Chapter.2

14 1 0
                                    


"Olak sakit tau, Lo kenapa sih?" Bisik Lea yang ku balas dengan muka tanpa ekspresi.

"Kamu diam aja, jangan cerita sama siapa siapa dulu ya." Lea hanya menatap ku bingung dan memberi kesan tanda Tanya.

krrrriiiiiiingg

Bel pulang sudah berbunyi, Ketua kelas pun memimpin Doa untuk pulang. Satu persatu dari kami keluar dari kelas dan bersalaman dengan Bu Rega, Lea lebih dulu meninggal kan ku karna ku suruh dia untuk keluar terbelih dahulu dan aku akan menyusul nya, dan aku murid terakhir yang bersalaman dengan Beliau. Tunggu, kenapa tangan aku di tahan? Aku mendongakkan kepala ku perlahan dan bertemu dengan kedua manik nya. Tatapan dingin yang ku dapat dan sulit di artikan.

"Maaf buk," Beliau melepaskan tangan nya dari tangan ku dan masih menantap ku.

"Assalamualaikum buk." Lanjut ku. Dan heran nya Beliau tidak membalas salam ku. Dengar entah tidak aku pun tidak tahu, mungkin volume suara ku yang kecil.

Lea sudah menunggu ku di koridor depan kelas ku dengan keadaannya yang masih lemah.

"Lak, lama banget, sih."

"Ya maap, atuh. Tadi buku aku teh ketinggalan jadi balik lagi ke kelas."

"Hmm, yaudah kuy pulang aku lemas banget" Suara Lea meredup dan dia jatuh berlutut.

"Malam ini, kamu nginep rumah aku aja. No reason Azalea." Aku mengangkat Lea untuk berdiri dan menompah lengan nya ke bahu ku.

"Iya, tapi malam ini aja ya.. Gaenak sama Nenek,ntar gue ngerepotin kalian."

"Ih kamu ini kayak sama siapa aja."

Saat aku dan Lea berjalan menuju gerbang sekolah, aku tak sengaja melihat Bu Rega yang sedang memperhatikan kami dari kejauhan, tepatnya di depan kelas ku.

Isi yang ada di kepala ku sudah berkata lain, ini pasti ada sesuatu yang tidak beres dari Bu Rega.

Kami sudah sampai di depan gerbang dan Lea meminta tolong kepada ku untuk menitip kan motor nya ke Pak Satpam saja. "Misi pak, Olak boleh teh titip motor Lea ke bapak?"

"Motor neng Lea teh kenapa? Rusak?"

"Nggak pak, pokoknya teh Olak titip saja ya ke bapak?"

"Iyah teh,boleh." Tanpa fikir panjang, Pak Satpam pun meng-iyakan permintaan ku.

Cciiiiitttttt Bus menuju ke Desa ku sudah tiba. Di perjalanan Lea terlelap di bahu ku. Senyum ku mekar, melihat Lea sudah membaik.

Sudah tiga puluh menit berlalu, kami sudah tiba di depan Desa. "Lea bangun ih, udah sampe."

"Eh udah ya? Kok gak kerasa?"

"Kamu kan ngebo, makanya ga terasa. Ayuk turun"

Aku dan Lea jalan menuju ke rumah ku, bejarak 1 kilometer dari pemberhentian Bus kami tadi.

"Napa jauh banget sih lak, gue gak tahan, nih." Dengan memegang lutut nya pun Lea mengeluh ke capekan.

"Ya sabar atuh, bentar lagi kita sampe. Udah biasa juga ke rumah ku."

Tidak biasanya Lea mengeluh seperti ini, padahal ini sudah kesekian kali nya ia bermain ke rumah ku, bahkan nginap sekali pun sudah sering. Mungkin Karena keadaan Lea yang lagi lemas setelah kejadian tadi pagi yang yang menimpa nya.

"Assalamualaikum, Nek.. Ola pulang." Nenek meyambut ku di ruang tamu sambil menyeduh segelas the yang masih hangat.

"Walaikumsalam. Eh, ada neng Lea, ayok makan dulu, nenek sudah siapin makan. Ola ajak Lea makan ya, nenek kebetulan masak banyak karna kakak mu juga baru pulang."

"Aa udah pulang ya nek?" Aku senang ketika mendengar kalau kak Galang sudah pulang, padahal kami baru sepekan belum jumpa.

"Udah sana makan dulu, lihat tuh kasian Lea lapar teh." Nenek senyum jail melihat Lea yang menggeleng Malu.

"Nenek mah, jadi malu Lea hehe." Muka lea memerah seperti kepiting rebus akibat nahan malu, padahal mau.

Aku mengajak Lea ke dapur dan meletak kan tas sejenak di ruang keluarga. "Lak, ini walaupun udah ber kali kali Gue kerumah Lo, gue masih belum nemu ujung rumah Lo nih."

