JIMIN POV - AKHIR
Happy read.
♡BUTTERFLY♡
"Sudah ku katakan dengan jelas Jimin. Aku tak tau Jungkook dimana!"
Aku menunduk, mendapat bentakan kasar yang sering kali aku dapatkan jika menanyakan seseorang yang selama beberapa hari ini tak ada kabar.
Kekasihku yang aku tak tau sekarang berada dimana, dengan siapa dan melakukan apa.
Selama satu minggu lebih. Jeon Jungkook, kekasih tampanku. Dia tidak mengabariku sedikitpun dan itu membuatku sangat khawatir.
Berulang kali aku menanyakan pada Min Yoongi, sepupunya dari pihak ibu. Namun semuanya nihil.
Yoongi tetap tidak mau memberitahuku dimana Jungkook berada. Dan parahnya Yoongi selalu menghindar dariku beberapa hari ini.
Dia selalu tak ada jika aku mencarinya, bahkan seperti di sengaja, Yoongi selalu tak ada di rumah jika aku kesana.
Ayolah, aku hanya ingin tau Jungkook berada di mana..
"Tapi Yoon. Kau sepupunya. Kau juga sahabatku, kau yang mengenalkan Jungkook padaku. Eum? Bantu aku sekali saja..?" Ucapku memohon sambil memeluk lengan putih mulus Yoongi yang sedari tadi sibuk dengan kopi yang tinggal setengahnya itu.
Aku harus bisa menahan Yoongi. Bagaimanapun aku sulit sekali menemukan pria dingin ini.
Aku bersyukur jika ternyata Caffee yang Yoongi datangi adalah Caffe yang sedang aku kunjungi. Secara tidak sengaja kami bertemu disini.
Dan aku sangat bersyukur karnanya.
"Dengar Jim, aku mau membantu. Tapi..." aku mengerukan keningku saat Yoongi menggantungkan kalimatnya.
Aku menunggu dengan tak sabar, aku telalu yakin jika Yoongi tau sesuatu tentang Jungkook.
Dia adalah sahabat terbaikku, Yoongi pasti punya alasan kuat kenapa tak mau memberitahu keberadaan Jungkook padaku.
"Tapi apa Yoon?" Tanyaku dengan tidak sabaran. Pria cantik ini selalu membuatku gemas jika ia mulai menggantungkan kalimat.
Yoongi selalu begitu, sepertinya membuatku penasaran adalah hal yang menyenangkan.
Ia terlihat ragu dan berat hati, terlihat dari bibirnya yang bergetar dan helaan nafas berat dari celah bibirnya.
Tak lama kemudian ia menoleh, menatapku yang balik menatapnya dengan senyuman lebar.
Tangan Yoongi terangkat, mengelus rambutku dengan senyuman hangatnya. Senyuman yang mana pertama kali aku lihat saat kami berkenalan dulu.
Tapi apapun itu, perasaanku tak nyaman. Senyumannya mempunyai banyak makna. Dan aku bisa melihat jika senyumannya adalah senyuman.. prihatin.
"Jungkook mengatakan jika ia akan meninggalkan dirimu. Itu yang ia katakan, tidak tau itu benar atau tidak. Kau tidak usah memikirkannya. Kau akan sakit hati."
Perlahan, senyum lebarku memudar.
.
.
.
.
.Aku menatap lenganku yang terdapat 5 tatto kupu-kupu cantik dan indah disana.
Aku sangat menyukai tatto ini, tatto yang aku buat di hari kedua Jungkook menghilang.
Perkataan Yoong masih terngiang di ingatanku. Kata-kata yang aku sangat benci.
"Pulanglah, jangan pikirkan Jungkook lagi. Dia sudah terlalu muak dengan sikapmu yang kekanakan. Jimin, aku memang sahabatmu, tapi apa yang Jungkook katakan benar. Kau jangan bergantung padanya, lupakan dia, aku tak tega mengatakan tapi kau harus mampu hidup tanpanya."
Dasar brengsek, bagaimana aku bisa hidup tanpa Jungkook?
Dan seketika aku juga terngiang perkataan Jungkook saat pertama kalinya aku memegang pisau untuk melukai diriku.
Yap. Aku adalah orang gila yang hobi menyakiti diri. Aku tak mau meneceritakan kisah hidup kelamku.
Aku tau itu sangat membosankan, penuh dengan drama dan kesedihan di dalamnya.
Sampai saat Jungkook datang, membawa senyuman indah yang membuat hatiku sangat berbunga-bunga mengetahui jika ialah hadiah yang tuhan berikan untukku.
"Sayang.. Jangan lakukan itu hm? Dari pada membuat karya di sana dengan pisau, bagaimana jika kita membuat tatto untukmu hum? Agar kau tidak tega melukai lengan cantikmu, ya?"
Perkataannya sangat lembut dan menenangkan di tambah nada khawatir. Suaranya masih tersimpan apik dalam kepalaku.
Awalnya aku tak mau membuat tatto ini. Tapi aku memaksakan diri untuk membuatnya.
Karna aku tau, jika aku membuat nama di atas kupu-kupunya dengan nama orang yang aku sayangi.
Kemungkinan besar untukku melukai diri sama dengan aku melukai orang terdekatku.
Tapi...
Yoongi, dia membohongiku, dia tau Jungkook ada dimana dan dia hanya diam.
Aku benci diriku, dan aku mulai membenci Yoongi.
Jadi kuangkat pisau lipat yang sedari tadi ku pegang dan menggoreskan ujung tajamnya pada kupu-kupu indah berwarna coklat di ujung.
Warna hitam yang menggambarkan kepribadian Yoongi yang kebanyakan gelapnya.
Dan ia suka coklat.
Aku gores perlahan ujung pisaunya sampai darah mulai mengalir turun.
Menetesi kasur yang aku duduki. Aku tersenyum dengan air mata yang terus turun di pipiku.
"Kenapa Yoon.. Hiks... Aku.. Aku hanya ingin bertemu Jungkook.."
Aku merindukan Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly [Park Jimin]
Fanfic♡[Selesai!]♡ Kupu-kupu terakhir yang aku punya hanya Jeon Jungkook. Dan ia juga sama mengecewakannya dengan yang lain. JiKookMin area Jimin depresi mode on Sad ending Jangan baca kalo ga suka okeee.