♡BUTTERFLY♡
Plak
"Bibi!" Aku menunduk dalam saat mendapat satu tamparan dari lengan yang dulunya selalu mengelusku dengan penuh kasih sayang.
Mamaku. Dengan kekesalan, ia menamparku yang masih diam menatapi lenganku yang di perban.
Aku melukai lenganku dengan fatal. Bahkan aku sampai ngeri sendiri setelah sadar mengores luka sampai daging lenganku terlihat.
Tapi itu menyenangkan. Membuatku lupa masalahku sejenak.
"Dia sudah menyianyiakan hidupnya! Aku yang memperjuangkannya untuk hidup selama ini dan ia dengan mudahnya ingin mengakhiri hidupnya! Kim Taehyung! Kau harusnya sadar dengan apa yang kau lakukan!" Aku mendongkak, menatap Mama yang sedang membentak Taehyung di sisi ranjangku.
Aku tak peduli, mau Taehyung di bunuh atau apapun terserah. Aku tak peduli. Sungguh.
Mama menghembuskan nafas kasar, ia memang selalu terbawa emosi berlebihan jika menyangkut diriku.
Dan kemungkinan aku bisa di bunuh Mama jika begini jadinya. Tapi siapa peduli? Toh dia yang membuatku lahir dan ia juga bisa mengambil hidupku.
Memulangkanku pada Tuhan karna sudah menjadi anak yang durhaka.
"Jimin.. Kenapa kau begini nak? Sampa ingin mengakhiri hidupmu hm?" Perlahan aku merasakan pelukan hangat ibu.
Tapi ini berbeda, semuanya terasa hambar. Aku tak memang merasakan hangatnya pelukan Mama, tapi aku tak bisa merasakan kasih sayangnya lagi.
Apa perasaanku sudah mati?
"Tanyakan saja pada Taehyung." Ucapku sambil mengalihkan pandanganku ke samping.
Ke arah jendela besar yang berada di lantai 4 rumah sakit ini.
Tadi aku langsung di bawa Taehyung kesini, sebagian besarnya aku tak tau.
Yang aku ingat hanya suara tangisan, teriakan, bentakan, nada khawatir dan setelahnya aku tak ingat apapun.
Aku juga tak melihat apapun selama aku di bawa Taehyung dan mungkin di UGD.
Aku tak ingat apapun, tapi aku tak peduli apa yang sudah terjadi. Aku kira saat membuka mata aku berada di surga karna semuanya putih.
Tapi suara Mama yang memanggil namaku dengan histeris membuat aku langsung sadar jika aku belum mati.
Padahal.. Aku ingin menceritakan semua masalahku pada Tuhan secara langsung..
Aku ingin bertemu Tuhan secara langsung dan mengadu padanya jika aku mati atau sebelum aku di masukan ke nerakanya sekalipun.
Bruk
"Bibi Park." Aku sedikit melirik ke samping, melihat Taehyung yang berlutut di depan Mama dan menunduk dalam.
"Aku... Aku telah.. M-memperkosa Jimin." Aku mendengus dan menatap datar Taehyung yang masih berlutut di sana.
"APA??!!" Aku melirik juga Mama yang memegang dadanya dan nafasnya mulai tak beraturan.
"Ya Tuhan.. Tuhanku..," Taehyung terlihat berdiri dan memeluk Mama yang meronta hebat disana.
"Dasar anak tak tau di untung! Kau pasti yang sudah memancing Taehyung untuk melakukan itu kan! Kau tau jika Taehyung anak orang kaya! Akan jadi apa Papamu nanti Jimin!!" Aku mendongkak dengan refleks sambil meringis saat Mama menarik rambutku dengan kasar ke belakang.
"Bibi! Ini bukan salah Jimin!" Pekikan Taehyung sepertinya tidak Mama pedulikan. Ia menatapku dengan pandangan campur aduk.
"Ini salahnya jika kita harus menanggung malu selamanya! Dasar anak jalang!" Aku menatap Mama dengan senyuman kecil.
Lenganku yang di infus aku cabut paksa jarumnya dan menunduk sedikit ke bawah.
Melihat jika tatto kupu-kupu di tengah adalah Mama.
"Maaf Ma. Mama masih tak bisa menjadi orang waras ya?"
"KYAAAAA!!!"
"JIMIN!!! DOKTERRR DOKTERRR!!!"
Aku hanya bisa terkekeh kecil melihat dua orang panik di depanku saat aku menusukan jarumnya berkali-kali ke tengah lenganku.
Apa aku pernah bilang jika Mamaku itu tidak waras?
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly [Park Jimin]
Fanfiction♡[Selesai!]♡ Kupu-kupu terakhir yang aku punya hanya Jeon Jungkook. Dan ia juga sama mengecewakannya dengan yang lain. JiKookMin area Jimin depresi mode on Sad ending Jangan baca kalo ga suka okeee.