Lima tahun berlalu dengan cepat. Tidak ada satu pun yang berubah. Jaejoon dan Yunho masih tetap berhubungan. Serta perasaanku yang tetap sama hingga detik ini meski aku mati-matian menghilangkannya.
kau mungkin tidak tahu betapa aku ingin sekali mencabut perasaan ini hingga ke akar-akarnya namun seluruh usahaku akan selalu berakhir sama. Berapapun pria yang kucoba untuk berhubungan, tidak ada yang bisa menggeser ruang yang ditempati Yunho hyung di hatiku.Karena itu rasa perih memendam perasaan yang entah sampai kapan tak tersampaikan ini pun juga masih tetap sama. Bahkan mungkin bertambah seiring berjalannya waktu. Oleh sebab itu aku memutuskan untuk menjauh. Begitu lulus sekolah aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah jurusan seni lukis ke Spanyol. Jauh dari ibu dan kembaranku. Jauh dari orang yang kusukai.
Lebih menyakitkan ketika orang yang kau cintai berada tepat di depan matamu tapi kau tidak bisa meraihnya sama sekali. Ditambah jika orang yang kau sukai nyatanya berakhir bersama saudara kembarmu sendiri. Aku tidak bisa lebih menderita dari itu dengan melihat mereka mesra bersama. Meski Jaejoon selalu rutin cerita tentang hubungan mereka. Tidak mudah memang buatku.
Aku mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Universitas Barcelona. Sekarang aku sudah lulus dan menjadi pelukis lepas. Sudah ada beberapa lukisanku yang terjual, memang tidak terlalu mahal karena aku masih pendatang baru tapi cukup untuk biayai hidup di Spanyol.
Tapi ya, seperti yang sudah kau duga. Sejauh apapun aku melarikan diri, hatiku masih tetap mengingat siapa penghuni sebenarnya.
Aku memang menyedihkan. Kenapa Kim Jaejoong begitu bodoh, plin plan, dan tidak punya pendirian?
Hari ini untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun menetap di Spanyol, aku pulang ke tanah airku. Karena aku tidak pulang-pulang, Eomma dan Jaejoon beberapa kali sengaja datang ke Barcelona untuk mengunjungiku termasuk saat kelulusan. Selalu mereka yang mengunjungiku, sementara aku tidak. Tentu saja agar aku bisa terhindar dari pertemuan dengannya. Selama ini saja sudah cukup menyiksa buatku apalagi jika harus bertemu dengannya.
Kali ini, Eomma menyuruhku untuk benar-benar pulang. Ia bilang ada kabar yang harus disampaikan dan tidak bisa hanya melalui surat ataupun telepon. Jadi akhirnya aku terpaksa mengikuti kemauannya meski sebenarnya aku enggan karena itu artinya aku akan kembali bertemu dengannya. Bertemu dengannya sama halnya dengan membuat luka itu semakin melebar.
“Jaejoongieeeee!!!!!!!!!”
Baru saja aku keluar dari pintu kedatangan, saudara kembarku berlari ke arahku sambil berteriak heboh dan merentangkan tangan siap memeluk. Duh kelakuannya juga masih tetap sama ternyata. Buat malu saja. Tapi aku tertawa dan menyambut pelukannya dengan antusias.
“Aku merindukanmu!!!!” ucap Jaejoon ketika ia menubruk tubuhku dan memelukku dengan begitu erat.
Aku tersenyum dan membalas pelukannya. “Aku juga. Di Spanyol tidak ada anak yang bisa kujahili soalnya.”“Ugh, menyebalkan.” Jaejoon lalu melepaskan pelukannya meski kedua tangannya masih berada di punggungku. “Kau mengecat rambutmu?”
Aku mengangguk sambil memegangi rambut di kepalaku yang kucat dengan warna abu-abu. Sementara Jaejoon masih betah dengan rambut warna cokelat gelapnya. Kini bertambah lagi hal yang bisa membedakan kami.
“Selamat datang kembali Jaejoong.” Suara itu membuat senyumku memudar. Aku melihatnya, pria yang selalu hadir di mimpiku tiap malam, Jung Yunho berdiri di belakang Jaejoon dengan senyum mengembang menyambutku. Senyum yang selalu kurindukan.
“Apa kabar, Hyung?” sapaku sekadar berbasa-basi.
“Baik seperti biasa.”
“Ayo kita pulang. Eomma pasti sudah tidak sabar bertemu denganmu.” Jaejoon menggamit lenganku sementara Yunho hyung membantu menarik koper dan barang bawaanku yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavender
FanfictionMeski enggan dan malas, Jaejoong sudah terbiasa menggantikan saudara kembar identiknya, Jaejoon. Namun hari itu pengecualian, hari di mana ia bertemu cinta pertamanya karena menggantikan Jaejoon. Pria bernama Jung Yunho itu berhasil memikat Jaejoong...