1. <prologue>

188 11 5
                                    

CLUELESS - BONA WJSN





Happy Reading!






Selamat malam, bagi seluruh pembaca yang membaca cerita ini. Tepat pukul 22.00 WIB aku memulai buku ini. Bagian awal cerita atau lembaran cerita baru akan aku mulai malam ini.

Anastasia Andisti Siregar

Aku Anastasia, mahasiswa lulusan Universitas Gajah Mada, Jogja. Meskipun bukan termasuk mahasiswa lulusan paling terbaik, setidaknya aku lulus dengan waktu yang tepat. Awalnya mungkin agak susah untuk ber-kuliah di kota yang sama sekali belum pernah aku tinggali.

Ghaitsa Ayu Maharani

Perempuan yang lahir di tanah Bandung inilah, sosok yang membuatku bisa betah kuliah di UGM. Perempuan tinggi semampai, yang sering disebut tiang listrik saat SMA ini satu-satunya alasan mengapa aku masih mau kuliah, hingga mempunyai kantor sendiri seperti saat ini. Meskipun mukanya terkenal jutek dan ngeselin sampai kadang aku sendiri ingin adu jotos dengannya. Aslinya mah juga ramah, tidak sombong (kadang-kadang), konyol, dan bisa buat semua aja nyaman. Atau mungkin bisa disebut fleksibel. Karena dia bisa menjadi siapa aja, kaya ibu, adek, kakak, sahabat, temen ngeselin, dll. Gampangnya, dia adalah seseorang yang sangat berperan dalam hidupku.

Rahayu Damayanti Siregar

Meskipun dia adalah wanita yang sudah melahirkan aku dan membesarkan aku, menurutku dalam hal kebersamaan dan waktu, itu hanya bisa aku dapatkan dari satu-satunya sahabatku, siapa? Ya Ghaitsa. Memang benar, bunda sangat menyayangiku, tapi selama ini yang aku terima hanya sebatas uang, uang, dan uang. "Bunda cari uang kan juga kamu, sayang.."

Muhammad Keanu Siregar

Menurutku, tidak ada bedanya antara papa dan bunda. Sama-sama maniak kerja. Tapi memang benar bahwa mereka adalah orang tuaku yang sama sekali tidak pernah membuat hidupku tidak bahagia. Hanya satu kekurangan mereka, waktu. Saat papa bekerja lembur dan aku masih terjaga, dia masih saja menyempatkan diri untuk bertanya bagaimana kabarku hari ini, apakah aku sudah makan, atau apakah aku bahagia hari ini.

•••

"Aku mau ke London selama satu bulan." Hatiku benar-benar mencelos saat aku mendengarnya berkata seperti itu. Perempuan yang kini duduk di depanku ini mulai menunjukkan sorot mata sendu. Wah, jangan tanya bagaimana respon ku. Tidak kalah sendu, hingga aku merasa seperti akan ada cairan bening mencuat dari ujung mataku. Aku merasa membeku di tempat. Tidak mengeluarkan satu patah kata pun.

"Kok diem aja sih?" Kali ini pertanyaan konyol mulai keluar dari mulutnya. Matanya seakan memberitahuku untuk tidak menciptakan suasana sedu di malam terakhirnya di Bandung. Bahkan bibirnya memaksa untuk menyungging senyum palsu, berusaha menyembunyikan rasa sakitnya.

"Dasar. Emang aku bisa kamu respon kaya gimana? Mau tahan kamu biar nggak berangkat juga kaya nya mustahil kan?" Aku mengalihkan atensi ku padanya dan berharap apa yang aku katakan itu tidak benar.

"Haha.. Bener juga sih.." Lemah. Iya, lemah. Dia mengusap wajahnya kasar.

Satu tahun lalu, setelah kakak nya kembali dari London, dengan sangat tidak disangka dia menawarkan Ghaitsa untuk ikut dengannya tinggal di London. Daripada Ghaitsa jenuh tinggal di Indonesia dengan keadaan orang tua yang kekurangannya tidak jauh dariku. Aku tahu betul, pada saat itu pikiran dan hatinya benar-benar sedang bersiteru. Kakaknya yang sadar akan hal itu pun menawarkan untuk sekedar mencoba dahulu. Jika cocok, dia tinggal disana, dan jika tidak, kakaknya bisa apa?

"Kapan berangkat nya?" Hanya itu pertanyaan yang mampu aku ucap.

"Malam ini." Jawabnya cepat seakan dia mengetahui bahwa aku akan bertanya demikian.

Aku yang tidak terima spontan melempar botol fanta kosong ke arah kakinya. Lawan bicara ku ini hanya bisa tersenyum kecut, antara merasa bersalah dan tidak bisa berbuat apa-apa. Rencana ini mutlak karena kakaknya.

"Jangan diem aja dong. Aku minta maaf deh nggak bilang-bilang dari kemarin. Kamu terlalu sibuk untuk acara pembukaan mu." Katanya sambil memainkan jarinya.

Memang benar, aku terlalu sibuk akhir-akhir ini.

"Bodo amat ya, pokoknya waktu kamu pulang kesini lagi, bawain aku oleh-oleh yang super banyak! Harus!" Senyumnya menjadi sedikit  sumringah karena menyadari perubahan mood ku. Syukurlah, malam ini tidak terlalu menjadi malam yang sedu.

"Bayarnya setengah-setengah ya!" Jawabnya sambil berlari menjauhiku yang sudah bersiap untuk melempar botol kosong lainnya.







© sabtu, 22 November 2019

Clueless | Bona WJSN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang