chapter 3

2 1 0
                                    

Suasana hening di danau saat ini. Anya masih menunduk, lebih tepatnya merenungkan perkataan Friska tadi saat di kantin, dengan ditemani seorang pemuda asing yang selalu menatapnya datar

"Kau ini sebenarnya siapa?" Tanya Anya untuk memecah keheningan yang terjadi.
Yang ditanya hanya menaikkan satu alisnya "Yudha. Yudha Alvino prasaja" ucapnya yang masih sama dengan nada awal, datar.
"Kau anak kelas berapa? Kok bisa ada disini?" Anya masih saja penasaran dengan pemuda yang ada di sampingnya.
"Kls 10. Sebenarnya aku tertidur dibelakang pohon itu dan tiba-tiba mendengar suara tangisan yang membangunkanku"
Anya hanya bisa meringis, merasa malu karena tangisannya yang mengganggu
"Maafkan aku, aku hanya sedang patah hati pada sahabatku sendiri" ucapnya sendu
Yudha hanya tersenyum tipis, hampir tidak terlihat "itulah resiko persahabatan lawan jenis, harus pintar-pintar menjaga perasaan masing-masing"
.
.
.
Tak kerasa mereka berdua sudah satu jam lamanya berdiam diri di danau itu, hingga tak menyadari bahwa mereka tak mengikuti jam pelajaran yang selanjutnya.
"Emm, terimakasih sudah mau menemaniku dari tadi. Ini saatnya kembali ke kelas, semoga kita bertemu kembali" ucap Anya dengan senyuman manisnya
Yudha hanya berdeham menanggapi perkataan Anya

"Ya semoga kita dipertemukan kembali"
.
.
.
.
.
Anya kembali ke kelas dengan wajah lusuh seperti tak mempunyai semangat hidup
"Nya tadi kau itu kenapa?" Tanya Syifa, teman Anya yang suka memberi masukan atau saran. Ya, Syifa ini anaknya paling dewasa diantara teman-teman Anya yang lain, dalam artian dewasa dalam pemikiran nya.
"Syif, kau orang pertama yang tahu aku mencintai sahabatku sendiri. Kau pasti tahu bagaimana kondisi hatiku saat mengetahui orang yang kucintai berpasangan dengan teman sendiri" ucap Anya disertai senyuman kecutnya,
Syifa hanya mengangguk paham
"Sudahlah tak usah dipikirkan, aku mengerti bagaimana perasaanmu saat ini. Tapi... Apa Dwi seperti menghindari mu? Karena biasanya orang yang sudah mempunyai pasangan, kebanyakan orang itu seperti menghindari kita karena takut kekasihnya marah atau cemburu" tanya Syifa
Yang ditanya hanya mengendikkan bahu "untuk saat ini belum, tidak tahu kalau besok-besok dirinya akan menghindariku. Aku takut hubungan persahabatanku yang sudah bertahun-tahun ini akan rusak hanya karena cinta" ucap Anya sembari menatap kedepan dengan tatapan kosong.
Syifa memandang nya sendu lalu mengusap bahu sahabatnya karena merasa kasihan dengan sahabatnya ini "tuhan mempunyai cara apapun untuk membahagiakan umatnya"
.
.
.
.
Sekolah telah usai tetapi belum ada tanda-tanda Dwi menghampiri ruang kelas nya seperti biasa, Anya bingung kemana kah sahabatnya ini? 10 menit sudah Anya menunggu kehadiran Dwi, lalu Anya mengirimkan pesan.

Dwi💜

Dwi kamu dimana?
Aku sudah keluar kelas dari tadi?
(Send)

Anya menatap gelisah pesan yang dikirimnya barusan

Nya sebelumnya aku minta maaf
Kita tak bisa pulang bersama, tiba-tiba aku mendadak ada urusan dengan temanku.
(Read)

Tak terasa air mata mengalir di pipi mulus Anya, "teman katanya? Hah, tanpa kau jawab pun aku sudah tau jawabannya siapa temanmu itu" batinnya. Anya mengelap air matanya, dan berlalu dari kelas. Ya, terpaksa naik angkutan umum lagi.

Love Is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang