Ketulusan adalah bahasa nurani,
Bukan menerima karena apa atau tapi ,
karena jiwalah yang mampu menyadari.@Ikhtiarku Menjemputmu
Hidup untuk menyibukan diri dan menyibukan diri supaya hidup adalah seklumit semboyan konyol ketua ikatan remaja masjid yang berusia 20 tahun itu. Di desa sangat di segani di kampus sangat di hormati maklum horang penting katanya. Kalau bahasanya Isti "Mas Riza ora keno di cekel buntutte"*(Mas Riza, tidak bisa di pegang ekornya). Enteh itu murni karena mencari pengalaman atau murni mencari pelampiasan.
Rembulan bersinar terang menjadi saksi pengabdian generasi muda pada agamanya. Tepat ba'da isya' di masjid Baitussalam diadakan penganjian dalam rangka Maulid Nabi SAW sekalian serah terima jabatan Remaja masjid yang baru. Disana terlihat Riza dengan langkah gagahnya naik ke atas podium untuk menyampaikan sambutan terakhir yang selanjutnya ia tutup dengan penyerahkan amanah yang di pegangnya selama ini sebagai ketua Ikatan Remaja Masjid priode lalu kepada Fadli ketua terpilih tahun ini.
Kurang lebih pukul 01.15 di pimpin oleh Ustadz Tsamroni Ahmad acara Pengajian di tutup dengan do'a majlis.
Meski ngantuk dan lelah para panitia pengajian dengan semangat membersihkan sampah dan membereskan perlengkapan yang telah digunakan.
"Za terimakasih pengabdian satu priodenya, kamu ajib bener sebagai ketua" ucap Ifa yang saat itu sedang membereskan kursi undangan.
"Hehe kerena sampyan mbak, aku kan belajar dari sampyan selama ini"
Ifa adalah penasehat sekaligus penggerak kegiatan remaja di desanya. Semangatnya membangun desa muncul semenjak dia kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di jawa tengah. Selain Kuliah dia juga aktif mengikuti berbagai organisasi baik di komunitas, keagamaan, maupun oraganisasi ekternal kampus, selain itu dia juga seorang santri melenial pokoknya kriteria wanita karir nan solihah tapi agak galak ada dalam dirinya.
"Ini semua karena semangatmu Za, aku bangga kalau di desa punya adik yang bisa di andalkan kayak kamu"
"Berarti selain di desa ada juga dong mbak " ucap Riza menimpali
"Kalau di kampus itu Zahra, semangatnya kayak kamu kalau soal pengabdian"
Riza terdiam sesaat, mengapa nama menyakitkan itu yang harus mencul"sepertinya angkatan SMA mu dulu sangat bisa di andalkan dimana-mana Za" sambung Ifa
"Alhamdulillah mbak kalau benar demikian, Gimana kabar dia lama ndak ketemu" Ucap Riza basa basi
"Alhamdulillah baik Za, meski tak sebaik dulu sebelum ibunya meninggal" Ucap Ifa dan mengambil posisi duduk di bawah tiang teras masjid "Kamu waktu itu ta'zizah kan?"
Ibunya Zahra meninggal setahun yang lalu tepatnya saat dia menginjak semester tiga karena penyakit saraf. Semua orang tahu betapa hancurnya dia setalah peristiwa itu.
"ndak .......... mbak" ucap Riza lirih dengan pandangan sendu mengingat kembali beberapa kenangan semasa masih tinggal seasrama bersama Zahra dulu. Orang tua Zahra sangat baik terhadapnya. Ibu Zahra adalah sosok wanita tangguh dan sumber inspirasi terbesar Zahra. Bahkan untuk kasih sayang Zahra adalah anak beruntung karena memilki ibu seperti beliau. Meski ketat didikan orang tuanya namun kasih sayang dan adab di setiap pengajaran tidak pernah lepas dari dirinya.
"ya ws, di do'akan saja, dan jangan lupa ingatkan dia bahwa di dunia ini masih banyak orang yang sayang padanya"
Riza terdiam merenungi setiap bait kata yang keluar dari lisan seniornya jaman SMA itu.
"Dia masih sangat terpukul dengan ujian itu, bahkan akhir-akhir ini dia sering tidak ikut rapat organisasi rutian di kampus. Kadang aku sengaja dadakan ke kosnya mengajaknya sekeder jalan-jalan di area kampus, tapi sama saja. Kata teman sekosnya, dia sering menangis tanpa sebab sehabis shalat magrib, dan tiap shalat malam banyak yang lihat Zahra ngaji sambil tersedu"
BINABASA MO ANG
IKHTIARKU MENJEMPUTMU
SpiritualYa Rab mengapa selalu dia yang selalu kau pertemukan. Mengapa selalu dia yang selalu kau munculkan saat ingatan mulai hilang tentangnya. Mengapa hingga kini kau masih menyekapku bersama rasa yang tidak pernah aku harapkan. Engkaulah dzat sang pemili...