1. Klub Malam

38.8K 788 8
                                    

Suara bising musik yang memekakan telinga itu, membuat suara riuh kaum sosialita ibu-ibu yang tengah menari diatas lantai dansa disalah satu klub malam terkemuka, dimeriahkan para gogo dancer yang tengah meliuk-liukan tubuh atletis mereka di atas panggung.

"Wuuuuuh."

Banyaknya ibu-ibu yang datang menghadiri di klub malam khusus para wanita itu, membuat para wanita itu lebih bebas mengekspresikan menarinya.

Meskipun klub malam itu dikhususkan untuk wanita saja. Tapi, untuk pelayan, bartender serta untuk yang menghibur semuanya adalah laki-laki. Terutama laki-laki atletis dan hampir semuanya laki-laki itu hanya menggunakan seragam celama dalam mini saja.

Tentunya, hanya untuk menutupi kejantanannya saja. Bahkan sebagaian elit politik, artis, lara bisnis women dan kaum wanita yang berduit itu, ternyata sangat suka sekali ke klub malam khusus wanita tersebut.

Jadi, mereka tidak khawatir kalau mereka akan dilecehkan. Justru, merekalah yang dengan senang hati akan membayar laki-laki yang mau untuk melecehkannya.

Sopia, ibu beranak satu itu saat ini tengah duduk dikursi depan bartender dan tengah meminum, minuman beralkohol. Sesekali ia mengajak berbicara pada Viki, seorang bartender yang dengan siap melayani Sopia, kalau wanita separuh baya itu mau dengannya.

Hanya saja, Sopia sesekali datang ke klub malam itu untuk menghilangkan penat dan mencari hiburan.

"Sopia, kenapa diam saja. Tumben?" tanya Viki seraya mengelap gelas ditangannya. "Biasanya kamu menari disana!" dagu Viki menunjukan kearah dance floor.

Sopia enggan melirik lantai dansa klub malam, yang biasanya ia meluapkan ekspresinya disana. Justru, mata Sopia melirik Viki yang tengag nyengir lebar.

"Kenapa? Kamu lebih tertarik denganku ya?" ujarnya percaya diri. Sopia hanya menghela napasnya lelah, kemudian menenggak kembali alkoholnya hingga tandas. "Aku siap melayanimu diranjang, Sopia. Aku jamin kamu akan terpuaskan dengan servis yang aku berikan." bisiknya tepat didepan wajah Sopia.

"Sana, sana, sana. Kamu tidak meyakinkan, kayaknya mending servisan suamiku, deh." Viki langsung cemberut saat mendengar ucapan Sopia yang sarkas kepadanya. Tapi, wajar Sopia sangat bilang begitu kepada karena usianya jauh diatasnya.

Meskipun demikian, Sopia masih terlihat sangat muda diusianya yang sudah mempunyai anak gadis.

Tiba-tiba diarea lantai dansa, banyak suara yang bersorak dan semua orang berkerumunan disana. Sehingga membuat pandangan mata semua orang tertuju ke atas pangung.

Disana ada seorang laki-laki tampan, dengan tubuh atletisnya sedang menari bersama tiang penyangga. Tubuhnya meliuk-liukan dengan sangat sensual. Sehingga para wanita, baik yang masih muda sampai tua pun memperhatikan laki-laki tampan itu dengan sangat takjub.

Apalagi laki-laki itu hanya mengenakan celana dalam yang cukup seksi sekali, yang hanya menutupi kejantanannya saja.

Mata Sopia pun terpanah akan sosok laki-laki itu yang baru saja ia melihatnya. "Viki! Siapa laki-laki itu?" tanya Sopia kepada bartender yang selalu menemaninya berbicara diklub malam itu.

"Oh, dia anak baru yang menjadi gogo dancer di klub malam ini." Sopia masih memperhatikan lekuk tubuh atletis laki-laki yang masih saja menarik dengan atas panggung dengan sangat erotis. "Apa kamu mau membayarnya untuk memuaskan ranjangmu malam ini?"

"Boleh! Kayaknya aku tertarik dengan dia." ujar Sopia dengan senyuman yang mengembang disudut bibirnya.

Viki hanya menggelengkan kepala saja seraya tersenyum tipis. "Pintar sekali kamu, Sopia. Memilih laki-laki yang sangat tampan seperti dia. Tapi, kamu harus membayar kocek yang lebih besar dari biasanya."

Suami Wasiat Nenek ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang