Sixth Lavender

2.3K 276 43
                                    

“Jaejoong!!!” aku mendengar sura eomma berteriak histeris sebelum sosoknya muncul sambil berlari tergopoh-gopoh karena panik.

“Eomma?! Ada apa?”

“Joongie, Jaejoon! Jaejoonie!”

“Jaejoon? Kenapa Jaejoon? Ada apa?”

“Barusan ada telepon dari rumah sakit. Jaejoon... Jaejoon kecelakaan.”

“Apa?”

“Kalau begitu ayo kita ke rumah sakit, Eomonie, Jaejoong.”

Eomma bilang taksi yang ditumpangi Jaejoon saat dalam perjalanan pulang dari bandara mengalami tabrakan dengan kendaraan lain. Kami belum tahu detailnya seperti apa. Selama dalam perjalanan rumah sakit tak ada satu pun dari kami yang bisa berhenti mencemaskan Jaejoon. Eomma terus saja menangis dan aku harus menenangkannya setiap saat meski tubuhku juga gemetar hebat. Begitu juga dengan Yunho hyung, aku yakin dia juga syok mendengar kabar ini namun ia terpaksa harus menangkan diri karena ia harus menyetir sekarang.

Apa rasa sakit yang ku alami tadi saat di Seorak-san adalah pertanda kejadian ini? Aku dan Jaejoon memiliki ikaan batin yang cukup kuat. Terkadang aku bisa merasakannya jika terjadi sesuatu pada Jaejoon, begitu juga sebaliknya.

Semoga dia baik-baik saja. Aku tidak mau kehilangan kembaranku. Aku lebih baik manahan perih karena Jaejoon bahagia menikah dengan Yunho hyung dibanding harus kehilangan belahan jiwaku. Aku tidak sanggup.

Sesampainnya di rumah sakit, kami tergesa-gesa bergegas menuju unit gawat darurat. Menurut suster yang kami datangi, Jaejoon sedang ditangani oleh tim dokter. Ia akan dioperasi oleh tim bedah umum dan bedah saraf karena luka-lukanya yang cukup parah, membuat eomma semakin histeris bahkan pingsan.

“Eomma harus kuat,” ucapku saat Eomma baru saja bangun dari pingsannya. Aku memeluknya yang masih saja menangis sambil menggumamkan nama Jaejoon terus menerus. “Kita berdoa agar Jaejoon baik-baik saja.”

Setelah Eomma bisa menenangkan dirinya. Kami bertiga pun memutuskan untuk menunggu operasi Jaejoon di depan ruang operasi. Operasi berlangsung lama. Kira-kira sudah satu jam berlangsung. Yunho hyung terus bolak-balik di depanku menunggu hasil.

“Hyung, duduklah. Kau pasti lelah.” Aku berkata pelan pada Yunho hyung sambil menepuk bangku di sampingku. Untungnya dia mau menuruti perkataanku untuk duduk di sebelahku. Sebelah tanganku mengusap lengannya untuk menenangkannya. “Kita berdoa untuk Jaejoon.” Yunho hyung pun mengangguk, wajahnya nampak lelah dan berkaca-kaca. Ia pasti berusaha sekaras mungkin agar tidak menangis.

Beberapa menit yang lalu pihak kepolisian datang dan meminta keterangan dari kami sebagai pihak keluarga. Mereka juga menjelaskan bahwa taksi yang ditumpangi Jaejoong ditabrak dari arah kiri sampai taksi Jaejoong terjungkal lalu terjepit diantara pohon dan juga mobil yang menabraknya, membuat Jaejoon yang berada di kursi penumpang mengalami luka parah.

Kemudian satu jam lagi berlalu segerombolan dokter lainnya datang dan memasuki  kamar operasi, membuat kami agak terperangah.

“Apa operasinya tidak berjalan lancar?” tanya Eomma daengan raut kesedihan yang terpancar jelas di wajahnya.

“Mungkin itu pergantian tim dokter yang berbeda, tadi suster bilang Jaejoon akan dioperasi oleh dokter bedah saraf dan bedah umum. Kemungkinan operasi yang pertama berjalan lancar dan dilanjutkan operasi kedua.” Eomma mengangguk dan kembali menyandarkan kepalanya di bahuku.

Beberapa saat kemudian para dokter dan jajarannnya keluar dari kamar operasi, membuat kami bertiga langsung beranjak dari tempat duduk dan menghanpiri mereka. Salah satu dokter mendekati kami sambil membuka masker.

LavenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang