PART.1

33 2 0
                                    

Langit tampak semakin pekat saat sang surya kembali ke peraduan. Hiruk piruk jalanan ibu kota mulai lenggang saat para pejuang kehidupan dunia berhenti dari segala aktivitas keduniawiannya. Namun tidak dengan yang terjadi di salah satu gang sempit nan temaram yang hanya tersinari lampu taman dari sebuah rumah besar. Tampak segerombolan muda mudi sempoyongan dan menimbulkan kegaduhan.

Percakapan yang tak terarah disertai teriakan yang meracau tak karuan terdengar dari para muda mudi itu akibat minuman yang telah diteguknya. Hal itu membuat salah seorang warga terbangunkan dari tidur lelapnya.

“Hei berandalan, pergi kalian!” usir sang empunya rumah seraya melempar sendal jepitnya pada mereka.

“Diamlah pak tua, kau sudah menganggu kesenangan kami. Sebaiknya kau tidur saja dan persiapkan jamuan untuk menyambut kedatangan malaikat maut yang akan segera menjemputmu!” racau salah seorang pemuda yang kerap disapa EL dan tampak disambut gelak tawa oleh kawan-kawannya.

Tak terima akan hal itu, sang empunya rumah bergegas masuk kembali kerumahnya, dan tak beberapa lama kemudian, BRUSHHH.... seember air berhasil mengguyur muda-mudi itu dari atas loteng. Sontak saja hal itu berhasil mengejutkan mereka dan hardikan-hardikan tajampun keluar dari mulut mereka.

Tak berhenti di situ, sang empunya rumah terus mengulangi hal tersebut hingga mereka menyerah dan pergi dari sana.

Sementara di tempat lain, seorang gadis cantik nan berjilbab tampak sibuk mengemas barang-barang ke dalam travel bagnya untuk kepulangannya esok hari ke tanah air memenuhi permintaan sang ayah. Seraya membolak-balik daftar catatan barang-barang yang akan dibawanya, ia mengecek satu persatu barang bawaannya untuk memastikan tidak ada yang tertinggal, hingga setelah dirasa cukup, iapun rebahkan tubuhnya untuk melepas rasa lelahnya.

=====

Keesokan hari...
Seolah tak ada pekerjaan, beberapa pemuda dan pemudi yang kerap membuat onar kini terlihat kembali berkumpul di sebuah gang. Salah seorang pemuda yang kerap disapa Erik tampak berhadapan dengan seorang pemuda lainnya yang memohon untuk dijadikan anggota baru dalam geng mereka.

“EL, lho punya syarat gak buat ngebuktiin keseriusan dia?” ujar pemuda itu pada sang ketua geng.

Sang ketua gengpun melangkah menghampiri anak baru itu dan menatapnya tajam seolah mencari sesuatu.

“Siapa nama lho?”

“Raditya”

“Lho serius pengen masuk geng gua?”

“Iya EL, aku serius”

“Dan lho berani ngelakuin apapun persyaratan dari gua?”

“Ya, apapun akan kulakukan”

“Oke, sebagai syarat pertama gue pengen lho ngelakuin sesuatu buat ngebuktiin keseriusan lho”

“Katakan saja, apa yang harus gua kerjain?” tanya pemuda itu tampak sungguh-sungguh.

Jamal pun lekas meraih pundak pemuda itu dan jari telunjuknya menunjuk ke arah sebuah kebun tak jauh darinya.

“Lho lihat, ada banyak pohon jeruk di kebun itu, dan tugas pertama dari gua adalah gua pengen lho masuk ke kebun itu. Terserah lho gimana caranya dan babat habis jeruk-jeruk itu lalu bawa ke hadapan gua!”

Tampak pemuda itu sedikit keberatan dengan syarat yang diajukan Jamal namun ia tak berani menolak.

“Kenapa, lho berubah pikiran?”

“Ti--tidak EL, gua akan melakukannya”

“Good Job” sahut Jamal seraya mendorong pemuda itu untuk segera pergi.

MAHAR (Original Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang