Lelaki itu mulai duduk di kursinya. Mengacak rambutnya frustasi. Menyandarkan kepalanya pada meja dan berteriak.
Seorang perempuan mengintip dari jendela luar. Memerhatikan yang dilakukan lelaki itu.
Awalnya, ia hanya ingin melewati kelas itu untuk mengambil handphone yang tertinggal diruang kelasnya. Tapi, dia lagi. Dia seperti ini lagi.
Tak hanya kali ini ia melihat lelaki itu meluapkan emosinya. Selama ini, gadis itu merasa ada yang disembunyikan lelaki itu.
Dia. Mantan sahabat gadis itu. Sepertinya berhutang cerita pada gadis itu.
Dia. Penangkap hati gadis itu. Sepertinya, ia masih hinggap di hati gadis itu.
Jika ada yang ingin tahu mengapa dia menjadi mantan sahabat gadis itu, jawabannya adalah karena, mereka bukanlah sahabat lagi.
Bukankah aneh? Tiba-tiba menjauh. Tanpa alasan. Hanya menjauh secara tiba-tiba. Hanya itu. Namun, sudah cukup membuat mereka se-renggang ini terlebih saat mereka duduk di kursi kelas yang berbeda.
Tak ada celah sama sekali. Bahkan, hanya untuk berkomunikasi lewat sosial media.
Namun, gadis itu segera memalingkan pandangannya dan menghampiri tujuannya dan pulang ke rumah.
-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
Dia memegang kedua tangan gadis itu erat.
"Gue gak bisa gini terus. Gue sayang sama lo. Kalo lo mau nolak gue gak usah ragu, toh kita masih bisa sahabatan kan,"
Gadis itu mulai bingung. Apa yang harus gadis itu katakan?
Gadis itu mulai mengaitkan kejadian ini pada kejadian-kejadian sebelumnya.
Dia yang menjauh, dia yang menyendiri di kelasnya, apa karena ini?
Bahkan, gadis itu tak tahan lagi. Ia meneteskan air matanya.
Memang dia sudah hinggap di hati gadis itu selama setahun lebih, tapi pada saat seperti ini gadis itu ingin berkata bahwa ia menolaknya.
"Maaf," gadis itu berusaha menahan air matanya namun, sekali lagi air matanya lolos.
"Eh, woi alay! Jangan nangis! Gitu doang masa nangis!" Mungkin menurut sebagian orang, kata-kata itu sedikit kasar. Namun, tangan laki-laki itu sebenarnya mengusap air mata yang jatuh dengan lembut.
"Gue gak nangis! Mata gue keringetan," kata-kata dusta yang begitu terlihat kedustaannya.
Laki-laki itu memeluknya tapi, gadis itu menangis semakin deras.
"Sebenernya udah lama tapi, kenapa sih ya gue baru sadar?" Kata Dia.
End.
15.40 • 05/12/2019

KAMU SEDANG MEMBACA
Paradoxical
Cerita PendekHanya fiksi. Ditujukan untukmu yang berfantasi. Untukmu yang menanti. Untukmu yang mencoba kembali. Dan tentu untukmu yang membuat hari-harinya berarti. Kita terkadang tidak dapat menyadari apa yang kita rasakan. Namun, seluruh dari hidupmu berada...