Pertemuan

62 1 0
                                    

      Setiap hati punya tempat  ternyamannya,
       Jika logika memlih itu yang lebih baik
           tapi hati tahu mana yang lebih baik
@IAM

Reuni satu kata yang menyimpan berbagai macam fungsi laten didalamnya dari sekedar menautkan kembali tali silaturahmi, ketemu gebetan jaman sekolah dulu, flashback kenangan bersama mantan jika punya, atau sebagai ajang cari jodoh bagi yang belum menemukan pasangannya.

"Za, ada Zahra tuh" Ucap Riya yang berjalan beriringan dengan Riza. Riya adalah sepupu Riza sekaligus salah satu member kisah cinta Galih dan Ratna yang bermetamorfosa menjadi Riza dan Zahra saat SMA. Riza yang mendapat intruksi langsung melihat ke arah yang di maksud.

"Duduk sana yuh, sepertinya dia gak melihatmu Za.." Riza lagi-lagi diam dan langsung menuruti.

Begitu dalam kerinduan itu pada sosok wanita yang saat ini mengalihkan fokusnya. Dengan pashmina krem yang dibalut gamis marun dengan sedikit kombinasi blokat senada di bagian lengannya yang samakin menampakkan keanggunan gadis itu. Sedangkan saat itu Riza menggunakan kemeja marun dan celana bahan hitam yang menambah kewibawaannya. Mungkin ini yang dinamakan intruksi alam bahkan tanpa sengaja mereka terlihat memakai baju couple.

Sejak lima belas menit yang lalu tatapan laki-laki itu tak hentinya menyoroti setiap mimik wajah gadis yang sangat ia rindui selama ini. Ingin rasanya dia mendekat sekedar bertanya kabarnya namun apa daya, beberapa kali ia memberi kode kepada gadis itu baik berupa deheman, sapaan, bahkan meminta Riya memanggilnya namun tak dihiraukan.

"Zah aku rindu kamu, Zah bagaimana kabarmu, Zah aku bahagia bertemu denganmu"

inilah wirid batin Riza semenjak melihat gadis impiannya hingga selesai acara reuni.

"Za, aku bonceng kamu lo!, awas kalau aku di buang terus kamu boncengin Zahra kayak dulu" Ancam Riya mengingatkan kembali kejadian tiga tahun yang lalu saat buka bersama di SMAnya. Saat itu Zahra belum di jemput ayahnya sehingga mau tidak mau dengan konsekuansi apapun Riza yang tidak tega, langsung mengantarkan Zahra. Sedangkan sepupunya yang dia bonceng waktu berangkat disuruh nunggu terlebih dahulu hingga Riza kembali dari mengantar sahabat cintanya itu.

"Ayo cepet, kelamaan tak tinggal kamu ya" jawab Riza

"Kamu kebelet to,,, ke WC dlu sana!" Riza masih dalam mode jalan cepatnya

"Pelan-pelan sih Za, Belanda sudah pensiun jajah Indonesia gak usah buru-buru,,, Balanda masih jauh Coy!" Riya mencoba mensejajarkan langkahnya dengan berbagai macam keluhan dari bibir mungilnya yang masih di acuhkan begitu saja oleh Riza.

"Za aku bonceng disini apa nanti kalau sudah sampai gerbang?" tanya Riya

"Kamu boncengnya nanti aja kalau dah sampai rumah" ucap Riza santai, mendengar ucapan itu Riya langsung naik ke motor metik keluaran terbaru milik Riza, sepertinya percuma ngomong dengan manusia yang sedang kesambet masa lalu.

Selama di perjalanan Riza hanya diam dengan tatapan fokus kedepan tanpa sedikitpun menanggapi bahkan mendengarkan ocehan radio yang tak lain dari seorang Riya.

" Ehem aku paham kenapa kamu buru-buru. Pengen pulang bareng Dedek Zahra kan hayo hayo ngaku. Jangan malu-malu ..... Iya to Za??" ucap Riya ketika mendapati kendaraan metik berwarna putih di depannya melaju dengan kecepatan sedang, yang pergerakannya seakan menitah montor yang di kendarai Riza.

"Zah,,, Zah hoy, Ini Kakanda Riza di belakang lo Hoy" Teriak Riya dengan jiwa barbarnya yang muncul seketika, saat kendaran yang di tumpanginya hampir mendekati kendaraan milik Zahra.

"Zah cogan zah cogan di belakangmu"

"Ya ampun Za kamu dikacangin haha,, ayo Za pepet terus" teriak Riya kembali memberi semangat.

IKHTIARKU MENJEMPUTMUTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon