3

80 9 3
                                    

"Sudahi saja, Pah!"

Nancy berteriak dibelakangku, saat aku sedang sibuk membuka kiriman email dari Parto, sambil duduk di atas ranjang.

"Aku capek ngeliat papah diperintah seperti budak!" geramnya.

"Sabar,  Sayang  ...."

Mataku masih berkutat di depan laptop.

"Papah masih mencari celah untuk menyelesaikan semua ini," jelasku.

"Papah tidak mau ada yang tersakiti."

Tanganku masih sibuk men-save beberapa gambar di laptop.

"Tapi, Papah sudah terlalu banyak berkorban," cetusnya. Dari nada bicara, terlihat jelas dia sangat membenci ibunya.

"Pah ...." panggilnya.

Sambil mendekat dari belakang dan menyandarkan kedua tangannya di pundakku.

"Mmmm ...." Mataku masih memelototi laptop.

"Aku ada ide," Sambil dia berbisik di telingaku.

Pandangan seketika terangkat ke depan. Kudengarkan ide dari putri semata wayang kami.

Aku tersenyum.

Mungkin ini cara terbaik untuk menyelesaikan masalah ini yang sudah berlarut-larut.

Kesempatan tidak datang dua kali.

Ketika momen itu tiba, harus segera diraih, atau akan menyesal nantinya.

---***---

3 HARI KEMUDIAN

Aku minta ijin pada Sherina untuk pulang ke rumah orangtuaku di desa, mengurus sawah selama seminggu. Karena orang tua sedang sakit.

Namun, itu hanya alasan saja. Alih-alih ke rumah orangtuaku,  aku malah pergi menemui orangtuanya.

"Papah,  di mana sekarang?" Suara lembut dari balik telepon bertanya.

"Papah udah di jalan, Sayang,  ini lagi di bus sekarang, bentar lagi sampai," jawabku.

"Papah udah bicara sama Eyang, dan dia sangat marah, Eyang juga setuju dengan rencana kita," lanjutku dari balik telepon.

"Kapan rencana akan dijalankan?" tanyaku.

"Malam ini, Pah."

"Hati-hati jangan sampai ketahuan." Aku mengingatkan.

"Tenang aja,  Pah, aku sekarang lagi di rumah pak RT, tadi sudah minta ijin untuk nginap di rumah Siska ngerjain tugas."

"Aku juga sudah ngambil kunci serep pintu belakang," sambungnya.

"Bagus ... semua akan selesai malam ini," bisikku.

"Iya, Papah nggak akan tertindas lagi."
Suara dari seberang sana menjawab.

Anakku, SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang