suapan terakhirnya dan mengambil tempat bubuk cabai lalu membukanya.

Dia menumpahkannya di dalam sup ku dengan sengaja lalu tertawa dan pergi ke kasir untuk membayar.

"God damn it!!!" Teriakku.

Mau sebaik apapun dia, tetap saja dia Nino yang bener bener jail buatku.

Nino mengantarku hingga ke depan rumah.

"Masuk dulu yuk. Nunggu di dalem aja" Kataku.

"Duluan" jawab Nino.

Aku masuk ke kamarku dan membereskan baju yang akan dibawa sementara Nino hanya keliling keliling rumah dan melihat foto foto di dinding.

"Rumah lo keren juga" Kata Nino saat aku selesai berkemas.

"Mama gua itu seneng banget hias rumah" Jawabku.

Nino hanya mengangguk.

"Gua jadi inget rumah gua di Indonesia"

Situasi jadi semakin canggung. Mungkin Nino rindu dengan keluarganya.

"Gua mau cerita. Boleh?" Tanya Nino.

Aku mengangguk dan mengajak Nino duduk di sofa ruang tengah.

"Gua bingung Crys. Dulu mama papa selalu ribut tentang gua yang bener bener nakal waktu SMP. Sering ikut balapan liar, mabok bahkan tawuran"

Aku agak terkejut dan tak menyangka kalau ternyata Nino bukan sekedar Badboy biasa, tetapi Badboy tingkat tinggi atau bahkan melebihi batas.

"Papa jadi berpikir buat nyekolahin gua disini katanya biar bisa lebih mengenal tentang hidup atau biar lebih paham bahwa hidup itu bukan cuma tentang mabuk dan balapan" Kata Nino.

"Tapi lo tau kan kalau Amerika tempat yang liar dan malah bisa bikin lo tambah bebas" Jawabku khawatir.

"Gua disini cuma dikasih fasilitas apartemen buat tinggal dan uang saku yang gak seberapa. Gua gak bakal macem macem karena gua gak mau liat mama papa ribut gara gara gua. Sekarang mereka bebas tanpa ada beban lagi"

Nino tersenyum sebentar lalu matanya berkaca kaca. Aku paham arti dari senyuman itu..

Senyuman yang aku tunjukkan untuk kamarku yang telah menjadi saksi bisu ketika aku menangis setiap malam.

Senyuman pertama yang begitu sakit ketika mama dan papa berpisah...

💎💎💎💎

CRYSTALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang