#Day16
#NarasiLiterasiNegeri
#IndonesiaMenulis
#TantanganMenulis45Hari
#Artsamawa
#JumpaPenulis
#JumpaPenulis2019
#BerjutaKaryaUntukIndonesia
#SeminarNasional
#KMOIndonesia*LELAKI TANPA JEJAK *
Part. 10
(Pov : Alissa )‘Dear Diary,
Hari ini aku pergi ke kelasnya kak Juna. Ternyata, murid baru yang namanya Ali itu satu kelas dengannya. Oh, iya! Aku belum cerita tentang dia sama kamu, Diary.
Dia itu cowok baru yang super tengil, playboy cap kadal, tukang tebar pesona dan suka banget isengin aku. Ck! gayanya itu, super narsis! Pake ngaku cowok paling ganteng satu sekolahan lagi. Ke-pe-de-an!
Anehnya, cewek-cewek di sekolah ‘tuh suka heboh rumpiin dia. Sampe ada yang rebutan ngaku jadi pacarnya😯 . Ish, norak banget deh,pokoknya. Emang sih, wajahnya lumayan unyu-unyu.
Tapi bukan wajahnya yang menarik perhatianku, Diary. Melainkan tatapannya. Sorot matanya mengingatkan aku pada seseorang. Mungkinkah di dunia ini ada hal yang persis sama? Ataukah itu dia? Tapi kalau memang dia, kenapa tidak mengenaliku? Bukankah namanya juga sama?’Kupandangi lagi catatan dalam Diary yang ditulis beberapa minggu lalu. Kuhela napas dalam, lantas meletakkannya di atas nakas. Lalu, kubaringkan tubuh di atas sofa samping tempat tidur. Sementara rentetan pertanyaan berputar mengelilingi isi kepala.
Kukatupkan kelopak mata. Ingin rasanya melepaskan penat dengan menguntai mimpi. Namun nihil. Terlalu banyak pikiran yang menguras otak.
Sejurus kemudian, aku bangkit dan kembali membuka lembaran buku Diary. Tidak berselang lama jemari telah asyik menari mengikuti kata hati.
‘Dear Diary,
Hari ini aku melihat dia sedang berduaan dengan Maria, di belakang kelas. Rumor mengatakan, bahwa mereka pacaran. Kau tahu? Ada sesuatu yang panas menjalar di ulu hati tatkala aku mendengarnya. Entah perasaan macam apa ini?
Aku juga tidak tau. Entah kenapa, merasa begitu dekat dengannya sejak awal ketemu. Rasanya, seperti berada di dekat seseorang yang telah lama aku kenal. Mungkinkah itu dia?
Tapi dia sudah mati! Setidaknya dari ingatanku.’
Aku menggelengkan kepala dengan kuat. Agar semua kegaduhan dalam pikiran terhempas. Pun segala perasaan aneh yang kini mulai menggerayangi hati.
‘Atau ... inikah yang namanya cinta?🙊
Tidak! Itu tidak mungkin! Aku tidak mungkin menyukai cowok baru itu. Aku hanya iri pada pasangan yang begitu serasi.Ya, Tuhan! Rasanya semua kebahagiaan itu hanya milik mereka saja.’
Aku menopang dagu dengan kedua tangan yang sikutnya tertumpu pada meja belajar. Sementara mataku menatap langit-langit kamar. Pandangan menerawang pada kejadian tadi siang . Serta desas-desus yang menyeret nama keduanya.
Fiuh! Membayangkannya saja membuat dadaku memanas. Meskipun aku tidak tahu pasti, apa yang mereka lakukan. Tapi situasi dan kondisi mereka memungkinkan untuk melakukan apa saja.
“Cih! laki-laki memang sama saja. Sukanya nyari-nyari kesempatan,” gumamku sendirian.
‘Terus memangnya kenapa,Alissa! kalau mereka ngapa-ngapain? Kamu cemburu?’ Bisik sudut hatiku setengah mencemooh.
“Ish, ngapain aku cemburu? Bodo, ah, bukan urusanku,” timpalku. Menukas suara hati yang bergemuruh.“Ish, aku kenapa sih. Kok ngomong sendirian? ... Aaarrggghhh! Gara-gara Si Ali, nih!” Aku mendengkus jengkel sembari melemparkan tubuh di atas ranjang.
Kutenggelamkan tubuh dalam balutan selimut. Berharap bisa menyembunyikan malu atas apa yang tengah kurasakan. Dan semoga malam berbaik hati memperpanjang waktunya. Karena hingga dini hari, aku masih saja terjaga.
Jeddah, 16102019
KAMU SEDANG MEMBACA
LELAKI TANPA JEJAK
General FictionKisah seorang lelaki yang kecewa atas perjalanan hidupnya. Terlantar, diabaikan dan ditinggalkan. Berjuang untuk mendapat pengakuan dan mempertahankan apa yang menurutnya sudah sepatutnya menjadi haknya. Ia kemudian mencoba menjadi apa yang diingink...