"Yaelah kamu mah udah ber kali kali kesini juga, abis makan aku buka jasa tour deh," Canda ku yang di iringi sedikit ketawa ringan.

"Bayar ga nih? Ntar bayar lagi, Budget gue pas-pas an nih. Gratisin oke." Di sambut cubitan merayu dan di iringi cengiran khas-nya Lea.

"Bayar atuh neng Lea, hahahaha bercanda aing teh. Ayuk ah makan, udah lapar banget." Aku dan Lea tertawa lepas dan langsung menuju ke dapur dan menyantap masakan Nenek. (bayar dong Lea, hahaha aku cuma bercanda kok.)

"Lak, Ayah Lo kapan balik ke Bandung lagi?" Lea menanyakan hal yang membuat ku berhenti menyantap makanan ku untuk menatap mata nya.

"Hmm, Ayah pulang Bulan depan terus tapi belum tau tanggal berapa." Aku menjawab sambil melanjutkan makan ku.

"Masih lama ya, dah lama ga ketemu om Sakti. Kabar beliau gimana lak?"

"Alhamdulillah sehat, ayah terakhir nelfon rumah seminggu yang lalu, itu pun aing teh udah tidur. Jadi Nenek yang bicara sama Ayah. Ayuk ah lanjut makan lagi." Lanjut ku yang ku akhiri dengan senyum saja, padahal dalam hati aku sangat merindukan ayah.

"I know you really miss him, right?" Lea menggoda ku dengan cubitan manja yang di lakukan dia seperti tadi. (aku tahu kau sangat merindukan dia, benar?)

"That's right, you can shut up now?" Jawab ku dengam memutarkan bola mata ku, Lea hanya membalas nya dengan ketawa jail nya. (iya itu benar, kamu bisa diam sekarang?)

Kami sudah selesai menyelesaikan makan siang ke sore-an kami. Aku mengajak Lea berkeliling rumah yang sudah ku janji kan pada nya tadi.

Semua telah kami telusuri, dan yang terakhir aku mengajak Lea ketempat rahasia ku, tidak satu pun orang tau tempat kesukaan ku ketika sedih dan kacau. Taman belakang rumah yang aku temukan, tempatnya yang tertutup diselimuti oleh daun-daun lebat hingga tanah, terdapat kolam kecil dengan air mancur di tengah nya, gazebo kayu yang kokoh, dan sepasang ayunan. Tidak tau siapa yang membuat nya tetapi tempat ini sangat membuat ku tenang.

"Ini tempat favorit ku dari semua tempat yang sudah kita kunjungi." Aku membuka pagar yang hanya bisa di lewati dua orang saja yang dipenuhi dedauan dan bunga sampai tanah.

"Ngak ada satu pun yang tau tempat ini, kecuali kamu sekarang. Gimana? Keren kan?" Sambung ku dengan senyuman sombong.

"Sumpah keren banget, Lak. Lo beli atau apa ni? Apa Lo buat sendiri nih taman? Gilak sumpah keren kali, Lak. Gue suka benget."

"Ya satu-satu kali nanya nya, banyak banget jadi susah kan jawabnya hahaha. Jadi aku ketemu taman ini pas aku umur 10 tahun, ya kali aku buat sendiri taman sebagus ini, aku juga bingung kenapa ada tempat sebagus ini tapi di telantarin."

"Nenek Lo tau tempat ini? Terus Nenek lo tau kalau Lo nemu tempat ini? Jadi lo kesini buat ngapain aja? Sumpah ini keren banget. Lak!" potong Lea dengan ekspresi yang masih tercengang

"Ya ampun Lea, satu-satu dong nanya nya. Jadi awal nya itu, aku keluar dari pintu belakang niat mau ambil sayur. Eh, kebablasan sampe sini, aku ngak sengaja nendang batu, pantulan batu nya malah berbunyi melengking kayak kena besi,aku hampirin deh batu nya, aku agak takut karna pagar nya terbalut dengan daun lebat, pas aku buka eh malah cantik banget tempat nya. Aku rasa sih nenek gak tau tempat ini karna Nenek gak pernah ceritain tempat ini, padahal dulu Nenek kasih tau ada apa aja dirumah ini dan apa aja di sekitar rumah ini." Jawab ku yang membuat Lea tak berkutik.

"Lo sering kesini?" Tanya Lea

"Ya sering atuh, kalau aku ngerasa aku ladi badmood aku kesini. Gak pas badmood doang sih, ya pas aku bosan dirumah aku bakalan kesini. Btw udah sore nih, masuk yuk kamu belum sholat ashar kan? Besok kita sambung lagi oke, besok libur kan hari minggu." Ajak ku karna hari sudah mulai menunjukkan pukul 16.45 sore. 


To Be Continued


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Me In The NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang