Hah?

83 1 0
                                    

"Velkom mijnheer en mevrouw, voor hoeveel mensen?"

"Ja, voor twee personen."

"Even geduld aub, de ober zet de tafel voor u neer."

"prima, bedankt."

Nadia terdiam keheranan melihatku berbicara menggunakan bahasa Belanda dengan pelayan cafe.

"Kapan kamu bisa bahasa Belanda?" Tanya Nadia heran.

"Aku kan keturunan langsung J.P. van Limburg Stirum."

"Siape noh?"

"Gubernur Hindia Belanda tahun pemerintahan 1916-1921. Belajar lah makanya."

"Boong mulu lu. Lagian aku ga terlalu tertarik sama begituan. Cuma penasaran aja. Huft." Jawabnya bete.

"Nad, kamu baru kenal aku sekitar 3 tahunan. Kamu belom tau banyak tentang aku, dan aku ga akan keluarin semuanya secara langsung. Biarkan segala ketidaktahuanmu tentangku manjadikan bumbu cinta dan sayang. Azeg."

"Asli lu ya, gombal banget." Menolak gombalanku lagi, namun pipinya bersemu merah.

"Kamu katanya belom pernah kesini. Kok, kamu tau kalo disini pake bahasa Belanda?"

"Namanya juga reflek ngomong, Nad. Gimana ya? Aku 'kan pinter jadinya auto gitu, hehe."

"Shombooong!!"

Ternyata dari tadi pelayan yang menyapaku dengan bahasa Belanda tersenyum kecil memperhatikan kita, yang memang sangat asburd.

Ditengan percakapan, aku disapa oleh pelayan yang baru saja datang.

"Mas, Mbak. Mejanya sudah siap. Mari saya antar." Ajaknya ramah.

Aku dan Nadia saling bertatapan mata keheranan. Kayaknya kita memikirkan hal yang sama, haha.

"Silahkan duduk."

"Terimakasih mas." Jawabku.

"Silahkan ini menunya." Sambil menyerahkan buku menu ke Nadia.

"Iya mas, terimakasih."

Aku dan Nadia melihat list menu makanan dan minuman yang tertulis pada buku menu. Kembali kami bertatapan mata, terbelalak.

"Anjir, mahal bet ini haha. Es krim aja 58 rebu." Aku berfikir dalam hati.

Tidak mau kehilangan harga diri, aku mempersilahkan Nadia untuk memesan makanan yang ia ingin.

"Mau pesen apa Nad?"

"Hmm, gatauu."

"Tenang aja, udah pesen." Kataku untuk menenangkan Nadia.

"Yaudah aku mau pesen Pasta ini aja deh." Menunjuk list makanan di menu, sambil menatapku kasihan.

Aku juga menatapnya balik dengan tatapan menenangkan, bahwa semuanya baik-baik saja.

"Kalo aku mau roasted chicken ini. minumnya orange juice ya."

"Mbaknya mau minum apa?" Tanya sang pelayan.

"Hmm yaudah ini, Vanilla Sorbet aja."

"Baik, pesanannya sudah saya catat. Mohon tunggu sebentar ya."

Setelah selesai mencatat pesanan kami, pelayan pun langsung pergi meninggalkan meja kami.

"Mas, ini mahal banget loh asli."

"Tenang aja kenapa, aku kan udah kerja. Emang bakalan sampe abis sejuta makan disini?"

"Iya juga sih."

......

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rasa Rendah DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang