Aku selalu berfikir kamulah takdir itu sejauh aku menapaki hamparan bumi rabku, kamulah yang selalu terbawa di setiap langkah itu.
Aku memang terlalu pengecut soal rasa terhadapmu, bukan karena aku tak ingin memilikimu tapi rasa ini sangat beda dengan apa yang pernah ku rasakan dulu.
Maafkan aku yang saat ini hanya mampu menjagamu melalui orang terdekatmu, menanyakan kabarmu di setiap kebaradaanmu, dan menyapamu dalam wiridku agar dirimu ingat dengan keberadaanku.
Ini memang salahku, dulu pernah mengabaikanmu. Menyapamu hanya ketika rasa ini sulit aku tahan, memberimu perhatian ketika kau meminta terlebih dahulu.
Tapi ini semua aku lakukan demi rasaku agar tidak terlalu menyakitkan ketika aku jauh darimu, bahkan suatu saat meninggalkanku karena telah menemukan sebagian rusukmu.
Namun sayang tiga tahun berlalu rasa ini masih utuh tanpa terurai sedikitpun terhadapmu, bahkan sebaliknya semakin hari semakin tambah kekaguman dan keinginaku untuk memilikimu.
Zahra......
Aku ingin memberitahumu betapa senangnya batinku saat itu. Ketika kau sulam selembar kain berwarna orange bersemu merah muda yang terasa lembut di dipandang seperti perangaimu, dengan sulaman benang dominasi warna merah dan hijau yang katamu itu sisa tugas prakaryamu dulu, tapi nyatanya itu berhasil menambah rasa yang kian beradu.
Apalagi saat aku tahu dari benang itu tercetak jelas namamu dan namaku yang sejak detik itu ku berharap sama dengan catatan takdirku di Lauhul Mahfudz.
Kau bungkus indah hasil karyamu itu dengan kartas berwarna coklat tua.
Saat itu telihat jelas dari matamu bahwa kau melawan berjuta rasa malu yang berkecamuk dalam batinmu yang berkolaborasi dengan ketulusan saat kau ulurkan bungkusan itu.
Kau sisipkan selembar kertas berwarna biru dengan animasi-animasi khas perempuan saat itu, mungkin banyak yang mengira itu terlalu alay tapi yakinlah Zah aku menyukainya.
Sesaat setelah sampai di rumah ku buka bungkusan itu, tanpa ku sadari mata ini memanas sesaat membaca tulisan kisah betapa besar pengorbananmu tuk memberikan itu.
Tahu tidak Zah kamu adalah salah satu alasan kenapa aku mengambil jurusan Agama, meski itu jadi opsi kedua setelah aku gagal bisa lanjut kuliah sejurusan dan sekampus denganmu.
Tapi setidaknya takdir tuhan telah sedikit menghiburku, karena bisa kuliah di jurusan yang kau banggakan dulu.
Masih teringat jelas dalam memoriku saat kau melafalkan beberapa dalil ketika aku melakukan kesalahan, terutama dalil yang sering menyudutkanku yaitu "Laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan" dalil yang hingga kini aku perjuangkan untuk pantas menjadi imam dan pemimpin di kehidupanmu.
Zahra Aku Rindu....
Rindu celotehan manjamu, rindu senyum salah tingkahmu, rindu kejahilanmu, rindu kecerdasanmu, rindu keluh kesahmu, rindu marahmu, rindu semua yang ada pada dirimu terutama dapat melihatmu setiap waktu dari sudut yang selalu kau hindari.
Zah semoga kau dapat merasakan sebuah kesetiaan dalam diamku ini. Meski sikapku setahun yang lalu tersebab kau kini menjauhiku dan membenciku, tapi semoga takdirnya dapat membolak-balikan itu.
Zah coba jika Rakib Atid diijinkan mempublikasikan atas catatan isi hati ini, pasti dia akan bersaksi bahwa tidak seharipun diri ini tidak merindukanmu.
Zahra boleh tidak aku cemburu...
Cemburu karena rasa terhadapmu. Cemburu saat mengetahui beberapa karibku terang-terangan menyatakan rasanya terhadapmu sedangkan aku masih membatu dalam kepengecutan. Cemburu saat tahu banyak yang berkorban begitu besar untukmu sedangkan aku hanya bisa diam menyelami kepahitan rasa yang begitu dalam.
Zah berkat dirimu aku merasakan apa yang di alami sahabat Nabi yaitu Ali bin Abi Thalib saat mengetahui bahwa Fatimahnya telah menolak Abu Bakar dan Umar. Iya Zah aku bahagia ketika kamu tidak merespon rasa dari karibku meski aku tak tahu sebenarnya hati lainlah yang kau jaga bukan diriku.
Satu hal yang ingin ku sampaikan kepadamu Zah, bahwa Rasaku hingga hari ini belum bisa berpaling sedikitpun untuk mencintaimu dan jika suatu saat diijinkan diri ini memilkimu, ku kan berusaha membahagiakanmu hingga batas usiaku.
Maafkan kecrobohanku, maafkan sikap dinginku, maafkan ketidak perdulianku, dan maafkan semua perbuatanku yang telah menggores batinmu, meski aku sendiri disini takan pernah iklas dengan takdir yang telah menjadikanku actor yang menyakitimu ..
----------------💞Bismillah💞--------
Semoga setiap kata dalam dalam cerita ini dapat memberikan kesan di hati para pembaca.
Jangan lupa Vote, kritik, dan dukungannya untuk kakak-kakak pembaca semua....
BINABASA MO ANG
IKHTIARKU MENJEMPUTMU
SpiritualYa Rab mengapa selalu dia yang selalu kau pertemukan. Mengapa selalu dia yang selalu kau munculkan saat ingatan mulai hilang tentangnya. Mengapa hingga kini kau masih menyekapku bersama rasa yang tidak pernah aku harapkan. Engkaulah dzat sang pemili...