Jalan

176 1 0
                                    

"Kamu kenapa sih? Kalo ada masalah cerita dong."


"Eh, Aku laper. Makan dimana ya?"

"Kok kamu malah mengalihkan pembicaraan sih?"

"Iya nanti aja ceritanya sambil makan. Biar keselek, haha."

"Lucu lo, njir."

"Yaudah nih, pake. Aku gamau rambut cantikmu jadi lepek."

"Gombal lu nyet." Sekilas mukanya terlihat bersemu, meskipun dia menolak gombalanku.

Aku memberikannya helm, dan langsung berangkat ke daerah Kota Tua. Banyak pertanyaan yang aku mau tanyakan pada saat makan nanti, eh "nge-date" hehe.

Oh iya, Perkenalkan namaku Adimas, dan perempuan yang sedang ku bonceng ini namanya Nadia. Kami berteman sudah cukup lama, sekitar 3 tahun kenal di kampus karena kami satu UKM. Karena aku rasa kami cocok dalam segi obrolan dan bercandaan, bulan lalu aku memutuskan untuk menjadikan dia pacarku. Mungkin karena memang kita sudah satu frekwensi, dia langsung mmengiyakan ajakanku.

"Mau kemana sih?" Tanya Nadia sambil menahan panas teriknya matahari di perempatan lampu merah kemayoran.

"Kota Tua 'kan tadi. Nanya mulu kek pembantu baru."

"Maksud aku, kita mau makan dimana?"

"Ga penting kemananya, tapi sama siapanya."

"Yahelah, kurang-kurangin mas." Sambil mencubit pundakku.

"Sakit woy, gua jatohin nih motor."

"Iya, ampun Adimas yang ganteng, maaf yaa."

Aku mengarahkan motorku ke parkiran di daerah Kota Tua. Lalu kami berjalan menuju kawasan alun-alun yang dekat dengan museum sejarah Jakarta. Suasana sedang panas terik sekali karena memang saat itu waktu menunjukkan jam 13.00, aku melihat Nadia sedang menutupi matanya karena cahaya matahari yang terlalu menyilaukan.

"Silau ya?"

"Enggak sih, panas banget tapi."

"Kok matanya yang ditutupin?"

"'Kan panas banget, jadinya silau tau."

"Yaudah, kesana yuk."

"Kemana?"

"Kesitu loh, Penasaran aku." Aku menunjuk Batavia Cafe.

"Ayo deh, aku juga jadi penasaran."

Kami masuk, langsung disambut oleh seorang pelayan yang dengan ramah menyapa kami.

Rasa Rendah DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang